Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Medicamento

ANALISIS KESESUAIAN BIAYA RIIL PASIEN KEMOTERAPI KANKER SERVIKS DENGAN TARIF INA-CBG’s PADA PASIEN JKN RAWAT INAP DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014 Wintariani, Ni Putu; Suwantara, I Putu Tangkas; Suena, Ni Made Dharma Shantini
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v3i1.1053

Abstract

Kanker payudara adalah penyakit urutan pertama yang menyerang wanita di Indonesia. Tingginya biaya perawatan dan penggunaan sistem satu tarif Indonesia Case Base Group (INA-CBG) yang saat ini diikuti oleh semua rumah sakit di Indonesia. Tarif yang diputuskan oleh INA-CBG terkadang tidak sesuai dengan biaya sebenarnya yang dikeluarkan rumah sakit sehingga terjadi perbedaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya riil tanpa kemoterapi dan tarif INA-CBGs, komponen biaya tertinggi dengan biaya riil tanpa kemoterapi, dan untuk mengetahui jumlah biaya riil tanpa kemoterapi yang terkait dengan keteraturan siklus kemoterapi pada pasien rawat inap di serviks. Di Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar pada bulan Januari-Juli 2014. Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif dengan mengumpulkan data dokumen klaim dan rekam medis penderita kemoterapi kanker payudara di RSUP Sanglah. Diambil secara purposive sampling secara retrospektif dengan desain cross-sectional menurut perspektif rumah sakit; Sampel terdiri dari 161 episode dari 50 pasien. Analisis dilakukan dengan menggunakan satu sampel uji-t untuk mengetahui perbedaan biaya riil dan tarif INA-CBG dan analisis multivariat untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya sebenarnya. Perbedaan antara biaya riil dan tarif paket INA-CBGs pada tingkat keparahan pertama sebesar Rp. 77.021.099 untuk yang pertama, Rp. 40.924.685 untuk yang kedua, dan Rp 248.472.471 untuk kelas ketiga pengobatan; Pada tingkat keparahan kedua sebesar Rp 29.467.328 untuk yang pertama, Rp. 58.917.239 untuk yang kedua, dan Rp 170.277.952 untuk kelas ketiga perawatan, dan pada tingkat keparahan ketiga sebesar Rp 20.903.495 untuk yang pertama, Rp. 19.591.972 untuk yang kedua, dan Rp. 72.467.699 untuk kelas ketiga pengobatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya sebenarnya di kelas pertama, kedua, dan kelas ketiga adalah LOS (p = 0.000), prosedur (0.000), dan diagnosis sekunder (p = 0,030). Pola siklus tidak teratur memiliki biaya rata-rata yang nyata tanpa kemoterapi yang lebih rendah daripada yang tidak teratur.
Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Granul Effervescent dari Kombinasi Ekstrak Kunyit Putih (Curcuma zedoaria) dan Kunyit Kuning (Curcuma longa L.) Suena, Ni Made Dharma Shantini; Suradnyana, I Gede Made; Juanita, Rr. Asih
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v7i1.1498

Abstract

Adanya radikal bebas di dalam tubuh manusia dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Radikal bebas dapat ditangkal dan diredam dengan pemberian antioksidan atau mengkonsumsi antioksidan. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kunyit (Curcuma longa L.) dan kunyit putih (Curcuma zedoaria) menunjukkan adanya efek antioksidan. Penelitian ini memformulasikan sediaan granul efervesen kombinasi ekstrak kunyit dan kunyit putih untuk dapat memberikan aktivitas antioksidan yang kuat, dengan menggunakan bahan pengikat berupa tween 80. Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, evaluasi pH, evaluasi daya alir dan evaluasi kadar air. Uji aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen dilakukan menggunakan metode DPPH. Hasil uji sudut istirahat didapat rata-rata 25,02° dimana syarat sudut istirahat yang baik adalah 25°-40°. Pada pengukuran pH didapat hasil pH sediaan adalah 4,5. Hasil pengujian untuk kandungan lembab granul basa didapat rata-rata 5,49%, sedangkan granul asam didapat rata-rata 1,10%. Hasil ini belum memenuhi syarat untuk sediaan granul efervesen dimana syarat kelembaban adalah 0,4-0,7%. Evaluasi kelarutan mendapatkan hasil sebesar rata-rata 1,23±0,015 menit. Aktivitas antioksidan sediaan granul efervesen memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 adalah 13,056 ppm. Namun sediaan granul efervesen kombinasi kunyit dan kunyit putih belum memenuhi persyaratan mutu fisik yang baik dikarenakan masih memiliki kelembaban yang sangat tinggi.
FAKTOR – FAKTOR KOMUNIKASI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN TERHADAP TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN Ni Putu Udayana Antari; Herleeyana Meriyani; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.431

