Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI ANTI BAKTERI SPONS Phyllospongia sp. DI PERAIRAN YANG BERBEDA Sahputra, Adi; Sadarun, Baru; Sahidin, Idin
Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan) Vol 4, No 4: November 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsl.v4i4.10760

Abstract

Pembentukan senyawa metabolit sekunder dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jenis senyawa yang sama pada lingkungan yang berbeda akan menghasilkan metabolit yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Tanjung Tiram yang merupakan perairan terbuka dan di Lalanu yang mewakili perairan semi tertutup. Keberadaan spons jenis Phyllospongia sp yang mampu hidup di perairan tersebut menunjukkan adanya potensi kandungan metabolit sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kandungan senyawa metabolit sekunder dari kedua perairan tersebut. Metode yang digunakan adalah ekstraksi, uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) fitokimia dan difusi untuk mengevaluasi antibakteri. Hasil penelitian ini  menunjukkan bahwa telah teridentifikasi 3 macam senyawa bioaktif yakni alkaloid, steroid/terpenoid, Flavanoid/ venolik. Kandungan metabolit sekunder tertinggi terutama Steroid/ Terpenoid dan Fenolik/Flafanoid dari ektrak Phyllospongia  sp berasal dari perairan tertutup dengan nilai RF 0,65 dan RF 0,625. Ektrak Phyllospongia  sp berpotensi sebagai antibakteri aktif terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 200 ppm dengan diameter zona hambat sebesar 10,2 mm.Kata kunci : Phyllospongia sp., perairan terbuka, perairan tertutup,  metabolit  sekunder, antibakteri
SKRINING SENYAWA METABOLIT SEKUNDER KARANG LUNAK (Sarcophyton sp.) SEBAGAI ANTI BAKTERI DARI PERAIRAN TANJUNG TIRAM Galih, Olga; Sadarun, Baru; Sahidin, Idin
Jurnal Sapa Laut (Jurnal Ilmu Kelautan) Vol 5, No 1: Februari 2020
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jsl.v5i1.10950

Abstract

Sarcophyton sp.yang merupakan biota karang lunak dari Phylum Coelenterata (Cnidaria)  golongan Octocoralia yang mampu mendominasi di wilayah terumbu karang salah satunya di peraian Tanjung Tiram, potensi senyawa bioaktif pada Sarcophyton sp. sangatlah bermanfaat baik di bidang farmasi, ataupun kedokteran sebagai sumber obat alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit apa yang terkandungan Sarcophyton sp. dan membandingkan daya hambat aktifitas anti bakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada ekstrak  dan fraksi partisi dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu pada ekstrak n-heksan, etil-asetat serta methanol. Metode yan digunakan meliputi ekstraksi, partisi, uji skrining fitokimia dan difusi agar untuk mengevaluasi antibakteri. Hasil dari penelitian ini menemukan teridentifikasi 3 macam senyawa bioaktif yakni alkaloid, steroid/terpenoid, Flavanoid/venolik. Ekatrak dan fraksi Sarcophyton  sp.  yang paling tinggi kandungan metabolit sekundernya yaitu pada ektrak etil-asetat dan ektrak n-heksan dari karang lunak Sarcophyton  sp. dengan nilai RF 1 untuk steroid/terpenoid, RF 0,96 untuk fenolik/ flafanoid, dan 0,9625 untuk alkaloid. Aktivitas daya hambat ektrak n-heksan berpotensi sebagai antibakteri aktif terhadap bakteri S. aureus pada konsentrasi 1000 ppm dengan diameter zona hambat sebesar 14,5 mm. Aktivitas daya hambat ektrak metanol dari karang lunak Sarcophyton sp. berpotensi sebagai antibakteri aktif terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi 500 ppm dengan nilai diameter zona hambat sebesar 13,3 mm.Kata Kunci: Antibakteri, Metabolit Sekunder, Sarcophyton sp., Skrining. 
In vivo Anti-arthritic Activity of Soft Coral Lobophytum sp. From Southeast Sulawesi in Freund’s Complete Adjuvant Induced Arthritis Fristiohady, Adryan; Nurpajriani, Nurpajriani; Malaka, Muhammad Hajrul; Ilyas Y, Muhammad; Pascayantri, Asniar; Haruna, Lidya Agriningsih; Purnama, La Ode Muh. Julian; Asasutjarit, Rathapon; Sahidin, Idin; Yodha, Agung Wibawa Mahatva
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 3 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.3.385-392

