Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Inhibitory Effect of Nutmeg (Myristica fragrans) Leaf Extract on Biofilm Formation by Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Ramadhan, Fahri; Nugroho, Yusuf Eko; Faizal, Imam Agus
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 6 No 2: Oktober 2025
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v6i2.294

Abstract

Background: Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is an opportunistic pathogen with a strong capacity for biofilm formation, which enhances resistance to antibiotics. Although nutmeg (Myristica fragrans) seeds and mace have been extensively studied, research on nutmeg leaves is limited despite their content of flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids with antimicrobial potential. Objective: This study evaluated the antibiofilm activity of nutmeg leaf extract against MRSA biofilm formation in vitro. Materials and Methods: Biofilm assays were conducted using MRSA isolates. The optimal incubation time for biofilm formation was first determined, followed by treatment with nutmeg leaf extract. Results: MRSA formed optimal biofilms at 48 h (OD = 0.101 ± 0.012). Nutmeg leaf extract significantly reduced biofilm formation (OD = 0.083 ± 0.010) compared with the negative control (OD = 0.118 ± 0.009) and the positive control, tetracycline (OD = 0.096 ± 0.011) (p = 0.001). While the reduction was statistically significant, the difference from tetracycline was modest. Conclusion: Nutmeg leaf extract demonstrated significant antibiofilm activity against MRSA in vitro. These findings support its potential as a complementary natural agent for managing biofilm-associated infections, warranting further studies to isolate active compounds and assess synergistic effects with standard antibiotics.
Correlation between Neutrophil Counts and Salmonella IgM in Typhoid Fever Patients at Emanuel Hospital Banjarnegara Haryanti, Anik; Nugroho, Yusuf Eko; Faizal, Imam Agus
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 6 No 2: Oktober 2025
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v6i2.311

Abstract

Background: Typhoid fever is an infectious disease caused by Salmonella typhi and remains a significant public health problem in endemic regions. The incidence continues to rise annually, particularly among children. During infection, the immune system responds through both hematological and serological mechanisms, including increased neutrophil counts and the production of Immunoglobulin M (IgM). Neutrophils act as the first line of defense against bacterial invasion, while IgM is the earliest antibody produced during acute infection. Although many studies have independently examined hematological and serological parameters in bacterial infections, limited research has explored the relationship between neutrophil counts and Salmonella IgM in pediatric typhoid fever, especially in endemic areas such as Banjarnegara, Indonesia. Objectives: This study aims to analyze the relationship between neutrophil counts and Salmonella IgM results in pediatric patients with typhoid fever. Materials and Methods: This study is a cross-sectional design utilizing secondary data obtained from the Electronic Medical Records (EMR) and Laboratory Information System (LIS). Results: The results showed that 18 patients (47.4%) had normal or high neutrophil counts, while 2 patients (5.3%) had low neutrophil counts. Regarding Salmonella IgM results, 5 patients (13.2%) tested negative, whereas 33 patients (86.8%) tested positive. Conclusions: The Spearman statistical test yielded a p-value of 0.002 (p < 0.05) with a correlation coefficient of 0.480, indicating a significant relationship between neutrophil counts and Salmonella IgM results at Emanuel Hospital, Banjarnegara. The correlation between neutrophil counts and Salmonella IgM results is considered moderate.
Correlation between Hematocrit and Platelet Counts in Dengue Hemorrhagic Fever Patients: A Study at Emanuel Hospital, Banjarnegara Pancawati, Yulina; Pangesti, Ira; Nugroho, Yusuf Eko
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 6 No 2: Oktober 2025
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v6i2.312

Abstract

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus and transmitted by Aedes aegypti mosquitoes. Without prompt management, DHF can lead to severe complications and death. The World Health Organization (WHO) identifies thrombocytopenia and increased hematocrit as key diagnostic parameters for DHF. Objectives: This study aimed to assess the correlation between hematocrit levels and platelet counts in patients with Dengue Hemorrhagic Fever at Emanuel Hospital, Banjarnegara. Materials and Methods: This cross-sectional study used secondary data from the hospital’s Electronic Medical Records (EMR) and Laboratory Information System (LIS). Statistical analysis was performed using Pearson’s correlation test. Results: The analysis showed a significant negative correlation between hematocrit and platelet counts in DHF patients (r = –0.760, p < 0.001). Conclusions: The findings indicate that an increase in hematocrit is associated with a decrease in platelet counts, emphasizing the importance of simultaneous monitoring of both parameters in the clinical management of DHF. This study contributes to local epidemiological data and underscores the potential of these laboratory indicators as practical tools for assessing disease severity.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI BUAH KAWISTA (Limonia acidissima) DALAM MENGHAMBAT BAKTERI Eschericia coli secara in-vitro Nugroho, Yusuf Eko; Dewi, Dini Puspo
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 2 No. 1 (2020): Volume 2, Nomor 1, Mei 2020
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v1i2.110

