Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

“KUNGKUNGAN TRADISI” NOVEL PASUNG JIWA KARYA OKKY MADASARI Feronia, Orenda Olympia; Amrizal, Amrizal; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 4 No 3: DESEMBER 2020
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v4i3.12905

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kungkungan dan menjelaskan tentang kungkungan tradisi dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah kalimat-kalimat, dan kata-kata. Sumber data penelitian ini adalah Novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan kungkungan yang ada pada novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari dengan analisis menggunakan teori Hermeneutik Schleiermacher. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pustaka, baca, dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah membaca secara keseluruhan isi novel secara cermat, memahami atau menyimak isi cerita, menandai bab-bab, kata-kata, kalimat-kalimat dan peristiwa-peristiwa yang ingin dianalisis pada novel, mencatat bab-bab, nama-nama tokoh, peristiwa-peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan kejadian, serta menafsirkan data-data yang sudah dikumpulkan dan dihubungkan kembali dengan cerita, dan Menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kungkungan tradisi yang dimaksudkan adalah tidak adanya kebebasan tokoh utama dalam mengekpresikan diri di lingkungan masyarakat yang membuat tokoh utama yang terlahir biologis laki-laki dan secara psikologis cenderung kewanitaan ini merasa tidak bebas dan tidak memiliki pilihan dalam mengekpresikan dirinya dan tokoh utama belum memiliki kebenarian untuk menentang tradisi yang ada sehingga tokoh utama merasa yang salah adalah tradisi itu sendiri karena menolak atau melarang perbedaan itu terjadi sehingga tokoh utama memilih untuk menyalahkan tradisi atas apa yang dirasakannya. Seperti laki-laki yang bergaya seperti perempuan dianggap tidak normal
INTERTEKSTUALITAS NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA Siwi, Utari Rachma; Amrizal, Amrizal; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 5 No 1: April 2021
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v5i1.13114

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan intertekstualitas dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma melalui tinjauan ekspansi, konversi, modifikasi dan ekserp. Penelitian ini merupakan penelitian sastra dengan pendekatan intertekstual untuk mengetahui hubungan antara teks novel dengan karya atau teks asalnya. Hasil penelitian ini adalah intertekstualitas dalam novel Kalatidha, meliputi (1) ekspansi pada delapan dari sebelas gagasan cerita Nugroho Suksmanto, tokoh cerpen Perburuan Wirog karya Nugroho Suksmanto, peristiwa G30S/PKI dalam berita koran tahun 1965, dan wujud penokohan Nyi Rara Kidul; (2) konversi pada bait ke-7 Serat Kalatidha karya Raden Ngabehi Ranggawarsita (puisi ke novel) dan lirik lagu “Johnny B. Goode” karya Chuck Berry (lirik lagu ke novel); (3) modifikasi pada tiga dari sebelas gagasan cerita Nugroho Suksmanto, tataran linguistik (tata kata dan kalimat) cerpen Perburuan Wirog karya Nugroho Suksmanto, sikap dan sifat penokohan Nyi Rara Kidul, dan latar belakang Johnny B. Goode pada tokoh Joni Gila; dan (4) ekserp pada lukisan Kematian Marat Jacques-Louis David. Berdasarkan transformasi karya atau teks asal dalam novel Kalatidha diketahui bahwa ekspansi dan modifikasi mendominasi penulisan novel disertai dua konversi dan satu ekserp. Peneliti menemukan sebelas gagasan Nugroho Suksmanto merupakan induk interteks novel Kalatidha. Hal ini berdasarkan pada sebelas gagasan Nugroho Suksmanto memuat topik-topik yang berhubungan dengan kondisi zaman rusak dalam novel Kalatidha. Disimpulkan bahwa novel Kalatidha merupakan karya sasta yang ditulis dengan mentransformasikan karya atau teks asal menjadi teks baru untuk menceritakan suatu zaman edan atau zaman kekacauan yang terjadi di Indonesia ketika masyarakat melakukan berbagai kejahatan yang merugikan orang lain. 
KEKERASAN DALAM ROMAN ANGKATAN 20-an Oktasari, Ade; Sarwono, Sarwit; Hiasa, Fina
Jurnal Korpus Vol 5 No 3: Desember 2021
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v5i3.19706

