Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

DESCRIPTIVE STUDY OF DIETARY PATTERNS AND PHYSICAL ACTIVITIES AMONG PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN COMMUNITY HEALTH CENTER OF KESUNEAN, CIREBON Haidaryafi, Hanif; Sanif, Muhammad Edial; Wirandoko, Ignatius Hapsoro
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No 4 (2019)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.052 KB)

Abstract

Background: The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) remains high in Indonesia. The Basic Health Research of Indonesia in 2018 revealed that 2% of 250 million population were diagnosed of DM. Unbalanced dietary patterns and lack of physical activities contributed as the risk factors of DM type 2. Particularly, this study wants to find out the description of dietary patterns and physical activities among patients in the community health center of Kesunean, Cirebon.Methodology: This descriptive study used 89 people with DM type 2 aged 45-65 years as the respondents. Consecutive sampling was used as the sampling technique, while recall questionnaire of 24-hour food consumption and food frequency for diet and Baecke questionnaire for physical activity were used as data collection techniques.Results: The results of frequency distribution analysis showed that 64 (71.9%) respondents had unbalanced diets, while 25 (28.1%) of them had balanced diets. Regarding physical activities, 51 (57.3%) respondents had low intensity of physical activities and 38 (42.7%) patients had moderate intensity of physical activities.Conclusion: Most of the respondents with DM type 2 had unbalanced diets and low intensity of physical activities. Community Health Center of Kesunean should provide communication, information and communication about the importance of balanced diets and physical activities in order to prevent the incidence of DM type 2.
Efek Suplementasi Besi-Vitamin C Dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Ignatius Hapsoro Wirandoko
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 3, No 1 (2016): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Pemberian suplementasi  besi-vitamin C dan vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin serta dapat menurunkan prevalensi anemia pada anak sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplementasi besi-vitamin C dan vitamin C selama 12 minggu terhadap perubahan kadar  hemoglobin  anak sekolah dasar yang anemia. Metode : Jenis penelitian adalah eksperimental dengan desain   Randomized Controlled pretest-postest trial,  double blind. Subyek penelitian adalah anak SD yang anemia umur 7-12 tahun di Kecamatan Sayung. Subyek dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan I (n=37) yang diberi sirup besi (60 mg FeSO4) plus vitamin C (100 mg) dan kelompok perlakuan II (n=37) yang diberi sirup vitamin C (100 mg). Seluruh sampel sebelum suplementasi diberi vitamin A 200.000 UI dan obat cacing Albendazol 400 mg dosis tunggal. Suplementasi dilaksanakan selama 3 bulan (12 minggu). Analisis dilakukan dengan uji paired t-test dan Independent Sample T-Test.  Hasil : Perubahan kadar hemoglobin rata-rata bagi kelompok perlakuan I  sebesar 2,05 ± 1,53 g/dL , dari rata-rata 10,2±1,09 g/dL menjadi 12,2 ± 1,13, demikian juga bagi kelompok perlakuan II terjadi perubahan kadar hemoglobin rata-rata 1,95 ± 1,40 g/dL, dari rata-rata 10,5 ± 0,07 g/dL menjadi 12,5 ± 1,19 g/dL. Rata-rata perubahan kadar hemoglobin antara kedua kelompok tidak berbeda (t= 0,31 , p=0,75). Pada kelompok perlakuan I menurunkan anemia sebesar 56,8%, sedangkan kelompok perlakuan II menurunkan anemia sebesar 67,6%. Simpulan : Pemberian suplementasi besi-vitamin C dibandingkan dengan hanya diberi vitamin C tidak ada perbedaan yang bermakna  terhadap perubahan kadar hemoglobin. Kata kunci : Anemia, suplementasi, besi, vitamin C, anak sekolah dasar, kadar hemoglobin.Background : Iron and vitamin C  supplementation can increase the hemoglobin  level and is expected to correct in anaemia school children. This  study  was aimed   to  examine   the effect  of   iron+vitamin C and vitamin C supplementation only twice a week on hemoglobin level of anemia school children. Methods : This study was a randomized-controlled pre and post-test, double-blind trial. The subject of this study were anaemia school children aged  712 years  in Sayung subdistrict, Demak district.  