Abstract

Kawista merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Buah kawista mengandung alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Beberapa jenis bakteri yang sering menginfeksi manusia yaitu Escherichia coli dimana bakteri Escherichia coli merupakan bakteri patogen penyebab diare. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas perasan alami dan perasan freeze dryer buah kawista dalam menghambat Escherichia coli pada konsentrasi 100%. Penelitian ini menggunakan buah kawista mentah di daerah Rembang. Buah diblender kemudian diperas sehingga menghasilkan konsentrasi 100%, serta perasan buah kawista 100% dilakukan metode pengeringan dingin (freeze dryer) kemudian dibuat konsentrasi 400 mg/mL. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan perasan alami dan perasan freeze dryer buah kawista 100% dapat menghambat Escherichia coli namun pada bakteri Escherichia coli tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perasan alami dan perasan freeze dryer buah kawista 100%.
Efektivitas Buah Kawista untuk Menghambat Bakteri Staphylococcus epidermidis Puspodewi, Dini; Nugroho, Yusuf Eko
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 2 No. 2 (2020): Volume 2, Nomor 2, November 2020
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v2i1.169

Abstract

Kawista merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. jenis bakteri yang sering menginfeksi manusia yaitu Staphtlococcus epidermidis yang termasuk CNS yang paling sering dipelajari. Untuk tujuan masa kini, definisi faktor virulensi sangat luas, terdiri dari gen dan protein yang memfasilitasi pembentukan infeksi pada tubuh manusia. Alkaloid, saponin, tanin, flavonoid merupakan salah satu zat yang berfungsi ssebagai antibakteri. Antibakteri adalah suatu zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri dengan cara mengganggu metabolisme bakteri. Buah kawista diperoleh dari kabupaten Rembang Jara Tengah.Buah diblender kemudian diperas sehingga menghasilkan konsentrasi 100%, dilakukan metode pengeringan dingin (freeze dryer) kemudian dibuat konsentrasi 400 mg/mL. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan freeze dryer buah kawista 100% dapat menghambat Staphylococcus epidermidis.
Pemanfaatan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Untuk Menurunkan Kadar Logam Cu Pada Ikan Belanak (Chelon subviridis). Pangesti, Ira; Nugroho, Yusuf Eko; Faizal, Imam Agus; Utami, Tri Fitri Yana; Priyanto, Anggih
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 2 No. 2 (2020): Volume 2, Nomor 2, November 2020
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v2i1.161

Abstract

Perairan estuari Sungai di Kabupaten Cilacap merupakan daerah zona transisi antara daratan dan lautan, sehingga memiliki nilai strategis untuk dilakukan pemanfaatan secara ekonomi dan ekologi dan menjadi daerah yang dimanfaatkan pada berbagai kegiatan industri yang menyebabkan masuknya cemaran seperti logam berat Cu kedaging biota laut seperti ikan belanak, Nilai baku mutu logam Cu yang ditetapkan oleh FAO/WHO yaitu sebesar 1,0 mg/kg. Logam berat dapat diturunkan kadarnya dengan zat yang bersifat sekuestran salah satunya adalah asam sitrat yang berada pada buah belimbing wuluh, hal ini yang akan menyebabkan logam kehilangan sifat ion pada logam berat sehingga dapat mengurangi daya toksisitas logam tersebut. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Objek penelitian adalah daging ikan belanak yang di rendam dengan sari belimbing wuluh konsentrasi 25% dan variasi lama perendaman yaitu 15 menit, 30 menit dan 45 menit. Hasil penelitian yaitu Kadar Cu awal 1,64 mg/kg. Prosentase penurunan pada 15 menit 29,7%, 30 menit 57,2% dan 45 menit 75,3%. Lama perendaman yang paling efektif untuk menurunkan kadar Cu pada daging ikan belanak yaitu selama 45 menit sebesar 75,3%. Terdapat pengaruh lama perendaman terhadap penurunan kadar Cu pada daging ikan belanak.
Identifikasi Faktor Nutrisi Terhadap Potensi Anemia Di Wilayah Cilacap Pangesti, Ira; Nugroho, Yusuf Eko; Nurwahidah, Andi Tenri
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 3 No. 2 (2021): Volume 3, Nomor 2, November 2021
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v3i2.327

Abstract

Logam ion tembaga (Cu) yang dapat mengakibatkan hemolisis pada darah akibat dari keracunan. Darah berfungsi sebagai pembawa oksigen, pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis. Tembaga (Cu) dalam dosis tinggi dapat meyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma, dan dapat meninggal. Gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia. Gejala yang lain adalah mata berkunang-kunang, berkurangnya daya konsentrasi dan menurunnya daya tahan tubuh Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama. Prevalensi anemia adalah sekitar 8-44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki-laki usia 85 tahun atau lebih. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Objek penelitian adalah lansia di wilayah Cilacap. Hasil penelitian yaitu gejala anemia yang di alami paling banyak di sebabkan karena memang adanya penyakit penyerta sebelumnya.
Analisa Kebutuhan Nutrisi Balita Wilayah Cilacap (Ditinjau Dari Aspek Imunologi) Nugroho, Yusuf Eko; Rusana; Pangesti, Ira
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 3 No. 2 (2021): Volume 3, Nomor 2, November 2021
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v3i2.329

