Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Fenomena Penyesatan Dalam Tradisi Praktik Pertunangan Di Sampang Madura Muqoffi, Muqoffi
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 4 No. 2 (2019): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.498 KB) | DOI: 10.35127/kbl.v4i2.3652

Abstract

Abstrak:Tunangan disyariatkan dalam Islam dengan cara dan pola tertentu agar menjadi pintu masuk yang tepat dalam menghindari disharmoni keluarga, baik dengan istri, mertua dan seluruh elemen rumah tangga. Namun dalam fakta sosial, praktik tunangan di masyarakat Sampang Madura banyak terjadi distorsi disebabkan penyesatan yang sistematis dan masif. Hasil penelitian menemukan setidaknya ada 5 penyesatan, yaitu: 1. Penyesatan dalam memaknai tunangan. Sekket dan lamaran menjadi seremonial wajib untuk meresmikan ikatan tunangan. Sementara dalam Islam cukup kesepakatan melalui lisan dan dianjurkan merahasiakan status tunangan tersebut, bukan diviralkan dengan acara sekket dan lamaran, 2. Penyesatan konsep menerima tunangan. Mumpung laku dan takut sakkal sering menjadi alasan untuk menerima pinangan dari siapapun. Sedangkan dalam Islam calon yang agamanya baik dan berakhlak menjadi kriteria yang utama untuk menciptakan keluarga yang ideal, 3. Penyesatan tujuan menunangkan. Sebagai tameng dari hujatan dan agar menjadi jodoh banyak dijadikan tujuan menunangkan putranya. Tujuan yang justeru menjadi lumbung kemunkaran dan kerusakan keluarga, 4. Penyesatan budaya pertemuan dan 5. Penyesatan tradisi tukar cincin.Kata Kunci: Penyesatan, Tunangan, SampangAbstract:Fiance is prescribed in Islam in certain ways and patterns so that it becomes an appropriate entrance in avoiding family disharmony, both with his wife, in-laws and all elements of the household. But in social facts, the practice of fiance in the Sampang Madura community is often distorted due to systematic and massive misdirection. The results of the study found that there were at least 5 deceits, namely: 1. Deception in interpreting fiance. Sekket and proposal become ceremonial mandatory to formalize the engagement. While in Islam it is quite an agreement through word of mouth and it is recommended to keep the status of the fiance a secret, not to be neutralized by a program of securities and applications, 2. The misdirection of the concept of accepting a fiancée. While behavior and fear are often the reason to accept proposals from anyone. Whereas in Islam a candidate whose religion is good and moral is the main criterion for creating an ideal family. As a shield from blasphemy and in order to become a mate many used as the goal to get his son engaged. Precisely the aim of becoming a granary of confusion and damage to the family, 4. Misdirection of cultural encounters and 5. Misdirection of the tradition of ring exchange.Keywords: Misdirection, Fiance, Sampang
PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT SYAIKH NAWAWI DALAM KITAB UQÛD AL-LUJJAYN FÎ BAYÂNI HUQÛQ AL-ZAWJAIN Muqoffi Muqoffi; Masykurotus Syarifah
Ulumuna: Jurnal Studi Keilsman Vol 6 No 1 (2020)
Publisher : LP2M IAI Miftahul Ulum Pamekasan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36420/ju.v6i1.3703

Abstract

Nowadays the tempest of the household not only raises acute disharmony between husband and wife but also has fatal consequences for the moral decadence of children. Therefore, it is felt necessary to examine family education in the book of Uqûd al-Lujjayn by Shaykh Nawawi to transmit objective steps in maintaining the stability of Islamic households to the community. This research is a type of literature study using a qualitative approach. From the results of the study, it was found that the purpose of family education is to care for the family from Hellfire with the approach of the science of jurisprudence and morals. Educators are fathers and mothers, while students are wives and children through the methods of instruction and habituation, question and answer, punishment and exemplary. The internalization of Shaykh Nawawi's family education is very relevant in modern families as a preventive measure from the threat of materialistic life style threats. Among them, optimizing the husband in playing his role as an educator for children and wife towards the inculcation of sharia values ​​and character education, not just fulfilling birth obligations. Likewise a mother establishes herself as a domestic worker and child educator. An ideal formulation of family education in realizing the quality of faith and piety not the quantity of thrones and possessions. But the concept of Shaykh Nawawi in intimidating children in giving orders needs to be synergized with typical modern children. For children who are hard-hearted, arrogant and egocentric, this concept is considered not accurate, so the relevance is not right. Likewise, direct punishment to children and wives is considered less relevant. Imposing punishment must be carried out procedurally with the principle of proportional and conditional sourced from the principle of min al-akhaffi ilâ al-asyad: starting from the lightest to the heaviest.
PENDAMPINGAN PEMBUATAN KOPIAH ARAB DALAM MENUMBUHKAN KEATIVITAS MASYARAKAT DUSUN KRAMAT DESA PULAU MANDANGIN SAMPANG Mahmudi Mahmudi; Iftihor Iftihor; Muqoffi Muqoffi
Al-Khidmah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2020): September
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nazhatut Thullab Sampang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.348 KB)