Abstract

Rheumatoid arthritis (RA) is a systemic, progressive, chronic autoimmune inflammatory disease that affects tissues, organs, and damages synovial joints. The RA can be treated with DMARD (disease modifying anti rheumatic drugs), such as methotrexate. However, the use of this drug long-term can cause side effects. Soft coral Lobophytum sp. has secondary metabolite compounds such as flavonoids, alkaloids, and terpenoids which has an anti-inflammatory activity, which beneficial for anti-rheumatoid arthritis agent. This study aims to determine the potential of anti RA in Lobophytum sp. using in vitro and in vivo. The anti-inflammatory assay for anti RA in vitro was performed by stabilization of human red blood cell (HRBC) membrane. In addition, anti RA was performed in arthritis model mice by induction of complete Freund’s adjuvant (CFA) by administering LEA once daily orally for 15 days. It was found that the ethyl acetate of Lobophytum sp. (LEA) reduced the haemolysis and increased the stability of HRBC membrane. Furthermore, LEA also showed anti RA by decreasing the edema in mouse paw at dose of 50 mg.kg-1 BW (LEA50), 100 mg.kg-1 BW (LEA100), and 200 mg.kg-1 BW (LEA200), respectively with 2.5 mg.kg-1 BW of methotrexate as positive control (C+) with P<0.05. Moreover, LEA200 demonstrated highest efficacy and showed no significant different with C+ (P>0.05). In conclusion, our research has shown that LEA has anti-inflammatory for treatment of rheumatoid arthritis from in vitro and in vivo studies.
Uji Aktivitas Antinosiseptif Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.) Terhadap Mencit yang Diinduksi Formalin Idrus, Loly Subhiaty; Malaka, Muhammad Hajrul; Fristiohady, Adryan; Sahidin, Idin
Lansau: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol. 2 No. 1 (2024): Lansau: Edisi April 2024
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/lansau.v2i1.26

Abstract

Nyeri adalah respons alami yang melindungi terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya, dan agen mikrobiologis. Penggunaan obat-obatan kimia adalah cara konvensional untuk mengatasi nyeri, namun efek sampingnya menyebabkan peningkatan minat terhadap penggunaan obat-obatan herbal di kalangan masyarakat. Tumbuhan yang diduga memiliki aktivitas antisosiseptif adalah biji melinjo (Gnetum gnemon L.). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana aktivitas antinosiseptif dari ekstrak metanol biji melinjo (EMBM). Penelitian ini menggunakan metode induksi kimia pada 5 kelompok uji yaitu kontrol positif (natrium diklofenak 50 mg), kontrol negatif (Na-CMC 0,5%), kontrol sediaan uji 1 (dosis 25 mg/kgBB), kontrol sediaan uji 2 (dosis 50 mg/kgBB), dan kontrol sediaan uji 3 (dosis 100 mg/kgBB). Setiap kelompok diberikan perlakuan secara oral, tiga puluh menit kemudian diinduksi formalin secara secara intraplantar pada kaki kiri belakang, setelah itu diamati respon menjilat, menggeliat dan menggigit kaki pada hewan. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan One Way Anova dan dihitung persen proteksinya. Hasil penelitian ini menunjukkan semua kelompok perlakuan memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) dengan kelompok kontrol negatif dengan nilai persen proteksi antinosiseptif tertinggi pada dosis 25 mg/kgBB (67,1%) pada fase awal dan (77,1%) pada fase akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biji melinjo (Gnetum gnemon L.) berpotensi sebagai kandidat untuk pengembangan antinyeri yang berasal dari bahan alam.
Immunomodulatory Activity of Enau (Arenga pinnata) Leaf Extract on Macrophage Phagocytosis in Mice Yuliastri, Wa Ode; Sahidin, Idin; Isrul, Muhammad; Setiawan, La Ode Wawan
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 2024: Suppl. 6, no. 3 (The 3rd Mandala Waluya International Conference on Pharmaceutical Science and
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v6i3.53970