Samples were as signed in to two treatment groups : group I (n=37) received  supplementation iron (60 mg Fe as FeSO4)+ vitamin C (100 mg) syrup and group II (n=37)  received  vitamin C (100 mg) syrup only. All subjects were given vitamin A 200.000 UI dan Albendazole 400 mg before supplementation as a single dose. Supplementation was administrated for 3 months (12 weeks). Paired t-test, independent t-test and Anova were used for data analysis. Result : The changes of mean  hemoglobin level in group I and II were 2,05±1,53 g/dL (from 10,2±1,09 g/dL  become12,2±1,13 g/dL) and were 1,95±1,49 g/dL (from 10,5± 0,07 g/dL  become 12,5±1,19 g/dL). There was no difference in the change of hemoglobin level between both  groups (t= 0,31 , p=0,75). The prevalence of anaemia in group I and II decreased by 56,8% and 67,6%, respectively.  Conclusion : There is no difference in the iron+vitamin C supplementation compared to the vitamin C only supplementation  on hemoglobin change.
Korelasi Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Stroke Pada Usia Muda di RSUD Majalengka Annisa Nurfitriyani; Ika Komala; Ignatius Hapsoro Wirandoko
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 5, No 1 (2019): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler. Faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya Stroke salah satunya adalah merokok. Perokok memiliki risiko tujuh kali terkena stroke dibandingkan dengan orang yang tidak merokok atau berhenti merokok. Tujuan: Mengetahui korelasi merokok dengan kejadian Stroke di usia muda di RSUD Majalengka. Metode: Penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian dengan metode observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional. Sampel adalah jumlah populasi penderita Stroke pada usia muda di RSUD Majalengka tahun 2016-2017. Digunakan uji korelasi spearman dengan batas kemaknaan 0,05. Hasil: Responden yang memiliki kebiasaan merokok pada usia muda sebanyak 46 orang (28.6%). Angka kejadian stroke di RSUD Majalengka sebanyak 161 orang. Responden berjenis perempuan lebih besar dibandingkan responden laki-laki sebanyak 84 orang (52.2%), seluruh total responden yang termasuk ke dalam kriteria sebanyak 161 orang. Diperoleh nilai Correlation Coefficient sebesar 0.024. Didapatkan nilai p sebesar 0.767 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Stroke pada usia muda Simpulan: Korelasi antara kebiasaan merokok dengan kejadian Stroke pada usia muda di RSUD Majalengka termasuk kategori sangat lemah.Kata Kunci: Merokok, Stroke
Pengaruh Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Grade Hipertensi pada Laki-laki Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kota Cirebon Friska Lestari; Ignatius Hapsoro Wirandoko; Muhammad Edial Sanif
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi. Konsumsi kopi berkaitan dengan kafein telah lama diketahui dapat meningkatkan tekanan darah. Berdasarkan berbagai penelitian, kopi dapat meningkatkan tekanan darah secara akut. Pengaruh kebiasaan minum kopi jangka panjang terhadap hipertensi pun masih diperdebatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan minum kopi dalam jangka panjang terhadap grade hipertensi. Metode: Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Subyek penelitiaan sebanyak 213 laki-laki usia 15-59 tahun yang menderita hipertensi dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Larangan, diambil secara consecutive sampling. Kebiasaan minum kopi dilihat dari frekuensi dan lamanya minum kopi yang ditanyakan langsung dengan kuesioner. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Spearman. Hasil: Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji spearman pada perangkat lunak komputer diperoleh nilai p value 0.081, tidak ada pengaruh kebiasaan minum kopi terhadap grade hipertensi. Simpulan: Tidak ada pengaruh kebiasaan minum kopi terhadap grade hipertensi pada 213 laki-laki penderita hipertensi usia 15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Larangan kota CirebonKata kunci: Grade Hipertensi, Kebiasaan minum kopi, cross sectional ABSTRACT Introduction: Coffee is one of the most widely consumed beverages. The content of caffeine in coffee has long been known to increase blood pressure. Based on various studies, coffee can increase acute blood pressure. The effect of long-term habitual coffee consumption on hypertension is debatable. This study aims to determine the effects of long-term habitual coffee consumption on grade of hypertension. Methods: This study used an observational analytic study with cross sectional study design. Subjects are 213 men aged 15-59 years who suffer from hypertension and domiciled in the work area of Puskesmas Larangan, taken by consecutive sampling. Habitual coffee consumption viewed from the frequency and duration of coffee is asked directly with the questionnaire. Statistical analysis used is Spearman test. Results: Based on statistical test using spearman test on computer software obtained p value 0.081, there is no effect of habitual coffee consumption on grade of hypertension. Conclussions: There is no effect of habitual coffee consumption on grade of hypertension in 213 men with hypertension aged 15-59 years in the work area of Puskesmas Larangan CirebonKeywords: grade of hypertension, habitual coffee consumption, cross sectional
