Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Kajian Fikoremediasi pada Air Tanah Tercemar Timbal dan Kadmium di Sekitar TPA Wukirsari, Gunungkidul Dinda Fadhila; Ipung Fitri Purwanti
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i2.85265

Abstract

Kehadiran TPA sering kali berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan seperti pencemaran air tanah yang disebabkan oleh lindi. Lindi dapat mengandung logam berat seperti timbal dan kadmium. Fikoremediasi menggunakan mikroalga menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi pencemaran air tanah karena dinilai lebih sederhana, mudah diaplikasikan, dan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan dibandingkan metode remediasi secara fisik dan kimia. Studi ini mengkaji literatur yang membahas pencemaran timbal dan kadmium pada air tanah, pemanfaatan mikroalga dalam fikoremediasi, dan kemampuan Spirulina platensis dalam menyisihkan logam berat untuk pencemaran air tanah di TPA Wukirsari, Gunungkidul. Hasil kajian menunjukkan bahwa mikroalga memiliki enzim pada permukaan sel yang mampu mengikat logam berat. Penambahan Spirulina platensis pada air tanah tercemar di sekitar TPA Wukirsari menyebabkan konsentrasi timbal dan kadmium berkurang masing-masing sebesar 90% dan 85%.
Kajian Fitostabilisasi Limbah Hasil Tambang Tembaga (Tailing) Lastri Septito Napitupulu; Ipung Fitri Purwanti
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.94358

Abstract

Limbah pertambangan adalah hasil buangan dari limbah industri pertambangan yang disebut sebagai tailing. Tailing berasal dari batuan berharga yang diproses menjadi partikel yang halus dan kemudian dipisahkan antara mineral yang berharga dan sisanya. Pada umumnya tailing sangat miskin bahan organik, tidak mengandung unsur hara, porositas tinggi dan tidak ada aktivitas mikroorganisme. Jumlah tailing yang terlalu tinggi dalam tanah dapat mengganggu perkembangan tumbuhan karena bersifat racun. Teknologi untuk memperbaiki lingkungan yang mengandung tailing tembaga telah banyak diaplikasikan, salah satunya yaitu fitostabilisasi. Teknologi ini meliputi penyerapan, presipitasi, dan pengurangan logam dengan cara imobilisasi logam dalam tanah dan air. Fitostabilisasi merupakan teknologi hijau ramah lingkungan, efektif dari aspek biaya, aman, dan efisien dalam memperbaiki lingkungan akibat limbah tailing. Kajian ini bertujuan mengkaji berbagai literatur tentang upaya memperbaiki lingkungan tercemar limbah tailing tembaga. Metode kajian berupa penelaahan dari berbagai sumber literatur. Merangkum berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk memahami kemampuan tumbuhan dan perencanaan floating treatment wetland. Fitostabilisasi menggunakan tumbuhan akuatik yang memiliki kemampuan tinggi dalam meremediasi limbah tailing tembaga, tumbuhan lokal, dan dapat menghasilkan biomassa yang tinggi. Tumbuhan fitostabilitator yang digunakan yaitu Limnocharis flava, Vetiver zizanoides, dan Eichhornia crassipes dengan kemampuan penyisihan tailing tembaga masing-masing 95,56%, 95,83%, 76,9%. Tumbuhan ditanam pada floating treatment wetland (FTW) yaitu penggunaan tumbuhan akuatik yang ditanam dalam suatu media yang mengapung sehingga akar dapat menggantung bebas di dalam air. Jika kandungan tembaga dalam setiap hektar adalah 10.000 m3, maka diperlukan jumlah FTW berukuran 4,5 m × 1 m sebanyak 2.223 FTW dan kebutuhan tumbuhan sebanyak 100.035 tumbuhan.
Kajian Bioaugmentasi pada Air Tanah Tercemar Solar di Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta Achmad Dani Garcia; Ipung Fitri Purwanti
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.94589