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Kekerasan Dalam Roman Angkatan 20-an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif kualitatif dengan analisis teks. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji roman angkatan 20-an menggunakan pendekatan sosiologi sastra dari sisi isi karya sastra. Data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat ataupun paragraf yang mencerminkan tindak kekerasan dalam roman angkatan 20-an. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik baca dan tulis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membaca roman angkatan 20-an, menandai dan mencatat, mengidentifikasi, menggolongkan, menganalisis, mendeskripsikan dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa: terdapat dua bentuk tindakan kekerasan dalam roman-roman angkatan 20-an, yaitu kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Bentuk kekerasan verbal dalam roman angkatan 20-an ini berupa pengancaman, membentak, umpatan, berteriak keras, memanipulasi, memfitnah, pembatasan, memprovokasi, menuduh, pemaksaan, dan mencemooh. Sementara untuk bentuk kekerasan fisik dalam roman angkatan 20-an ini berupa pemukulan, penelantaran anak, eksploitasi anak, pembunuhan, pengabaian, penghilangan harta benda, pemukulan, perkelahian, dan penganiayaan. Terdapat latar sosial budaya dalam roman angkatan 20-an meliputi: (1) kebudayaan, (2) ekonomi, dan (3) kekuasaan.
KEARIFAN LOKAL DALAM PRANATA SOSIAL MANGKAL LUAGH PADA MASYARAKAT PASEMAH DI BENGKULU Sholeh, Nur Ozi Muhammad; Agustina, Emi; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 6 No 1: April 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v6i1.19737

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses dan perubahan pada tradisi mangkal luagh pada masyarakat Pasemah di Bengkulu, serta untuk menemukan dan menjelaskan kearifan lokal dalam tradisi mangkal luagh pada masyarakat Pasemah di Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif yang mengarah pada etnografi dengan menekankan pada proses penafsiran terhadap fenomena budaya suatu masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Hasil dari penelitian ini adalah mangkal luagh merupakan tradisi yang dilaksanakan pada resepsi pernikahan masyarakat suku Pasemah di Bengkulu. Pada proses pelaksanaanya, tradisi mangkal luagh dilaksanakan dengan menjamu tamu undangan yang hadir di resepsi pernikahan, jamuan tersebut disediakan dan dilaksanakan di rumah sanak saudara dan tetangga sekitar dari orang yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan yaitu dengan menyediakan makan dan minum bagi tamu undangan. Tradisi mangkal luagh adalah pranata sosial yang tergolong ke dalam kinship atau domestic institutions yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal di ataranya yaitu jiwa sosial yang tinggi, tolong-menolong antar kerabat, kebersamaan, serta gotong royong. Tradisi mangkal luagh saat ini telah mengalami beberapa perubahan, di antaranya yaitu perubahan pada jumlah pelaksana mangkal luagh, isyarat permintaan untuk melaksanakan mangkal luagh, dan perubahan bentuk pelaksanaan mangkal luagh yang terjadi di beberapa desa. Mangkal luagh pada masyarakat suku Pasemah memiliki tujuan untuk membantu meringankan beban keluarga atau orang yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan dalam menjamu tamu undangan yang hadir pada resepsi pernikahan, selain itu mangkal luagh memiliki fungsi sebagai sarana dalam berinteraksi untuk menjalin silaturahmi antar kekeluargaan.
Nandai Pada Etnik Serawai Di Kabupaten Seluma Sebagai Sumber Pembelajaran Apresiasi Sastra Lama Mareta, Abenda; Agustina, Emi; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 6 No 3: Desember 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v6i3.24684

Abstract

This study aims (1) to inventory or collect marks on the Serawai ethnicity in Seluma Regency so that it can be a source of learning for the appreciation of old literature. (2) Finding and explaining the moral values ​​contained in the mark of the Serawai ethnicity in Seluma Regency. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The data collection technique was carried out by (1) Observation (2) Defect technique (3) Recording (4) Documentation. Data Analysis Techniques (1) perform translation (2) find and explain moral values ​​(3) conclusions. Research Results (1). Until now, markers are still found in 5 sub-districts in Seluma district, although they are no longer told productively because it is difficult to find sources who can still mark, plus many have had health problems and died. The Nandai that was found was the Nandai ghenai which is a type of legend and fairy tale. (2) There are moral messages and values ​​that can be taken in the markings on the Serawai ethnicity such as individual moral values ​​(honest, patient, disciplined, and responsible) and social moral values ​​(respect for every human being, respect for women, respect for the opinions of others , loyal, polite, and true to promises). (3) Nandai can be used as a source of learning appreciation for old literature in Seluma district at the Junior High School, Senior High School, and General levels because it has two languages ​​(Serawai and Indonesian)and Glossary. Keywords: Nandai Serawai Ethnic, Learning Values, Learning Resources
NANDAI PADA ETNIK SERAWAI DI KABUPATEN SELUMA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA LAMA Mareta, Abenda; Agustina, Emi; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 6 No 3: Desember 2022
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v6i3.24685