Abstract

The immune system is vital in protecting the body from pathogens and harmful foreign substances. This study aims to evaluate the immunomodulatory activity of Arenga pinnata leaf extract on macrophage phagocytosis activity in mice (Mus musculus) and determine its optimal dosage. Extraction was conducted using the maceration method with 96% ethanol as the solvent. The immunomodulatory test was performed by measuring macrophage phagocytosis activity. Male mice were divided into six groups: a negative control (0.5% Na-CMC), a positive control (Stimuno® 0.013 mg/kgBW), and four treatment groups receiving Arenga pinnata leaf extract at doses of 100 mg/kgBW, 200 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 400 mg/kgBW. After seven days of treatment, the mice were injected intraperitoneally with Staphylococcus aureus bacteria, and peritoneal fluid was collected for macrophage phagocytosis activity analysis under a microscope. The results showed that Arenga pinnata leaf extract significantly increased macrophage phagocytosis activity at 300 mg/kgBW and 400 mg/kgBW compared to the positive control. Phytochemical analysis revealed the presence of flavonoids, saponins, tannins, and triterpenoids, which contribute to its immunomodulatory effects. In conclusion, Arenga pinnata ethanol leaf extract exhibits potential as an immunomodulatory agent, particularly at 300 mg/kgBW and 400 mg/kgBW doses. However, further studies are necessary to explore its pharmaceutical applications and elucidate its mechanisms of action.
Anti-Inflammatory Activity of Ethanolic Extract Melophlus sp. and Callyspongia sp. from Southeast Sulawesi Fristiohady, Adryan; Sahidin, Idin; Sadarun, Baru; Purnama, La O. M. J.; Rahmatika, Nur S.; Tien, Tien; Haruna, Lidya A.; Yodha, Agung W. M.; Wahyuni, Wahyuni
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 11, No 1 (2024)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v11i1.28809

Abstract

Marine sponges display significant potencies as an anti-inflammatory agent. Thus this study aims to investigate the effect of anti-inflammatory of Melophlus sp. and Callyspongia sp. by decreasing plasma IL-1β levels of rats. This study was conducted by detecting chemical constituents of extracts and their anti-inflammatory by measuring the plasma IL-1β level of animals.  Animals were acclimatized for seven days, followed at day-8 animals were induced by 1% carrageenan injection intraplantar. Animals were divided into ten groups (n=4) and treated orally according to groups which were C+ and K+ (diclofenac sodium 3598 ppm), C- and K- (Na CMC 0.5%), M50 (Melophlus sp 50 ppm), M100 (Melophlus sp 100 ppm), M200 ((Melophlus sp 200 ppm), C50 (Callyspongia sp. 50 ppm), C100 (Callyspongia sp. 100 ppm), and C200 (Callyspongia sp. 200 ppm). After being left out for 1 hour, blood was collected at the first, second, and third hour. Blood samples were then centrifugated and assayed with ELISA kit Rat IL-1β. Data collected were statistically analyzed. Both marine sponges contain flavonoid, saponin, alkaloid, and terpenoid. Tannin was only detected in Melophlus sp. Both marine sponges provided an effect in decreasing plasma IL-1β at the concentration of 100 ppm and 200 ppm. In conclusion, both extracts of Melophlus sp. and Callyspongia sp. have anti-inflammatory activity with effective concentration are 100 ppm. Keywords: Anti-Inflammatory; Plasma IL-1β; Melophlus sp.; Callyspongia sp.
Isolat Senyawa dari Spons Laut: Sitotoksisitas terhadap Lini Sel Kanker dan Mekanisme Kematian Sel Amalia, Riezki; Hanifah, Syifa; Hadad, Nur Diana; Sahidin, Idin; Diantini, Ajeng
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 12, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2023.12.2.60970