KORELASI ANTARA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI PUSKESMAS MAJASEM KOTA CIREBON Dini Norviatin; Muhammad Rizqi Hasani; Ignatius Hapsoro Wirandoko
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 7, No 1 (2021): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Berdasarkan data dari Word Health Organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan kejadian infeksi saluran pernapasan akut di Negara berkembang memiliki angka kematian di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20 % pertahun pada usia balita. Anak dengan status gizi kurang rentan terhadap penyakit infeksi, salah satunya yaitu ISPA. Data Bulan Penimbangan Balita (BPB) Kota Cirebon Tahun 2016, Di Puskesmas Majasem terdapat 128 anak dengan status gizi kurang. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan riwayat infeksi saluran pernapasan akut dengan kejadian gizi kurang pada anak usia 2-5 tahun di Puskesmas Majasem Kota Cirebon. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 68 anak usia 2-5 tahun,diambil secara quota sampling. Riwayat infeksi saluran pernapasan akut ditanyakan dengan kuesioner dan gizi kurang diukur dengan perbandingan berat badan terhadap tinggi badan. Analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi contingency coefficient. Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat infeksi saluran pernaasan akut dan gizi kurang pada anak 2-5 tahun dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) dan nilai korelasi r = 0,422 menunjukan korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Kesimpulan : Ada hubungan riwayat infeksi saluran pernapasan akut dengan kejadian gizi kurang pada anak 2-5 tahunKata Kunci : Anak,Gizi Kurang, Infeksi Saluran Pernapasan Akut
FAKTOR PENENTU STATUS GIZI PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG TAHUN 2007 Ignatius Hapsoro Wirandoko; Shofa Nur Fauzah; Bambang Wibisono; Imam Syakhruddin
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 2, No 1 (2015): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Di Kota Semarang, prevalensi gizi kurang tertinggi terjadi di Kecamatan Pedurungan. Prevalensi anak usia 2-5 tahun yang tergolong sangat kurus dan kurus di kecamatan tersebut masing-masing sebanyak 8,24% dan 11,11%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi anak usia 2-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan. Metoda : Penelitian ini menggunakan metode survai cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anak usia 2-5 tahun yang berjumlah 776 anak yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Wetan. Pengambilan sampel yang berjumlah 73 anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Multi Stage Sampling yang terdiri dari dua tahap yaitu Purposive dan Proportional Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, wawancara terstruktur dan recall konsumsi makanan 3x24 jam kepada ibu. Status gizi anak diukur dengan skor z indeks BB/TB. Variabel determinan yang dianalisis adalah: tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, pendapatan perkapita, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, serta kejadian diare dan ISPA. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan Rank Spearman, serta Regresi linear berganda. Hasil : Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status gizi anak usia 2-5 tahun (ρ= 0,297; p = 0,011), pengetahuan gizi dengan status gizi anak usia 2-5 tahun (ρ= 0,288; p = 0,013). Tidak ada hubungan status ekonomi  (ρ= 0,033; p= 0,783), tingkat kecukupan energi (ρ=0,134; p= 0,258), tingkat kecukupan protein (r=0,134; p= 0,260), kejadian diare dan ISPA dalam dua minggu terakhir dengan status gizi anak. Hasil uji multivariat menunjukkan tingkat pendidikan ibu dan tingkat kecukupan protein merupakan determinan terpenting terhadap status gizi anak. Simpulan : Determinan status gizi anak usia 2-5 tahun adalah tingkat pendidikan ibu dan tingkat kecukupan protein anak.
