Salafi groups have garnered a significant urban following in Indonesia. However, in religiously diverse contexts --particularly urban centers-- the extent to which Salafi teachings are fully embraced remains uncertain and often prompts critical engagement. This article investigates how active Muslim listeners respond to daʻwah programs aired by Hang Radio, a Salafi-affiliated radio station based in Batam. It argues that these audiences are not passive recipients but rather active and discerning participants who negotiate the religious messages they encounter. The study identifies a spectrum of responses: while some listeners resonate with and adopt Salafi practices, others reject specific elements of the messaging. Such responses reflect a pattern of critical engagement, wherein audiences selectively accept or dismiss particular aspects of the content. The findings indicate that, although Salafi messaging aligns with urban preferences for clarity, simplicity, and immediacy, listeners nevertheless engage in interpretive negotiation. This critical stance reflects a broader communal disposition to maintain continuity with long-established religious understandings and practices in Batam, which constitute a core dimension of their religious habitus.[Kelompok Salafi telah membangun basis pengikut yang signifikan di kawasan perkotaan. Namun, dalam konteks yang ditandai oleh keberagaman keagamaan seperti di wilayah urban, sejauh mana ajaran Salafi dapat diterima sepenuhnya tetap menjadi pertanyaan dan dapat memicu sikap kritis dari masyarakat. Artikel ini mengkaji respons pendengar terhadap program dakwah yang disiarkan oleh Hang Radio, sebuah stasiun radio yang berafiliasi dengan gerakan Salafi di Batam. Artikel ini berargumen bahwa para pendengar Muslim Hang Radio bukanlah penerima pasif, melainkan aktor yang aktif dan kritis dalam menegosiasikan pesan-pesan keagamaan yang disampaikan. Studi ini menemukan adanya spektrum respons: sebagian pendengar menunjukkan keterpautan dengan praktik keislaman Salafi dan menerimanya, sementara yang lain menolak sebagian isi pesan tersebut. Respons ini mencerminkan keterlibatan kritis, di mana pendengar secara selektif menerima atau menolak elemen-elemen tertentu dari siaran yang disuguhkan. Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun pesan-pesan Salafi sesuai dengan preferensi masyarakat perkotaan yang mengutamakan kejelasan, kesederhanaan, dan kepraktisan, para pendengar tetap melakukan negosiasi interpretatif. Sikap kritis ini mencerminkan suatu kecenderungan komunitas yang berakar pada keinginan untuk tetap konsisten dengan pemahaman dan praktik keagamaan yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun di Batam, yang menjadi bagian integral dari habitus mereka.]