Abstract

Peningkatan angka kematian akibat kanker menyebabkan berkembangnya penelitian mengenai obat antikanker, terutama penelitian terhadap senyawa penuntun (lead compound) yang diisolasi dari bahan alam. Struktur yang unik disertai dengan kombinasi baru kelompok fungsional dan aktivitas biologis spesifik menyebabkan metabolit yang diisolasi dari spons laut menarik untuk diteliti potensinya sebagai antikanker. Dari berbagai senyawa yang telah diisolasi dari spons laut, diketahui dua diantaranya telah disetujui sebagai obat anti-kanker. Artikel ini membahas keterlibatan berbagai senyawa yang diisolasi dari spons laut terhadap mekanisme kematian sel dan potensinya untuk dikembangkan sebagai antikanker. Sebanyak 14 senyawa, yaitu gukulenin A, aaptamin, halikondramida, skalaradial, kakospongionolida, monanchocidin A, monanchocidin B, monanchoxymycalin C, N6-isopentenyladenosine, (Z)-5-(4-hydroxybenzylidene)-imidazolidine-2,4-dione, stellettin B, sipholenol A, sipholenol L, dan heteronemin, dibahas pada artikel ini serta potensinya sitotoksistasnya terhadap berbagai lini sel kanker dan mekanisme spesifiknya. Pencarian data ilmiah yang digunakan pada artikel review ini dilakukan dengan kata kunci “cancer cell line,” “cytotoxicity,” “marine sponges,” serta “anticancer mechanism,” dan berhasil didapatkan 13 artikel hasil penelusuran secara spesifik menunjukkan potensi sitotoksistas terhadap lini sel kanker senyawa yang diisolasi dari spons laut. Studi in vitro ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang dibahas pada review ini memiliki potensi untuk memicu kematian sel melalui berbagai mekanisme, yaitu induksi protein proapoptosis, penghambatan protein antiapoptosis, penghentian siklus sel, inhibisi NF-kB, penekanan metastasis, serta berbagai mekanisme lainnya. Artikel review ini diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian lanjutan mengenai potensi sitotoksisitas senyawa yang diisolasi dari spons laut dan pengembangannya sebagai senyawa penuntun antikanker melalui eksplorasi mekanisme spesifik dan modifikasi struktur turunannya.
Immunomodulatory Activity of Xestospongia sp. Ethanolic Extract Towards Interferon-gamma (IFN- γ) and Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-α) Levels in Wistar Male Rats Fristiohady, Adryan; Jumadil; Wahyuni; Malaka, Muh. Hajrul; Harnita, Wa Ode; Sadarun, Baru; Yodha, Agung Wibawa Mahatva; Saripuddin; Purnama, La Ode Muhammad Julian; Sahidin, Idin
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) Vol. 6 No. 2 (2020): (October 2020)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j24428744.2020.v6.i2.15231

Abstract

Xestospongia sp. is one of marine sponge belongs to demosponges class that mainly found in Southeast Sulawesi and the secondary metabolites contained in Xestospongia sp. suspected to have immunomodulatory activity. A previous study exhibited the immunomodulatory of Xestospongia sp. ethanolic extract (XEE) at dose of 300 and 400 mg/Kg BW by affecting the phagocytic activity of macrophages. Thus, this study aims to investigate the effect of XEE towards interferon-gamma (IFN-γ) and tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) at dose of 300 and 400 mg/Kg BW. Wistar male rats are divided into 4 groups (n=6) randomly and treated for 7 days orally each as follow: group I (XEE dose of 300 mg/KgBW); group II (XEE dose of 400 mg/KgBW); group III (0.5% NaCMC); and group IV (commercial phylantii extract). On day 8, animals were infected with Staphylococcus aureus and left for 1 hour. Animals were sacrificed and the blood was drawn by cardiac puncture (3 mL), followed by analyzed under ELISA Kit for IFN-γ and TNF-α. Collected data were analyzed statistically using SPSS®. The IFN-γ levels obtained were 350.113; 392.970; 118.416; and 61.958 ρg/mL, respectively and the TNF-α were 2808; 1308; 778; and 845.5 ρg/mL, respectively. According to results obtained, both doses of XEE are affecting the IFN-γ and TNF-α levels (p<0.05) compared to group III as negative control, and group IV as positive control. As conclusion, XEE of both doses is increasing IFN-γ and TNF-α levels of animals that respond to phagocytic activity
Sitotoksisitas Ekstrak Metanol dan n-Heksan dari Spons Laut Stylotella aurantium dan Callyspongia aerizusa terhadap Lini Sel HeLa Amalia, Riezki; Mirdayani, Eli; Hanifah, Syifa; Hadad, Nur Diana; Sahidin, Idin; Diantini, Ajeng
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 14, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2025.v14i2.63894