Abstract

Solar (diesel oil) merupakan campuran hidrokarbon yang umum digunakan sebagai bahan bakar. Kontaminasi air tanah oleh solar dapat terjadi karena kebocoran pada proses transportasi, serta tangki penyimpanan. Pencemaran solar pada air tanah dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Contoh kasus pencemaran solar pada air tanah terjadi di Yogyakarta pada 1997, di Tasikmalaya pada 2014, dan di Cilacap pada 2019. Bioremediasi adalah metode pendegradasian kontaminan yang memanfaatkan kemampuan mikroorganisme dengan cara mengubah kontaminan manjadi senyawa tidak berbahaya. Tujuan dari kajian ini adalah mengalisis penerapan bioremediasi (bioaugmentasi) pada air tanah tercemar solar di Kecamatan Gedongtengen, Yogyakarta, sebagai akibat dari kebocoran tangki penyimpanan solar di Stasiun Tugu Yogyakarta. Bioaugmentasi yang dikaji adalah menggunakan isolat konsorsium bakteri yang terdiri dari bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis. Jumlah bakteri yang ditambahkan sebanyak 26.250,72 mL x 109 CFU/mL dengan waktu bioaugmentasi selama 12 minggu atau 84 hari. Bioaugmentasi disertai dengan penambahan nutrisi berupa nitrogen dan fosfor, serta oksigen untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Persentase degradasi TPH dan benzena sebesar 87% dan 99% dapat menurunkan konsentrasi TPH dari 3,7 mg/L menjadi 0,48 mg/L dan konsentrasi benzena menjadi 0,007 mg/L sehingga memenuhi baku mutu (0,6 mg/L untuk TPH dan 0,01 mg/L untuk benzena).
Kajian Pengolahan Air Asam Tambang Industri Pertambangan Batu Bara dengan Constructed Wetland Salsabila Adnin Maulida; Ipung Fitri Purwanti
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.111230

Abstract

Air asam tambang adalah limpasan air yang terbentuk dari proses oksidasi mineral sulfida yang terekspos dengan udara di atmosfer dan bercampur dengan air. Air asam tambang dapat berasal dari proses penambangan terbuka, pengelolaan batuan buangan, penimbunan batuan dan pengelolaan limbah tailing. Pencemaran air asam tambang di badan air penerima terjadi karena pengolahan air asam tambang yang kurang tepat. Permasalahan pencemaran air asam tambang dapat menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat. Contoh kasus pencemaran air asam tambang di badan air yaitu pencemaran air asam tambang dari industri pertambangan batu bara yang terjadi di Sungai Palakan, Kalimantan Timur yang telah berlangsung lebih dari dua dekade. Pengolahan eksisiting yang diterapkan yaitu pengendapan TSS pada settling pond industri tambang batu bara. Pengolahan lanjutan yang direkomendasikan setelah melalui unit settling pond yaitu constructed wetland. Constructed wetland memanfaatkan simbiosis yang berlangsung secara alami antara tumbuhan air dengan mikroorganisme pada media di sekitar sistem perakaran (rhizosfer). Tujuan dari kajian ini adalah menganalisis penerapan metode constructed wetland untuk mengolah air asam tambang sehingga kualitasnya memenuhi baku mutu saat dilepas ke badan air penerima. Debit air asam tambang yang diolah yaitu 0,84 m3/detik yang diolah pada CW berukuran 8,04 ha. Tumbuhan yang dipilih adalah eceng gondok dengan tipe tumbuhan single plant dan tipe kolam sub-surface flow arah aliran horizontal. Kebutuhan tumbuhan eceng gondok yaitu sejumlah 322.160 tumbuhan yang ditanam pada 4 kompartemen berbeda. Kualitas efluen air asam tambang setelah diolah dengan constructed wetland memenuhi baku mutu dan aman untuk dilepas ke badan air penerima.
Penentuan Laju Timbulan dan Komposisi Sampah dalam Program Pengabdian Masyarakat di Wisata Pantai Kelapa Panyuran Kabupaten Tuban Titah, Harmin Sulistiyaning; Tangahu, Bieby Voijant; Purwanti, Ipung Fitri; Mangkoedihardjo , Sarwoko; Mashudi, Mashudi; Santoso, Irwan Bagyo; In, Hurun
Sewagati Vol 8 No 4 (2024)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v8i4.1098