Abstract

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker yang dibantu oleh Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK). Menurut hasil survei terhadap 50 konsumen Apotek, didapatkan hasil bahwa hanya 8 konsumen Apotek yang memilih tenaga kefarmasian untuk membantu memilihkan obat dalam swamedikasi. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap TTK sebagai salah satu tenaga kefarmasian. Penelitian dibatasi pada faktor-faktor dari segi komunikasi khususnya di Apotek. Ditemukannya informasi-informasi yang diperlukan untuk pengembangan kompetensi TTK, khususnya dalam bidang komunikasi dengan pasien akan sangat membantu upaya peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional, dengan menggunakan sistem purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner terstruktur kepada 100 konsumen apotek. Kuesioner terdiri dari pertanyaan terkait faktor-faktor komunikasi eksternal (daya tarik fisik apotek, daya tarik fisik TTK, familiarity, empati, dan kedekatan) dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap TTK di Apotek. Data dianalisis secara bivariat menggunakan uji korelasi Spearman dan analisis multivariat menggunakan regeresi linear. Ada lima faktor yang diuji, yaitu; daya tarik fisik TTK, daya tarik fisik Apotek, empati, familiarity, dan kedekatan. Menurut hasil analisis bivariat semua faktor berpengaruh pada tingkat kepercayaan pasien kecuali faktor familiarity. Sedangkan jika diuji secara simultan menggunakan regresi linear, hanya faktor empati dan daya tarik fisik apotek yang dianggap cukup berpengaruh terhadap persamaan yang dihasilkan.
OPTIMASI GELLING AGENT DAN HUMEKTAN GEL HANDSANITIZER MINYAK ATSIRI DAUN JERUK LIMAU (Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse.) I Gede Made Suradnyana; I Kadek Wirata; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v6i1.716

Abstract

Pemakaian alkohol dalam sediaan handsanitizer dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi. Minyak atsiri daun jeruk limau memiliki aktivitas sebagai antimikroba sehingga dapat digunakan alternatif bahan aktif gel handsanitizer. Gelling agent dan humektan merupakan komponen utama sediaan gel. Gelling agent dan humektan yang banyak digunakan adalah CMC-Na dan gliserin. Untuk mendapatkan komposisi optimal gelling agent dan humektan dalam sediaan gel perlu dilakukan optimasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi gelling agent CMC-Na dan humektan gliserin yang optimal pada sediaan gel handsanitizer minyak atsiri daun jeruk limau. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium dengan metode desain faktorial yang menggunakan dua faktor yaitu CMC-Na dan gliserin dengan dua level yaitu level tinggi dan rendah. Respon yang diamati adalah sifat fisik sediaan yang meliputi daya sebar dan daya lekat sediaan dengan analisis data menggunakan perangkat lunak Design Expert dan SPSS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CMC-Na dan gliserin memberikan respon yang signifikan terhadap penurunan daya sebar dan peningkatan daya lekat, serta CMC-Na sebagai faktor yang dominan. Area formula optimal dari kombinasi CMC-Na dan gliserin telah diperoleh dengan persamaan daya sebar Y = 12.29167 - 5.74000(X1) – 0.1820009(X2) + 0.138667(X1X2) dan persamaan daya lekat Y = -1.76333 + 4.28000(X1) + 0.360000(X2) – 0.018667(X1X2).
EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium) Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v1i1.724

Abstract

Suspensi dibuat karena beberapa zat aktif obat mempunyai kelarutan yang praktis tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk cair. Konsentrasi PGA sebagai suspending agent adalah 5-10%, namun PGA pada konsentrasi kurang dari 10% memiliki viskositas yang rendah sehingga dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Oleh karena itu PGA dikombinasikan dengan CMC-Na yang merupakan suspending agent yang dapat meningkatkan viskositas serta dapat meningkatkan kestabilan suspensi. Sifat fisik yang diinginkan adalah suspensi memiliki partikel yang tidak cepat mengendap dan mudah diredispersi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik suspensi dengan kombinasi suspending agent PGA dan CMC-Na. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pengolahan data secara deskriptif. Pada penelitian dibuat empat formula yaitu formula I, II, III, dan IV untuk diamati tampilan, warna, bau dan rasa, dihitung kecepatan dan volume sedimentasi yang terbentuk, serta diuji redispersibilitas dari masing-masing formula. Kombinasi PGA dan CMC-Na berturut-turut dari formula I, II, III, dan IV adalah 5% dan 0,25%; 3,75% dan 0,5%; 2,5% dan 0,75%; 1,25% dan 1%. Hasil pengujian kecepatan sedimentasi formula I, II, III, dan IV berturut-turut adalah 0,2318; 0,233; 0,124; dan 0,0021 (cm/menit). Sedangkan hasil pengujian volume sedimentasi adalah 0,031; 0,046; 0,152; dan 0,554. Hasil pengujian redispersibilitas yaitu 0%; 0%; 15%; dan 50%. Formula I dan II merupakan formula dengan sistem kombinasi dimana sistem deflokulasi lebih dominan sedangkan formula III dan IV juga merupakan formula dengan sistem kombinasi tetapi sistem flokulasi lebih dominan. Di akhir pengamatan, pada formula I dan IV tidak ada perubahan bau dan rasa sedangkan pada formula II dan III ada perubahan bau dan rasa.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN DIRI TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (TTK) DI KOTA DENPASAR TERKAIT PENGGUNAAN LOLOH DALAM PELAYANAN KESEHATAN Ni Putu Udayana Antari; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i1.833