Abstract

Nutrisi menjadi salah satu faktor penentu sistem kekebalan tubuh atau yang dikenal dengan imunonutrisi. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian single case riset. penelitian ini akan dilakukan di posyandu di Cialcap selama 2 bulan dengan usia 6-24 bulan. Hasil penelitian didapatkan data sebanyak 39 responden dengan metode kuesioner. Variable yang diamati adalah ausupan Karbohidrat, Lemak, Protein, Buah, Sayur. MPASI, ASI. Diperoleh data bahwa 97.4% balita sudah diberikan karbohidrat dalam bentuk nasi, sedangkan 1 balita atau 2.6% diberikan karbohidrat dalam bentuk yang lainnya. sebanyak 71.8% balita mendapatkan lemak dari minyak goring, 17.9% dari mentega dan 10.3% belum mendapatkan tambahan lemak. 97.4% mengkonsumsi protein baik nabati dan protein hewani. Sedangkan 2.6% belum mengkonsumsi keduanya. 97.4% mengkonsumsi buah dan sayur. Sedangkan 2.6% belum mengkonsumsi buah dan sayur. 76.9% balita mengkonsumsi ASI eksklusif dan 23.1% konsumsi ASI dan susu formula (kombinasi). konsumsi makananan pendamping asi yang buatan sendiri (homemade) sebesar 71.8%. sedangkan 28.2% mengkonsumsi bubur instan.
Hubungan Jumlah Trombosit dan Leukosit pada Pasien Dewasa Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Terhadap Lama Rawat Inap di RSI Fatimah Cilacap Bulan Februari- Maret 2022 Agustin, Afrida Chesarani; Nugroho, Yusuf Eko; Pangesti, Ira
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 5 No. 2 (2023): Volume 5, Nomor 2, November 2023
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v5i2.320

Abstract

DBD tersebar luas di daerah tropis dan sering menimbulklan kejadian luar biasa (KLB). Angka kejadian penyakit DBD yang terus meningkat dapat menjadi ancaman besar pada kesehatan masyarakat, hal ini dapat meningkatkan angka rawat inap di rumah sakit. Menurut data BPS Jateng pada 2021 di dapatkan angka kkesakitan DBD per 100.000 penduduk Kabupaten Cilacap tertinggi di Provinsi Jawa Tengah sebesar 36,10. Kriteria laboratoris untuk dengue yaitu trombositopenia dan leukopenia serta didukung dengan IgG dan IgM positif pada tes serologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jumlah trombosit dan leukosit pada pasien dewasa dengan DBD terhadap lama rawat inap. Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini dipilih menggunakan random sampling pada pasien dewasa dengan DBD di RSI Fatimah Cilacap bulan Februari-Maret 2022 didapatkan 64 subjek pasien rawat inap dewasa. Berdasarkan analisis bivariat dengan SPSS 25.0 didapatkan hasil terdapat hubungan antara jumlah trombosit dan leukosit terhadap lama rawat inap pasien DBD dewasa dengan nilai signifikansi p=0,020 untuk variabel jumlah trombosit, dan didapatkan nilai signifikansi sebesar p=0,001untuk variabel jumlah leukosit. Jumlah trombosit dan leukosit memiliki hubungann terhadap lama rawat inap pada pasien dewasa dengan DBD di RSI Fatimah Cilacap bulan Februari-Maret 2022.
Perbandingan Hasil Il-6 Pada Pasien Covid-19 dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus Suhada, Wahyu Aji; Mubarok, Akhmad; Nugroho, Yusuf Eko
Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol. 5 No. 2 (2023): Volume 5, Nomor 2, November 2023
Publisher : Universitas Al-Irsyad Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36760/jp.v5i2.321

Abstract

Seseorang dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti diabetes melitus mempunyai risiko lebih besar tertular virus selama terjadinya wabah COVID-19. Kadar IL-6 dapat meningkat sampai ribuan kali lipat ketika mengalami stres seluler serta membantu dalam mengkoordinasikan respon terhadap disregulasi homeostasis jaringan. IL-6 digunakan sebagai prediktor prognosis pasien COVID-19 terkonfirmasi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaah hasil pemeriksaan IL-6 pada pasien COVID-19 dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di RSUD Cilacap dengan populasi sampel yaitu data pasien COVID-19 yang dilakukan pemeriksaan IL-6. Data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-smirnof. Dan dilanjutkan dengan uji T-Test. Hasil IL-6 pada pasien COVID dengan DM tertinggi yaitu 5000 COI, sedangkan tanpa DM tertinggi 72,6 COI. Ada perbedaan hasil IL-6 pada pasien COVID-19 dengan DM dan tanpa DM dimana hasil IL-6 pasien COVID-19 dengan DM lebih tinggi.