Abstract

Pantai Kelapa di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, dikelola oleh POKDARWIS dengan berbagai fasilitas dan aktivitas. Namun, peningkatan jumlah pengunjung telah menyebabkan masalah timbulan sampah yang belum terkelola baik. Untuk mengatasi ini, rencana program pengabdian kepada masyarakat yang fokus pada pengelolaan sampah dan pemanfaatan produk sampah untuk meningkatkan pendapatan dan menjaga lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau yang biasa disebut SDGs (Sustainable Development Goals). Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat di Wisata Pantai Kelapa adalah mengatasi masalah sampah melalui pengelolaan sampah. Survei dan penghitungan timbulan sampah dilakukan pada 6 lokasi yang berbeda. Sampling dan pengukuran berat serta volume sampah dilakukan pada masing-masing area. Pada area pertama memiliki timbulan sampah terbanyak, didominasi oleh sampah kelapa karena terdapat wahana dan food court. Pada area kedua memiliki densitas sampah tertinggi, khususnya dari sisa makanan. Sementara itu, area 4 memiliki jumlah timbulan sampah paling sedikit karena hanya memiliki kolam renang yang jarang dikunjungi. Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa area 1 (wahana dan food court) memiliki timbulan sampah tertinggi sebesar 994,8 kg, diikuti oleh area 2 (musholla) dengan 562,95 kg. Total timbulan sampah adalah 2600,04 kg per hari dengan densitas tertinggi terjadi di area 2, yaitu 11940.71 kg/m3. Sampah yang paling banyak adalah serpihan buah kelapa, sisa makanan, sampah kebun, dan sampah kayu.
Optimization of adaptive and sustainable gold ore grinding processes for better environmental and land conditions in the small-scale gold mining sector in Indonesia Nurjaman, Dadan Mohamad; Titah, Harmin Sulistiyaning; Kawigraha, Adji; Purwanti, Ipung Fitri; Hidayat, Wahyu
Journal of Degraded and Mining Lands Management Vol. 11 No. 3 (2024)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15243/jdmlm.2024.113.5635

Abstract

The artisanal and small-scale gold mining (ASGM) sector largely relies on mercury in gold processing, posing potential environmental contamination, health issues, and land degradation. In the villages of Tatelu and Talawaan, ASGM operations, guided by local knowledge and resources, have transitioned to using cyanide leaching for gold processing sustainably. These operations utilize andesitic stones from river deposits as grinding media in the grinding process. However, the cyanide leaching results were not optimal, with a gold recovery below 60%. This leaves significant amounts of gold in the waste, necessitating further processing and the incomplete treatment of free cyanide waste. The suboptimal gold recovery in cyanide leaching is attributed to the inadequate grain size liberation during grinding. This study optimized grinding by comparing andesitic stone grinding media with steel balls and rods. The findings indicate that to achieve a grain size of 75% passing 74 um, grinding with andesitic stones takes 4 hours, while steel rods and balls take 3 hours. For a grain size of 75% passing 44 um, grinding with andesitic stones, steel balls, and rods requires 6 hours. With more precise process parameters, locally available andesitic stones can be an effective grinding medium to optimize gold recovery. In line with optimizing gold recovery, this will enhance ASGM's revenue, encouraging the adoption of waste management practices to alleviate environmental impact, health risks, and land degradation. This aligns with the promotion of sustainable practices within the ASGM sector.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Depo Pemasaran Ikan Lingkar Timur, Sidoarjo Cholisoh, Tatsabila Noor; Purwanti, Ipung Fitri
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 3 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i3.121770

Abstract

Tingginya hasil perikanan di Kab. Sidoarjo berban-ding lurus dengan volume limbah perikanan yang dihasilkan dari pasar ikan. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Sesuai PERMENKES No.17 tahun 2020 air limbah yang dibuang harus sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Pada perencanaan ini digunakan baku mutu dari PERMEN LHK No. 5 tahun 2014 untuk baku mutu industri perikanan. Dalam perencanaan IPAL tersebut, dilakukan observasi dan analisis laboratorium serta beberapa sekunder penunjang. Kemudian dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil dari pengolahan data dan perencanaan yaitu Basic Design IPAL meliputi perhitungan desain, gambar desain, Bill of Quantity (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan, dan evaluasi dari sistem sanitasi pasar. Dengan rata-rata debit air limbah sebesar 29,22 m3/hari air limbah Depo Pemasaran Ikan Lingkar Timur, Sidoarjo memiliki karakteristik berwarna keruh kecokelatan dan berbau anyir. Air limbah mengandung beban organik BOD sebesar 984 mg/L dan COD sebesar 1835 mg/L, dengan konsentrasi total amonia 904,86 mg/L, kandung-an TSS 322mg/L dan pH sebesar 7,35. Instalasi pengolahan air limbah direncanakan dengan 1 unit grease trap, 1unit bak ekualisasi dengan screen, 1unit anaerobic baffled reactor (ABR), 1unit biological aerobic filter (ABF), 1 unit clarifier, dan 1 unit constructed wetland. Biaya yang dibutuhkan untuk konstruksi IPAL sebesar Rp318.900.000,00.
EVALUASI SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM X ZONA PELAYANAN Y Barikiyah, Saeril; Purwanti, Ipung Fitri
Purifikasi Vol 23 No 2 (2024): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/purifikasi.v23i2.462