HUBUNGAN USIA IBU BERESIKO DENGAN ANGKA KEJADIAN PRETERM DI WILAYAH PUSKESMAS PERKOTAAN (Studi Observasi di Puskesmas Gunung Sari, Kesambi, dan Jalan Kembang Kota Cirebon) Putri Puspa Lestari; Ignatius Hapsoro Wirandoko; Dadan Ramadhan Apriyanto
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 4, No 2 (2018): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPendahuluan : Kelahiran kurang bulan (Preterm) adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan neonatus yang dilahirkan kurang dari 37 minggu atau terlalu dini. Kelahiran Preterm merupakan masalah gelobal, karena 1,1 juta bayi di dunia meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi dari kelahiran preterm dan terdapat lebih dari 60% terjadi di Negara Asia dan Afrika. Salah satu faktor resiko preterm adalah usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua saat melahirkan. Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian preterm di Puskesmas Gunung Sari, Kesambi, dan Jalan Kembang Kota Cirebon. Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan jumlah sampel yaitu 1.877 ibu melahirkan selama 3 tahun di Puskesmas Gunung Sari, Kesambi dan Jalan Kembang Kota Cirebon. Teknik pengambilan sampel dengan cara Total Sampling. Instrumen yang digunakan adalah  buku kohort ibu. Analisis data menggunakan analisis univariat dang analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil Penelitian : Dari 1.877 responden, ibu yang memiliki usia beresiko yaitu <20 tahun sebanyak 172 (9.2%) dan  >35 tahun sebanyak 291 (15.5%). Untuk kejadian preterm di dapatkan 31 kejadian (sangat prematur = 6 kejadian, premetur sedang = 12 kejadian, dan borderline premature = 13 kejadian) dengan usia ibu beresiko sebanyak 17 responden dan usia ibu yang tidak beresiko sebanyak 14 responden. Di dapatkan nilai p value 0.000 dan rasio prevalens 3.812. Kesimpulan : Ada hubungan usia ibu beresiko dengan angka kejadian preterm di wilayah perkotaan. Kata Kunci : preterm, Puskesmas Gunung Sari, Puskesmas Kesambi, Puskesmas Jalan Kembang Kota Cirebon, Usia ibu.  ABSTRACT Introduction: Preterm birth is the term used to define born neonates who are born less than 37 weeks or earlier. A Preterm birth is a global problem because there are 1.1 million of infants die in annual caused by the complication of preterm birth and it happens more than 60% in Asian and African Countries. The most risk factor of preterm birth is pregnancy in adolescence or in old age during childbirth. Objectives: To know the correlation between risk maternal age and preterm birth at Gunung Sari public health, Kesambi, and Jalan Kembang Cirebon CitY. Method: This research was conducted by using cross sectional method with 1.877 birth mothers for last 3 years at Gunung Sari public health, Kesambi and Jalan Kemban Cirebon City. The sampling technique used Total Sampling. The instruments of the research used mother’s cohort book. The data analysis of the research used univariate analysis and bivariate analysis with chi square test. Results: For 1,877 respondents, the maternal who had riskedage,it was obtained that more than 20 years old (<20 years old) was 172 (9.2%) and >35 years old was 291 (15.5%). For number of preterm itself, it was obtained 31 cases ( Extremely Premature = 6 cases, Moderately Premture = 12 cases, and borderline preterm = 13 cases), with the risked maternal age got preterm was 17 respondents and not risked maternal age was 14 respondents. It was obtained that p value was 0.000 and prevalent ratio was 3.812.  Finding: There was a correlation between maternal age and number of preterm birth in urban area. Keywords: Preterm, Gunung Sari public health, Kesambi and Jalan Kembang Cirebon City, maternal age.