Abstract

Harapannya kegiatan dampingan ini pada masyarakat dusun Kramat desa pulau mandangin kecamatan Sampang kabupaten Sampang tetap menekuni dalam pembuatan kopiah arab ini dengan berbagai motif agar para konsumen atau pembeli semakin tertarik untuk membelinya. Selain itu, agar bisa menunjang perekonomian masyarakat. Dengan demikian kehidupan mereka menjadi lebih terangkat dan, sejahtera, dan terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Dalam dampingan ini fokus pada: Pertama, bagaimana pembuatan kopiah arab dalam menumbuhkan keatifitas masyarakat di Dusun kramat Desa Pulau Mandangin Kecamatan Sampang. Kedua, bagaimana strategi pemasaran masyarakat Pulau Mandangin dalam memasarkan kopiah arab.
Pendampingan Penguatan Kemampuan Baca Tulis Al-Quran Santri Pondok Pesantren Miftahul Jannah Desa Batuporo Timur Kecamatan Kedungdung Sampang Mohamad Thoyyib Madani; Muqoffi Muqoffi; Ali Wafa; Ach. Muda’i
Al-Khidmah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2021): September
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nazhatut Thullab Sampang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.686 KB)

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat (PKM) dilaksanakan dilingkungan Pondok Pesantren Miftahul Jannah Desa Batuporo Timur Kecamatan Kedungdung Sampang yang berlangsung selama kurang lebih satu bulan yaitu mulai tanggal 16 Juli s/d 15 Agustus 2020. Kegiatan PKM ini mendapat respon positif dari berbagai pihak terutama oleh Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Jannah. Tujuan dari kegiatan ini adalah para santri fasih, hafal, dan lincah dalam kemampuan baca tulis. Santri usia 10-13 tahun diberikan pedoman tentang ilmu tajuwid, tanda baca, makhorijul huruf, dan beberapa metode praktis untuk memudahkan mereka dalam proses dampingan.
Implikasi Program Bahts Al-Masa'il Terhadap Nalar Kritis Santri di Pondok Pesantren Gedangan Daleman Kedungdung Sampang Muqoffi Muqoffi
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 3 No. 1 (2018): (Juni)
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.081 KB) | DOI: 10.35127/kbl.v3i1.3275

Abstract

Abstrak: Kurikulum pemerintah yang diselenggarakan di Sekolah/Madrasah perlu disempurnakan dengan program bahts al-masâil, sebuah diskusi ilmiyah yang dominan di Pondok Pesantren dalam rangka menjawab beragam persoalan masyarakat terkini sekaligus sebagai media obyektif dalam menumbuhkan nalar kritis terhadap diri santri. Karenanya, penulis merasa penting melakukan penelitian tentang program bahts al-masâil di Pondok Pesantren Gedangan Daleman Kedungdung Sampang dengan fokus terhadap prosedur dan mekanisme pelaksanaannya, baik di tingkat MI, MTs, MA dan Guru serta implikasinya terhadap nalar kritis santri. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriftif dan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa santri benar-benar punya nalar kritis dalam program bahts al-masâil tersebut dalam merespon jawaban dan penjelasan, mengkaji setiap referensi, menganalisa soal dan hasil keputusan, sehingga budaya kritis ini memberi dampak terhadap terciptanya mindset berpikir kritis di luar forum, baik berkaitan dengan kajian keilmuan maupun realitas kehidupan. Kata Kunci: Bahts al-Masâil, Nalar Kritis
Fenomena Penyesatan Dalam Tradisi Praktik Pertunangan Di Sampang Madura Muqoffi Muqoffi
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 4 No. 2 (2019): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.498 KB) | DOI: 10.35127/kbl.v4i2.3652