Abstract

Spons laut merupakan salah satu sumber utama senyawa bioaktif karena kemampuannya menghasilkan metabolit dengan struktur unik, seperti manzamine A, avarol, dan callyaerin G, yang memiliki aktivitas biologis tinggi sebagai mekanisme pertahanan diri. Dua spesies spons laut yang dilaporkan memiliki potensi aktivitas biologis adalah Stylotella aurantium dan Callyspongia aerizusa, namun studi mengenai potensi sitotoksisitas dan antikanker keduanya masih terbatas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi sitotoksisitas ekstrak metanol dan n-heksan dari S. aurantium dan C. aerizusa terhadap lini sel kanker serviks HeLa dengan menggunakan metode water soluble tetrazolium-8 (WST-8). Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak metanol S. aurantium memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai IC₅₀ sebesar 873.65 µg/mL pada waktu perlakuan 24 jam. Berdasarkan kriteria ISO 10993-5, ekstrak metanol S. aurantium pada konsentrasi 1.000 µg/mL dengan waktu perlakuan 24 jam menghasilkan persentase sel viabel sebesar 39,88 ± 2,88%, yang dikategorikan sebagai aktivitas sitotoksisitas moderat hingga kuat. Sebaliknya, ekstrak n-heksan S. aurantium serta ekstrak metanol dan n-heksan C. aerizusa menunjukkan nilai IC₅₀ >1.000 µg/mL pada waktu perlakuan 24 jam dan tidak menunjukkan aktivitas sitotoksisitas signifikan terhadap sel HeLa pada konsentrasi 1.000 µg/mL. Temuan ini mengindikasikan bahwa ekstrak metanol S. aurantium memiliki potensi sitotoksik yang layak diteliti lebih lanjut sebagai kandidat antikanker.
Mechanism Of Alpha Mangosteen As An Inhibitor Of Matrixmetalloproteinase-1 In Skin Cancer By In-Silico Study Fristiohady, Adryan; Arfan, Arfan; Asasutjarit, Rathapon; Haruna, Lidya Agriningsih; Purnama, La Ode Muhammad Julian; Sahidin, Idin; Malik, Fadhliyah; Kirana, Rezky Marwah; Kardin, Laode; Idrus, Loly Subhiaty; Malaka, Muhammad Hajrul
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 1 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i1.505

Abstract

?-mangostin (?-MG) is a metabolite of xanthones isolated from fruit of Garcinia mangostana Linn pericarps. Skin cancer is one of the most common malignancies affecting many people. The development of skin cancer is mainly due to intermittent or long-term exposure to ultraviolet (UV) radiation resulting in reduced cell-mediated immune response, production of reactive oxygen species (ROS), and DNA changes. Increased levels of ROS can induce the production of matrix metalloproteinases (MMPs). ?-MG showing potential as an anti-metastatic agent with reduced the expression of MMP-1. This study aims to determine the affinity and stability profiles of ?-MG as anti-skin cancer by applying the In-Silico method. Molecular simulation of ?-MG was successfully docked to the MMP-1. ?-MG showed stable results after 100 ns molecular dynamics simulation based on the root mean square deviation (RMSD) and the root mean squared fluctuation (RMSF). The binding energies of the xanthone derivatives were calculated using the MM/PBSA method.