Hubungan Status Gizi dan Penggunaan Media Sosial dengan Pubertas Remaja Putri di SMPN 2 Sedong Sindang Laut Kabupaten Cirebon Ignatius Hapsoro Wirandoko; Nurul Dwi Rahmawati
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 2, No 2 (2015): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang.Pubertas remaja putri ditandai dengan menstruasi pertama kali (menarche) yang terjadi dalam rentang usia 10 – 16 tahun. Salah satu penyebab percepatan usia menarche adalah status gizi. Akses informasi seks yang sangat mudah dari media sosial menimbulkan persepsi tersendiri bagi remaja, dan menyebabkan timbulnya mestruasi dini pada remaja.  Tujuan.Untuk menganalisis hubungan status gizi dan penggunaan media sosial dengan pubertas pada remaja putri di SMPN 2 Sedong Sindang Laut Kabupaten Cirebon. Metode Rancangan studi cross sectional dengan teknik stratified random sampling. Data diambil dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, dan kuesioner mengenai pola makan, penggunaan media sosial serta pencatatanfood recall 24 jam konsumsi pangan. Hasil.Jumlah responden 69 orang. Penelitian menggunakan analisis korelasi Spearman mengenai hubungan status gizi dengan pubertas didapatkan nilai r = +0,430 dan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,10). Hasil analisis mengenai hubungan penggunaan media sosial dengan pubertas didapatkan nilai r = +0,262 dan didapatkan nilai p = 0,030 (p < 0,10). Simpulan.Ada hubungan bermakna positif sedang (r = +0,430 ; p = 0,000) antara status gizi dengan pubertas. Ada hubungan bermakna positif lemah (r = +0,262 ; p = 0,030) antara penggunaan media sosial dengan pubertas. Kata Kunci: Status Gizi, Media Sosial, Pubertas  Remaja PutriABSTRACT Background. Puberty on teenage girls marked by the first menarche which happen within age of 10 – 16 years old. One of the caused on acceleration age of menarche is nutrient status. Information about sex on social media are easily to access, therefore it gives them their own perception on sex and cause early in adolescents. Objective. To analyze correlation of nutrient status and the use of social media with puberty of female students in Sedong Sindang Laut 2 JHS at Cirebon Regency. Methods.This research was conducted using cross sectional study with the technique of sampling used stratified random sampling. Data retrieved with measurement weight and height and questionaire about eating habit, use of social media and food recall 24 hours. Result. The sample obtained as much as 69 female students. This research analyzed using spearman’s corelation about corelation of nutrient statuswith puberty was obtained r value = +0,430 and p value = 0,000 (p < 0,10). The result corelation of social media used with puberty was obtained r value = + 0,262 and p value = 0,030 (p < 0,10)  Conclussion. There was a moderate positive meaningful corelation (r = +0,430 ; p = 0,000) between nutrient status with puberty, there was a weak positive menaingful corelation (r = +0,262 ; p = 0,30) between used of social media with puberty.  Keyword. Nutrient Status, Social Media, Puberty of Female Teenagers
Efektifitas Ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina) Terhadap Ketebalan Epitelisasi pada Luka Insisi Mencit Susi Yanuar Mustikalestari; Ignatius Hapsoro Wirandoko; Ika Komala
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 6, No 1 (2020): Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan
Publisher : Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyembuhan luka terdapat tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Proses penyembuhan luka dapat dipercepat oleh obat  tradisional, salah satunya daun afrika (Vernonia amygdalina).  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap ketebalan epitelisasi pada luka insisi mencit. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control grup design. Subyek penelitian ini menggunakan  25 ekor mencit (Mus musculus) dibagi lima kelompok, yaitu kelompok K(-), kelompok K(+), Perlakuan 1 (ekstrak daun afrika dosis 9%), perlakuan 2 (ekstrak daun afrika dosis 11%), perlakuan 3 (ekstrak daun afrika dosis 13%). Setelah itu jaringan kulit dibuat preparat untuk diamati ketebalan epitel.  