Abstract

Tingkat kehilangan air Perusahaan Umum Daerah Air Minum X sebesar 26,47% dan zona pelayanan Y volume kehilangan air sebesar 19,2 %, volume kehilangan air didominasi oleh kehilangan air secara fisik sebesar 25,4 % dan kehilangan air non fisik sebesar 8,1 %. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No 27/PRT/M/2016 bahwa batas maksimum tingkat kehilangan air sebesar 20%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi jaringan distribusi perpipaan pada Perusahaan Umum Daerah Air Minum X zona pelayanan Y. Metode penelitian ini yaitu analisis jaringan distribusi menggunakan software Epanet dengan ditinjau tekanan dan kecepatan aliran air dengan perpedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No 27/PRT/M/2016. Tekanan aliran air pada zona pelayan Y saat jam puncak (07:00) terdapat satu daerah mengalami negative pressure (-19 m), sedangkan kecepatan aliran air mengalami kecepatan dibawah batas minum yaitu dibawah 0,3 m/detik. Evalausi system jaringan distribusi dengan mengganti diameter pipa, dari ukuran eksisting 100 mm menjadi 150 mm. Evalausi evalausi ini bertujuan untuk menghilangkan negative tekanan, sehingga air dari reservoir dapat dialirkan sampai pada pelanggan
KAJIAN FITOREMEDIASI AIR TANAH TERCEMAR LINDI TPA DENGAN KANDUNGAN LOGAM (STUDI KASUS: FITOREMEDIASI FE DAN BESI DI LAHAN BEKAS TPA KEPUTIH) Prastitianti, Desy; Purwanti, Ipung Fitri
Purifikasi Vol 23 No 1 (2024): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/purifikasi.v23i1.457

Abstract

Keberadaan TPA dapat menjadi sumber pencemaran air tanah apabila TPA yang beroperasi tidak didesaindengan baik untuk mengurangi terjadinya pencemaran oleh lindi. Lindi yang dihasilkan oleh sampah akanterbawa oleh air hujan melalui infiltrasi dan terbawa aliran air tanah sehingga dapat menyebabkan masuknya pencemar ke dalam sumur-sumur air tanah yang ada di sekitarnya. Pemulihan air tanah yang tercemar besi oleh lindi TPA dapat dilakukan salah satunya dengan metode fitoremediasi. Kajian literatur ini bertujuan untuk menelaah beragam jenis tanaman yang potensial untuk fitoremediasi air tanah tercemar besi pada lahan bekas TPA Keputih Surabaya. Kayu apu (Pistia stratiotes) dipilih untuk studi kasus memulihkan air tanah yang tercemar besi pada bekas lahan TPA Keputih. Hail perhitungan menunjukkan bahwa pada skala rumah tangga diperlukan kayu apu sebanyak 84 batang dan waktu tinggal selama 7 hari untuk menyisihkan kelebihan Fe pada air tanah agar memenuhi baku mutu air.
Fabrication and Characterization of Modified PVDF Membrane Using TiO2 for Wastewater Containing Paracetamol Zainiyah, Isti Faizati; Yuniarto, Adhi; Fairuzi, Intania Ika; Purwanti, Ipung Fitri; Marsono, Bowo Djoko
Tropical Aquatic and Soil Pollution Volume 5 - Issue 1 - 2025
Publisher : Tecno Scientifica Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53623/tasp.v5i1.586

Abstract

Modified membranes have gained significant attention due to their ability to enhance performance. Although membranes modified with TiO₂ nanoparticles have been studied, no research has specifically addressed their effectiveness in removing paracetamol contaminants, despite the widespread use of paracetamol and its potential contribution to increased waste production. Therefore, in this study, polyvinylidene fluoride (PVDF) membranes were modified with TiO₂ nanoparticles, providing new insights into the use of PVDF-TiO₂ specifically for paracetamol wastewater treatment. The results showed that TiO₂ nanoparticle-modified membranes exhibited better performance than unmodified membranes. The unmodified membrane had a lower performance rate (69.18%) compared to membranes modified with titanium isopropoxide (TTIP) at concentrations of 1 M (93.35%) and 0.5 M (90.05%). These results were supported by Scanning Electron Microscopy (SEM) analysis, which revealed that the unmodified membrane had an average pore size of 0.998 μm, whereas the membranes modified with TTIP at 1 M and 0.5 M had average pore sizes of 0.615 μm and 0.791 μm, respectively. The larger pores in the unmodified membrane allowed larger particles to pass through, reducing its filtration efficiency. These findings underscore the potential of TiO₂ nanoparticle-modified membranes for significantly enhancing water purification processes, particularly in the removal of pharmaceutical contaminants like paracetamol. Ultimately, this research could contribute to the development of more effective strategies for managing pharmaceutical waste in water sources, leading to improved environmental protection and public health.