Abstract

Abstrak:Tunangan disyariatkan dalam Islam dengan cara dan pola tertentu agar menjadi pintu masuk yang tepat dalam menghindari disharmoni keluarga, baik dengan istri, mertua dan seluruh elemen rumah tangga. Namun dalam fakta sosial, praktik tunangan di masyarakat Sampang Madura banyak terjadi distorsi disebabkan penyesatan yang sistematis dan masif. Hasil penelitian menemukan setidaknya ada 5 penyesatan, yaitu: 1. Penyesatan dalam memaknai tunangan. Sekket dan lamaran menjadi seremonial wajib untuk meresmikan ikatan tunangan. Sementara dalam Islam cukup kesepakatan melalui lisan dan dianjurkan merahasiakan status tunangan tersebut, bukan diviralkan dengan acara sekket dan lamaran, 2. Penyesatan konsep menerima tunangan. Mumpung laku dan takut sakkal sering menjadi alasan untuk menerima pinangan dari siapapun. Sedangkan dalam Islam calon yang agamanya baik dan berakhlak menjadi kriteria yang utama untuk menciptakan keluarga yang ideal, 3. Penyesatan tujuan menunangkan. Sebagai tameng dari hujatan dan agar menjadi jodoh banyak dijadikan tujuan menunangkan putranya. Tujuan yang justeru menjadi lumbung kemunkaran dan kerusakan keluarga, 4. Penyesatan budaya pertemuan dan 5. Penyesatan tradisi tukar cincin.Kata Kunci: Penyesatan, Tunangan, SampangAbstract:Fiance is prescribed in Islam in certain ways and patterns so that it becomes an appropriate entrance in avoiding family disharmony, both with his wife, in-laws and all elements of the household. But in social facts, the practice of fiance in the Sampang Madura community is often distorted due to systematic and massive misdirection. The results of the study found that there were at least 5 deceits, namely: 1. Deception in interpreting fiance. Sekket and proposal become ceremonial mandatory to formalize the engagement. While in Islam it is quite an agreement through word of mouth and it is recommended to keep the status of the fiance a secret, not to be neutralized by a program of securities and applications, 2. The misdirection of the concept of accepting a fiancée. While behavior and fear are often the reason to accept proposals from anyone. Whereas in Islam a candidate whose religion is good and moral is the main criterion for creating an ideal family. As a shield from blasphemy and in order to become a mate many used as the goal to get his son engaged. Precisely the aim of becoming a granary of confusion and damage to the family, 4. Misdirection of cultural encounters and 5. Misdirection of the tradition of ring exchange.Keywords: Misdirection, Fiance, Sampang
KARAKTERISTIK DAN STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN Muqoffi Muqoffi; Triyo Supriyatno; Marno Marno
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 7 No. 1 (2022): Juni
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Inovasi pendidikan dan pembelajaran adalah gagasan baru sebagai hasil pemikiran kembali untuk memecahkan persoalan yang tidak terpecahkan oleh cara-cara tradisional. Materi PAI yang sulit/lambat dipahami oleh peserta didik dapat dipecahkan dengan ide yang inovatif dan terbarukan. Memahami inovasi tidak hanya dari faktor kekinian atau bahkan launching pertama di dunia, tapi juga melihat sisi karakteristiknya. Karakteristik inovasi pendidikan dan pembelajaran PAI adalah relative advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability. Empat karakteristik yang referesentatif untuk mengidentifikasi eksistensi ide inovatif, sehingga inovasi yang digagas betul-betul memberi daya guna kepada peserta didik. Inovasi dibutuhkan strategi yang jitu, yaitu power coercive, rational empirical dan normative-re-educative. Juga strategi inovasi pendidikan Islam secara teoritis-konseptual dan strategi inovasi pendidikan Islam secara aplikatif-institusional.
SUPERIORITAS KIAI DALAM MENJAGA KONSISTENSI SPIRITUAL SANTRI (Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Miftahut Thullab Gedangan Daleman Kedungdung Sampang) Muqoffi M.Pd.; Siti Farida, M.Pd.
IQTISODINA Vol. 1 No. 1 (2019): JUNI
Publisher : LPPM IAI Nazhatut Thullab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.408 KB)