Uji statistik menggunakan  One Way ANOVA untuk menguji rata- rata ketebalan epitel pada kelompok. Hasil: Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan secara bermakna antara kelompok perlakuan  p value (0,00) dari hasil uji Anova. Rerata ketebalan epitelisasi terendah kelompok K(-) sebagai yang paling rendah, K(+), P1, dan P2 rerata ketebalan epitelisasi sedang, P3 sebagai yang paling tinggi. Simpulan: Terdapat perbedaan pemberian ekstrak daun afrika antara dosis 9%,11% dan 13% dibandingkan kelompok kontrol terhadap ketebalan epitelisasi dan dosis13% ekstrak daun afrika paling efektif.Kata Kunci:  Daun Afrika, Penyembuhan Luka, Ketebalan Epitelisasi. ABSTRACT Introduction: Wound is the loss or destruction of some tissues. Wound healing can be divided into three phases there are inflammation, proliferation, and remodeling phase. The wound heling process can also accelerated by using traditional medication, one of them Africa leaf (Vernonia amygdalina). The aim of this study was to  know the effectiveness of Africa leaf (Veronina amygdalina) ekstract toward ephithelial thickness on mice incision wound. Methods: This study used post test control group only design. Subject of this research used 30 mices (Mus musculus)  divided to five group, there were K group (-), K (+) group, P1 (African leaf extract dose 9%) group, P2 (African leaf extract dose 11%) group, P3 (African leaf extract dose 13%) group. Then the skin tissues cutted into preparations to be observed epithelial thickness. Statisistic test used One Way ANOVA to test the average of epithelial thickness in the group.  Results: The results showed significant difference between treatment group p value (0,00) from Anova test result. The lowest average  of epithelial thickness was K (-) group,  the medium of  epithelial thickness was K (+), P1, and P2 group, and the highest was P3 group. Conclusions: There were differences of giving africa leaf ekstract between 9%, 11%, and 13% doses compared with control group toward ephitelial thickness and the most effective of africa leaf ekstract was 13% doses.Keywords: Africa leaf, Wound heling, epithelial thickness. 
DESCRIPTIVE STUDY OF DIETARY PATTERNS AND PHYSICAL ACTIVITIES AMONG PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN COMMUNITY HEALTH CENTER OF KESUNEAN, CIREBON Hanif Haidaryafi; Muhammad Edial Sanif; Ignatius Hapsoro Wirandoko
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No. 4 (2019)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) remains high in Indonesia. The Basic Health Research of Indonesia in 2018 revealed that 2% of 250 million population were diagnosed of DM. Unbalanced dietary patterns and lack of physical activities contributed as the risk factors of DM type 2. Particularly, this study wants to find out the description of dietary patterns and physical activities among patients in the community health center of Kesunean, Cirebon.Methodology: This descriptive study used 89 people with DM type 2 aged 45-65 years as the respondents. Consecutive sampling was used as the sampling technique, while recall questionnaire of 24-hour food consumption and food frequency for diet and Baecke questionnaire for physical activity were used as data collection techniques.Results: The results of frequency distribution analysis showed that 64 (71.9%) respondents had unbalanced diets, while 25 (28.1%) of them had balanced diets. Regarding physical activities, 51 (57.3%) respondents had low intensity of physical activities and 38 (42.7%) patients had moderate intensity of physical activities.Conclusion: Most of the respondents with DM type 2 had unbalanced diets and low intensity of physical activities. Community Health Center of Kesunean should provide communication, information and communication about the importance of balanced diets and physical activities in order to prevent the incidence of DM type 2.