Abstract

Saintifikasi Jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Tujuan pengaturan saintifikasi jamu adalah meningkatkan penyediaan jamu yang aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu wujud pelaksanaan saintifikasi jamu adalah Klinik Jamu. Hingga saat ini belum ada Klinik Jamu yang didirikan di Bali khususnya di kota Denpasar sehingga wujud pelaksanaan dari Saintifikasi Jamu belum terealisasi. Telah dilakukan survey kepada 50 calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di kota Denpasar dan diperoleh hasil bahwa hanya 48% orang percaya bahwa loloh/jamu memiliki khasiat dan bisa membantu menjaga kesehatan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui korelasi antara tingkat pengetahuan dan kepercayaan diri TTK di kota Denpasar untuk menggunakan loloh dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan rancangan survei dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling menggunakan kuesioner yang telah diuji uji validitas dan reliabilitasnya, kemudian disebar ke 80 TTK di kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan TTK di kota Denpasar tentang penggunaan loloh adalah kurang dengan persentase nilai sebesar 37,50 %. Sedangkan tingkat kepercayaan diri (TTK) di Kota Denpasar untuk menggunakan loloh sebagai salah satu metode preventif dalam pelayanan kesehatan masuk klasifikasi baik, dengan nilai persentase sebesar 72,9%.
UJI MUTU FISIK DAN UJI HEDONIK BODY BUTTER MASERAT BERAS MERAH JATILUWIH Ni Made Dharma Shantini Suena; Herleeyana Meriyani; Ni Putu Udayana Antari
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v6i1.843

Abstract

Jatiluwih merupakan salah satu tujuan wisata andalan Kabupaten Tabanan Bali. Beras merah hasil pertanian dari Jatiluwih terkenal sebagai beras merah organik bermutu tinggi. Beras merah dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, sehingga komoditi tesebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sediaan body butter. Dengan dasar pertimbangan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji mutu fisik dan kenyamanan penggunaan melalui uji hedonik body butter maserat beras merah. Formulasi body butter dilakukan dengan membuat empat jenis formula body butter beras merah (F1, F2, F3, F4). Uji mutu fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, pH, daya serap, daya sebar, homogenitas, dan daya lekat. Uji hedonik dilakukan terhadap aroma, penampilan fisik, tekstur, dan kenyamanan saat menggunakan body butter maserat beras merah. Kenyamanan saat penggunaan body butter meliputi: kemampuan melembabkan kulit, kelengketan saat digunakan, tingkat kesulitan saat dibersihkan, dan kemampuan body butter menyerap dengan baik ke dalam kulit. Hasil penelitian menunjukkan setiap Formula (F1, F2, F3, F4) memiliki kestabilan yang baik. Berdasarkan uji hedonik didapatkan bahwa formula F3 adalah formula yang terbaik dengan total nilai 100 (dari nilai tertinggi 120). Berdasarkan uji mutu fisik, formula yang terbaik adalah formula F3 karena memiliki daya serap paling tinggi (5,15 ml), daya sebar yang baik (6,12 cm) dan daya lekat yang baik (1,48 detik) yang tidak berbeda bermakna dengan daya lekat produk pembanding.
UJI STABILITAS FISIK FORMULASI LOTION ANTI NYAMUK MINYAK SEREH Yani Ambari; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v5i2.844