Abstract

This study aims (1) to inventory or collect marks on the Serawai ethnicity in Seluma Regency so that it can be a source of learning for the appreciation of old literature. (2) Finding and explaining the moral values ​​contained in the mark of the Serawai ethnicity in Seluma Regency. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The data collection technique was carried out by (1) Observation (2) Defect technique (3) Recording (4) Documentation. Data Analysis Techniques (1) perform translation (2) find and explain moral values ​​(3) conclusions. Research Results (1). Until now, markers are still found in 5 sub-districts in Seluma district, although they are no longer told productively because it is difficult to find sources who can still mark, plus many have had health problems and died. The Nandai that was found was the Nandai ghenai which is a type of legend and fairy tale. (2) There are moral messages and values ​​that can be taken in the markings on the Serawai ethnicity such as individual moral values ​​(honest, patient, disciplined, and responsible) and social moral values ​​(respect for every human being, respect for women, respect for the opinions of others , loyal, polite, and true to promises). (3) Nandai can be used as a source of learning appreciation for old literature in Seluma district at the Junior High School, Senior High School, and General levels because it has two languages ​​(Serawai and Indonesian) and Glossary.
Fungsi dan Makna Kebah pada Masyarakat Mukomuko Hasanah, Jasmiatul; Lubis, Bustanuddin; Sarwono, Sarwit
Jurnal Korpus Vol 9 No 1 (2025): April 2025
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jik.v9i1.40326

Abstract

This research aims to describe the function and meaning of the kebah in the Mukomuko community. The method used in this research is a qualitative descriptive method. The results of the research found that kebah refers to a form of oral literature in the form of folklore, history or legend. The main function of the kebah is as a means of education, reflecting public awareness of the importance of education in shaping life. Kebah functions as a medium of expression, where people can express opinions and complaints without feeling embarrassed, because the identity of the character being told remains anonymous. Other functions of the kebah include upholding authority, challenging tradition, entertainment, unification, socialization, forming cultural identity, and social criticism. In terms of its meaning, kebah contains a deep message, especially regarding the relationship between parents and children. This relationship functions as a foundation for forming children's character and values, where parents act as role models in teaching morality and ethics. This meaning not only affects individuals, but also impacts the broader social structure, forming generations of mutual respect. Apart from that, kebah also emphasizes the meaning of luck, which is understood as the result of a combination of opportunities and an individual's ability to exploit them, as well as the result of hard work. Thus, kebah not only has an impact on individuals, but also has an impact on the formation of broader social structures.
Values embedded in the Berasan tradition of Rejang ethnic wedding customs of Bengkulu Serasi, Reko; Sarwono, Sarwit; Yulistio, Didi; Murwantono, Didik
EduLite: Journal of English Education, Literature and Culture Vol 10, No 2 (2025): August 2025
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/e.10.2.693-707

Abstract

This study seeks to thoroughly investigate the Berasan tradition within the Rejang ethnic group in Lebong Regency, Bengkulu Province, Indonesia. This study elucidates the ideals inherent in the Berasan heritage within the Rejang ethnic wedding customs of Bengkulu. This research employed qualitative approach with a descriptive methodology.The research instruments used in this study were observation sheets, in-depth interviews, as well as documentation.This study focused on the Rejang ethnic minority in Lebong Regency, Bengkulu Province, Indonesia. The informants utilized in this study comprised (1) the Customary Chief, (2) the Syara' Chief or Village Imam, (3) the Kutai Chief or Spokesperson for the prospective bride and groom, and (4) the Local Community Store. This study employed a triangulation data gathering technique utilizing research tools such as field observation, in-depth interviews, and documentary material. The data analysis method employed was inductive data analysis. The findings indicate that the rice tradition encompasses social and religious values, including (1) Mutual Cooperation, (2) Family, (3) Shared Responsibility, (4) Honesty and Openness, (5) Ethics and Politeness, (6) Respect for Ancestors, and (7) Good Intentions and Sincerity. This study concluded that the Berasan tradition constitutes a cultural heritage enriched with functional, symbolic, and pedagogical elements that are vital to conserve. The values embedded within it were found to serve as a meaningful reference for shaping social ethics in contemporary society.
Functions and Values of Education in the Tunggu Betunggu Traditional Ceremony: Efforts to Preserve Local Wisdom of the Serawai Tribe in Bengkulu, Indonesia Friantary, Heny; Sarwono, Sarwit; Yulistio, Didi
Journal of Pedagogy and Education Science Vol 4 No 03 (2025): Article in Press - Journal of Pedagogy and Education Science
Publisher : The Indonesian Institute of Science and Technology Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56741/IISTR.jpes.001044

Abstract

This study aims to understand the function and educational values ​​contained in the Tunggu Betunggu traditional ceremony in the Serawai Tribe community in Simpang Village, Bengkulu Province, Indonesia. The study uses a qualitative descriptive method with a folklore approach to explore the cultural and social meaning of the tradition. Data were collected through interviews, observations, and documentation. The results of the study show that the Tunggu Betunggu ceremony not only functions as a religious ritual but also as an educational medium that conveys divine, social, and moral values ​​to the younger generation. The value of divine education is reflected in the practice of praying and giving thanks, which strengthens the spiritual relationship with God. Social values ​​include cooperation, sharing sustenance, and harmony, which strengthens solidarity and harmony in society. Meanwhile, moral values ​​are taught through respect for ancestors, respect for others, and responsibility. This ceremony plays an important role in preserving cultural identity, strengthening social solidarity, and shaping the moral character of the next generation of the Serawai Tribe.