Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa

MENYELISIK KOSAKATA BAHASA SUNDA DALAM KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA PUSAT BAHASA EDISI IV Umi Kulsum
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 12, No 2 (2014): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.533 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v12i2.29

Abstract

DALAM kaidah penyerapan bahasa Indonesia dinyatakan bahwa bahasa daerahmerupakan prioritas kedua, setelah bahasa Melayu, untuk menjadi bahasa sumber bagibahasa Indonesia, sementara bahasa asing diposisikan sebagai alternatif terakhir. Alasanprioritas ini merupakan langkah yang tepat dalam pemertahanan bahasa Melayu danbahasa daerah. Selain itu, hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan identitas bahasaIndonesia supaya tidak terlalu banyak kosakata bahasa asing yang diserap ke dalambahasa Indonesia. Sebagai bahasa daerah dengan penutur yang cukup banyak, bahasaSunda mempunyai kemantapan, baik dalam korpus (tata bahasa, kamus) maupun dalampemakaiannya. Permasalahan tulisan ini adalah (1) kosakata apa saja dari bahasaSunda yang masuk ke dalam KBBI (bahasa Indonesia) dan (2) bagaimana karakteristik kosakata tersebut dilihat dari segi bentuk, kelas, makna, kemungkinan menjadi kosakatabahasa Indonesia, inkonsisten, dan kendala yang ada? Metode yang digunakan dalampenelitian ini ialah metode deskriptif. Tulisan ini dapat dijadikan masukan untuk revisiKBBI IV dan juga peluang unsur lain dari bahasa Sunda untuk masuk ke dalam KBBIedisi selanjutnya. Jumlah unsur Sunda yang masuk ke dalam KBBI (dilabeli Sd) ada161. Dari segi bentuk, kelas, dan makna unsur-unsur tersebut cukup beragam. Akantetapi, ada beberapa catatan, baik berupa peluang unsur Sunda, inkonsistensi, maupunkendala unsur bahasa Sunda yang masuk KBBI IV tersebut.
REPETISI SEBAGAI PENGUAT IDE DALAM PRODUKSI BAHASA R. A. KARTINI Umi Kulsum
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 15, No 1 (2017): METALINGUA EDISI JUNI 2017
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.641 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v15i1.158

Abstract

R.A. Kartini is known to be born in April and her birthday has become nationalholiday. There is certainly a good reason to appoint her as one of national hero andwas titled as woman emancipation fighter. Despite many books about her work, thelanguage aspects of her writings are rarely discussed. This writing is meant to fillin such absence and aims at revealing a linguistic aspect, namely repetition, in hernovel “Habis Gelap Terbitlah Terang”, which she used to amplify her ideas. Thereare two problems to solve, namely (1) the types of repetition used in her work; and(2) the effect of using such repetition, using descriptive method. The result shows thatKartini used many types of repetition, namely anaphora, mesodiplosis, epistrophe,simploque, epizeuksis, tautology, epanalepsis, and anadiplosis. It was revealed thatthose types of repetition played a big role in amplifying her ideas in the novel. AbstrakBulan April identik dengan bulan R. A. Kartini karena pada bulan inilah beliaudilahirkan dan hari kelahirannya dinyatakan sebagai salah satu hari besar nasional.Tentu ada alasan kuat mengapa R.A. Kartini dinobatkan sebagai salah satu pahlawannasional dan mendapat gelar pejuang emansipasi wanita. Untuk kiprah Kartini, sudahbanyak tulisan yang membahasnya. Akan tetapi, dari unsur kebahasaan, masih jarangtulisan yang mengupas bagaimana aspek kebahasaan dalam tulisan R.A Kartini dantulisan ini mencoba mengisi rumpang yang ada, yaitu mengungkap salah satu aspekkebahasaan dalam novel Habis Gelap Terbitlah Terang karya R.A. Kartini, yaituaspek repetisi yang digunakan R.A Kartini dalam menguatkan ide beliau. Masalahpenelitian ini adalah (1) repetisi apa saja yang digunakan oleh R.A. Kartini dalamkaryanya? dan (2) efek apakah yang timbul dari penggunaan repetisi tersebut?Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil yang diperoleh adalahsangat banyak dan beragamnya repetisi yang digunakan oleh Kartini, di antaranyaadalah anafora, mesodiplosi, epistrofa, simploke, epizeuksis, tautologi, epanalepsis,dan anadiplosis. Selain itu,dapat diungkap bahwa repetisi-repetisi tersebut sangatberperan dalam penguatan ide-ide Kartini dalam novelnya.
SUFFIX –IS AND –IK AND ITS PROBLEMATICS IN INDONESIAN LANGUAGE Umi Kulsum
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 13, No 2 (2015): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2015
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.89 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v13i2.10

Abstract

ALTHOUGH suffix –is and –ik are not genuinely Indonesian suffixes they are quiteproductive suffixes. They are very interesting to observe since they vary in forms,functions, and meanings compared to other suffixes. Another problem is thatpeople use both suffixes as if they were interchangeable while the media seem touse them arbitrarily. It needs to be noticed and taken care of especially onderivatives containing either of both suffixes with the same meaning. Anotherproblem to solve is the entries containing the suffixes in Kamus Besar BahasaIndonesia. This writing aims to describe suffixes –is and –ik within the derivativesaccording to their forms, functions, meanings, formulas, and their problematicusing descriptive method and referential equivalence in analyzing the data. Datawere taken from mass media such as Kompas, Pikiran Rakyat, Koran Tempo,and tabloid Nakita. The conclusions were (1) there were six variations of rootverbs that could be followed by the suffix –is and –ik, (2) suffix –is had morevariations in terms of function and meaning than that of suffix –ik. Suffix –is hadfour functions of noun determiner and two functions as adjective determiner,meanwhile suffix –ik only had two functions of meaning determiner; (3) therewere three derivation formulas involving suffix –is and –ik; (4) the problematicconcerning suffix –is and –ik can be classified into four categories.