Abstract

Nyamuk adalah penyebar berbagai penyakit. Nyamuk adalah sumber transmisi demam berdarah, malaria, Chikungunya, dan ekstremitas (filariasis). Salah satu bahan alam yang memiliki potensi sebagai anti nyamuk adalah minyak Citronella (Citronella oil). Minyak Citronella mengandung minyak esensial dengan komponen geraniol (20-40%), citronellal (25-50%), dan citronellol (10-15) yang menimbulkan aroma, sehingga dapat digunakan sebagai repellent atau pengusir nyamuk. Minyak Citronella adalah insektisida alami murah dan efektif, juga dapat digunakan dengan aman dan praktis, sehingga dapat dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk. Untuk menjaga stabilitas minyak Citronella dalam bentuk lotion, perlu formulasi lotion anti nyamuk yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi lotion dari bahan aktif dari oleum Citronella dan untuk mengetahui hasil evaluasi dilakukan pada Lotion Citronella. Metode yang digunakan dalam pembuatan lotion Citronella adalah metode peleburan. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan lotion, yaitu uji organoleptik, uji pH, uji bobot jenis, uji homogenitas, uji daya sebar, dan uji ukuran partikel. Hasil evaluasi sediaan lotion minyak Citronella, antara lain, pada uji organoleptis lotion tidak berubah, tetap berwarna putih, memiliki bau khas Citronella dan tekstur lembut. Hasil pemeriksaan pH, lotion tidak mengalami berubah pH yaitu tetap pH 7. Dalam uji daya sebar, lotion Citronella pada konsentrasi 18% menyebar merata atau homogen. Hasil uji homogenitas, lotion Citronella pada konsentrasi 18% tidak menunjukkan butiran kasar pada kaca transparan. Pada uji bobot jenis menggunakan alat Piknometer, diperoleh bobot jenis lotion Citronella adalah 23, 8 g/ml. Terakhir pada uji ukuran partikel, lotion Citronella memiliki ukuran partikel yang seragam.
PENERIMAAN PASAR TERHADAP BODY BUTTER MASERAT BERAS MERAH (Oryza glaberrima Steud.) Ni Made Dharma Shantini Suena; Alfiana Naili Syirvia; Ni Putu Udayana Antari
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i2.854

Abstract

Beras berwarna mengandung lebih banyak antosianin dan antioksidan daripada beras tanpa warna (Sutharut, 2012). Beras merah sebagai salah satu jenis beras berwarna berpotensi dikembangkan menjadi produk yang mampu memberikan nilai tambah bagi produsen beras merah, maupun masyarakat pengguna produk tersebut. Untuk itu telah dilakukan formulasi body butter dari maserat beras merah. Untuk mengetahui potensi pasar produk yang dihasilkan, diperlukan penelitian untuk mengetahui penerimaan pasar terhadap body butter beras merah. Penelitian dilaksanakan dengan metode analisis deskriptif menggunakan kuesioner. Responden adalah masyarakat di Kota Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden diminta untuk menilai kualitas body butter yang meliputi warna, aroma, kekentalan, kemudahan saat digunakan, kenyamanan saat digunakan, kemampuan melembabkan kulit, dan kemampuan meresap ke dalam kulit. Setelah dilakukan analisis data secara deskriptif diperoleh bahwa persentase penerimaan body butter maserat beras merah adalah 82.31% sehingga termasuk dalam kategori sangat diterima di pasaran.
PENGARUH SUHU PENYIMPANAN TERHADAP KADAR TABLET VITAMIN C YANG DIUKUR MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Putu Era Sandhi Kusuma Yuda; Ni Made Dharma Shantini Suena
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v2i1.860

Abstract

Mutu suatu obat atau kualitas produk sangat penting karena akan menentukan efek terapetik. Penyimpanan obat yang kurang baik merupakan salah satu masalah yang dapat mengganggu dalam upaya mempertahankan mutu obat. Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang mudah rusak. Karena vitamin C mudah teroksidasi pada suhu tinggi dan dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat apabila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu rendah. Salah satu sediaan yang sering di konsumsi adalah vitamin C dalam bentuk tablet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap kandungan vitamin C pada tablet yang dijual di pasaran. Pada penelitian ini digunakan dua macam sampel tablet vitamin C yang diperoleh secara acak (random sampling) dari apotek X yang berada di daerah Denpasar. Sampel diberi perlakuan berupa penyimpanan pada suhu dingin (5°C), suhu kamar (27°C) dan suhu panas berlebih (48°C) selama 180 menit dengan tiga kali pengulangan dan kadar vitamin C diukur menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Kandungan tablet vitamin C tertinggi ditemukan pada tablet yang disimpan pada suhu dingin (5°C) dengan persentase kadar sampel I = 100,6% dan sampel II = 101,3%. Kandungan vitamin C terendah terdapat pada tablet yang disimpan pada suhu panas berlebih (48°C) dengan persentase kadar sampel I = 91,2% dan sampel II = 96,6%. Dari hasil uji statistik didapat hasil tidak ada perbedaan yang bermakna dari sampel I dan II yang disimpan pada suhu dingin (5°C) dengan suhu kamar (27°C). Sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan pada tablet yang disimpan pada suhu panas berlebih (48°C). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu penyimpanan berpengaruh terhadap kandungan tablet vitamin C, dimana penyimpanan pada suhu berlebih dapat menurunkan kadar vitamin C pada tablet.