Abstract

Transmisi ilmu pengetahuan dan konsistensi pengamalan harus berjalan secara sinergi dan beriringan. Karena esensi ilmu bukan hanya rangkaian kata dan deretan cerita. Ilmu adalah apa yang diamalkan dan digunakan. Kiai sebagai pimpinan utama Pondok Pesantren mampu mengintegrasikan konsep tersebut, dimana konsitensi spiritual santri terus dijaga di samping tranformasi ilmu diefektifkan. Sebagaimana yang peneliti temukan di Pondok Pesantren Miftahut Thullab Gedangan Daleman Kedungdung Sampang, superioritas kiai dalam menjaga konsistensi spiritual santri begitu terlihat, baik ketika masa karantina di asrama Pesantren maupun di masa menjadi alumni. Di masa karantina ada 4 cara yang dilakukan kiai, yaitu: 1. Memfungsikan kekuatan otot santri untuk mengerjakan tugas pengabdian, 2. Memaksimalkan kerja otak santri untuk fokus memikirkan materi keilmuan, 3. Memanaj fungsi suara santri untuk aktivitas berbasis amaliyah dan ilmiyah, 4. Mengatur waktu diam santri menjadi nilai-nilai kebaikan. Di masa menjadi alumni, cara yang diterapkan kiai adalah dengan: 1. Mengikutsertakan mereka dalam kegiatan keagamaan dan sosial, 2. Melibatkannya sebagai donatur pembangunan gedung sekolah dan masjid 3. Diabdikan sebagai guru, 4. Diabdikan sebagai pengurus, 5. Kontrol secara masif atas segala tindakan dan perbuatannya.
MENILIK RAGAM MAKNA DAN UJIAN DI BALIK CORONA PERSPEKTIF ISLAM Muqoffi Muqoffi; Moch Alfin Hadi; Mohamad Thoyyib Madani
IQTISODINA Vol. 3 No. 1 (2020): JUNI
Publisher : LPPM IAI Nazhatut Thullab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.291 KB)

Abstract

Abstrak: Corona sejak muncul pertama kali pada tahun 2019 menimbulkan pro-kontra yang begitu tajam di masyarakat luas. Tidak hanya menyentuh persoalan imun tapi sampai pada level iman. Kehadirannya dianggap kesalahan kelompok tertentu sebagai biang kerok dan sumber persoalan. Penyakit yang telah menggerogoti badan kemudian diperparah rusaknya jiwa dan hati dengan sikap abnormal. Karena itu, mengkaji sumber Islam dalam menyikapi problematika ini menjadi sangat penting dan genting. Dalam telaah penulis ditemukan bahwa di balik Corona ada ragam makna, yaitu ketidakmampuan manusia seluruh dunia dalam membendung penyebarannya, maka disadari bahwa manusia sangat lemah di hadapan Allah Swt, kekayaannya tidak mampu mengubah kuasa-Nya, kecanggihan teknologi yang dibuat bukan apa-apa tanpa izin-Nya dan manusia bukan siapa-siapa tanpa kerjasama. Selain itu, Corona menjadi pemersatu ummat dan meningkatkan kesadaran indahnya hidup sehat. Dalam aspek ujian, Corona tidak hanya menjadi ujian karena menyakitkan fisik tapi juga memunculkan ujian dalam menghadapi kesulitan ekonomi, ujian menerima panduan ibadah baru, ujian menghadapi peraturan pemerintah, ujian merespon penyimpangan, ujian agar mengingat nikmat Allah Swt. dan ujian agar menyadari kesalahan diri. Kata Kunci: Makna, Ujian, Corona, Islam
Internalisasi Nilai-Nilai Islam Sebagai Dasar Utama Dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi Di Masa Pandemi Muqoffi Muqoffi; Jamilul Islam
IQTISODINA Vol. 4 No. 1 (2021): JUNI
Publisher : LPPM IAI Nazhatut Thullab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.404 KB)

Abstract

Munculnya wabah Corona benar-benar memberi dampak buruk terhadap perekonomian nasional bahkan dunia. Banyak masyarakat yang omsetnya menurun, bahkan kehilangan mata pencahariannya. Menurut peneliti, kondisi ekonomi ini semakin buruk oleh sikap abnormal dari masyarakat dalam merespon terjadinya pandemi. Mestinya internalisasi nilai-nilai Islam diaktualisasikan dengan baik sebagai kewajiban diri menjadi hamba Allah Swt. Kehadiran Corona harusnya dianggap sebagai peringatan dari Allah Swt. atas segala penyimpangan yang selama ini dilakukan, namun faktanya banyak masyarakat yang lupa diri dan menuduh berbagai pihak sebagai biang kerok di belakang kemunculannya. Pemerintah yang bekerja keras mencari solusi wajib ditaati, namun realitasnya justeru diklaim telah melakukan konspirasi jahat. Tim medis sebagai garda terdepan melawan pandemi harus didukung, tapi kenyataannya justeru difitnah menjadikan Corona sebagai ladang bisnis. Ulama yang mengeluarkan fatwa dengan musyawarah dan istikharahnya wajib dihormati, tapi banyak masyarakat yang mengatakan ulama telah menyesatkan ummat. Internalisasi nilai-nilai Islam yang baik merupakan dasar utama dalam menjaga stabilitas ekonomi. Karena ketakwaan adalah solusi segala problematika ummat, sedangkan durhaka merupakan batu sandungan dalam roda kehidupan termasuk perekonomian.