Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak hanya berfungsi sebagai media transfer pengetahuan normatif, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter spiritual peserta didik. Namun, praktik pembelajaran di sekolah masih dominan bersifat kognitif dan kurang menyentuh dimensi ruhani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pendekatan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dalam pembentukan karakter spiritual peserta didik melalui kurikulum PAI, khususnya dalam konteks Kurikulum Merdeka. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode studi literatur. Data dikumpulkan melalui sumber primer (Al-Qur’an, hadis, dan karya ulama klasik seperti Al-Ghazali, Ibn Qayyim, dan Al-Muhasibi) serta sumber sekunder (buku ilmiah, jurnal penelitian, dan dokumen kurikulum PAI). Teknik analisis data mengikuti model Miles, Huberman, dan Saldana, yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tazkiyatun nafs efektif dalam menumbuhkan akhlak mulia, kesadaran religius, dan kedekatan spiritual peserta didik dengan Allah Swt. Kurikulum Merdeka memberi peluang besar bagi implementasi nilai tazkiyah melalui pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, integrasi lintas mata pelajaran, dan penilaian berbasis refleksi spiritual. Namun, kendala masih ditemui, seperti keterbatasan kompetensi guru, padatnya beban kurikulum, serta kurangnya dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat. Simpulan penelitian ini menegaskan bahwa integrasi tazkiyatun nafs dalam kurikulum PAI merupakan kebutuhan mendesak untuk melahirkan generasi Muslim yang cerdas intelektual sekaligus kuat secara spiritual dan berakhlak mulia.