Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Interpretation of Istitha'ah in Tafsir Al-Azhar and Its Relevance to the Implementation of Indonesian Hajj Pilgrimage During the Covid-19 Pandemic Rahman, Pathur; Maulani, Maulani
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v7i1.5318

Abstract

This paper explains the meaning of istitha'ah in the interpretation of al-Azhar and its relevance to the implementation of the Indonesian pilgrimage during the Covid-19 pandemic. This research is library research, using the research methodology of maudhu'I interpretation. The primary source in this research is the book of Tafsir Al-Azhar written by Haji Abdul Malik Karim Amrullah and published by the Nurul Islam Foundation Jakarta in 1982. This study found that the meaning of istitha'ah in the interpretation of al-Azhar is the provision of piety, because according to Buya Hamka the best provision is piety to Allah SWT. Therefore, the author concludes that the concept of istitha'ah offered by Buya Hamka in the interpretation of al-Azhar seems irrelevant if it is applied to the implementation of the pilgrimage during the Covid-19 pandemic, because it is not in harmony with the concept of al-maqasid al-syariah which is centered on to the five benefits, especially the benefit of the soul of Hifzh an-nafs. In addition, Buya Hamka's experience when performing the hajj pilgrimage in 1927 is also impossible to apply at this time, considering the differences in legal rules. Theoretically, this research is expected to contribute to the development of Islamic studies, especially in the field of interpretation, while practically this research is expected to provide scientific explanations to the wider community regarding the problems of implementing the Indonesian Hajj during the Covid-19 pandemic
Bahasa Arab Sebagai Bahasa Al-Qur’an Menurut Hamka Dan Al-Zamakhsyari Dalam Qs. Yusuf (12): 2 Dan Asy-Syu’ara’ (26): 195 Rifqi, Mandra Jaya; Rahman, Pathur; Gusti, Gusti
Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 2 (2023): Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Wadi Mubarak Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62109/ijiat.v4i2.41

Abstract

Artikel ini akan mengulas penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Quran, seperti yang dijelaskan oleh Hamka dan az-Zamakhsyarī ketika menafsirkan QS. Yūsuf/12: 2 dan Asy-Syuʻarāʼ/26: 195. Penelitian ini dilakukan melalui metode penelitian perpustakaan (library research), dengan meneliti literatur tertulis seperti turāṡ, buku dan jurnal. Bahasa Arab dianggap sebagai bahasa Al-Qur’an, sehingga dalam memahami pesan-pesan Al-Qur’an mutlak harus memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab. Namun, sifat bahasa Al-Qur’an sedikit berbeda dengan bahasa Arab yang digunakan oleh masyarakat Arab pada masa turunnya Al-Qur’an. Poin menarik dalam artikel ini adalah konsep bahwa bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an telah ditentukan oleh ketetapan Tuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah bangsa Arab yang menggunakan bahasa Arab, dan umat pertama yang dihadapi oleh Nabi adalah bangsa Arab dengan bahasa mereka sendiri. Hamka berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan oleh Tuhan dalam bahasa Arab agar dapat dibaca dan dipikirkan, bukan sekadar dibaca tanpa pemahaman dan refleksi atas isinya. Sementara itu, az-Zamakhsyarī menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab agar bisa dipahami dan memahami makna-maknanya, serta untuk menghindari kebingungan. Abstract This article delves into the utilization of the Arabic language as the language of the Quran, as expounded by Hamka and az-Zamakhsyarī in their interpretations of Surah Yusuf (12): 2 and Ash-Syu'ara' (26): 195. The research employs the method of library research, involving an examination of written literature such as turaṡ (Islamic heritage), books, and journals. Arabic is considered the language of the Quran, necessitating a fundamental understanding of the Arabic language to comprehend the messages conveyed in the Quran. However, the nature of the Quranic language differs slightly from the Arabic language used by the Arab community during the revelation of the Quran. The research findings indicate that according to Hamka, the Quran was revealed by God in Arabic to facilitate both reading and contemplation, emphasizing the importance of understanding and reflecting upon its content rather than mere recitation. On the other hand, az-Zamakhsyarī asserts that the Quran was revealed in Arabic to enable comprehension of its meanings and to avoid confusion.
PRINSIP TASAWUF TERHADAP NILAI DASAR PANCASILA SILA KE-SATU DAN KE-EMPAT DALAM TAFSIR AL-AZHAR Jaya, Mandra; Alkaf, Idrus; Rahman, Pathur
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 23 No. 1 (2024): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v23i1.462

Abstract

Penelitian ini mengulas prinsip tasawuf terhadap nilai dasar pancasila dalam Tafsir al-Azhar. Islam mengajarkan sebuah ajaran kerohanian yang disebut dengan tasawuf. Tasawuf menekankan pentingnya manusia untuk mengenal Tuhannya, yang pada implikasinya akan bisa mengendalikan tingkah lakunya. Ajaran tasawuf lebih menekankan pada pendidikan hati, pengamalan dan penghayatan terhadap agama yang dalam hubungan sosial akan mengakibatkan terkendalinya tingkah laku maupun perbuatannya karena senantiasa merasa melihat ataupun dilihat oleh Tuhannya. Setidaknya ada dua makna yang disebut dengan Tasawuf Pancasila. Di samping itu, ajaran tasawuf relevan dan realistis/kontekstual dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan semangat berbangsan dan bernegara yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan tradisi/ada kesufian, masyarakat dapat melestarikan dan mengembangkan/meningkatkan nilai-nilai dan materi tasawuf agar kemudian ditanamkan ke dalam jiwa masyarakat bangsa Indonesia terutama anak-anak didik untuk membentuk dan mengembang karakter pancasila. Riset ini menggunakan metode (library research). Dalam kitab Tafsir al-Azhar QS. Al-Ikḥlaṣ ayat 1 dan al-Baqarah:163 yang memuat nilai keesaan Tuhan. QS. Al-Baqarah 269 Buya Hamka menafsirkan bahwa ayat ini mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Menurut Buya Hamka inti pokok dari Pancasila terletak pada sila Ketuhaan Yang Maha Esa. Buya Hamka menegaskan bahwa dengan berpegang pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, maka dengan sendirinya tumbuh mahabbah (cinta) dan mengamalkan sila yang empat lainnya
DINAMIKA PEMIKIRAN TAFSIR DI INDONESIA: TAFSIR RAHMAT KARYA OEMAR BAKRY Ramadhan, Kurniadi; Rahman, Pathur; Nasrullah, Muhamad
JIQTA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2024): Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (JIQTA)
Publisher : STAI Asy-Syukriyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36769/jiqta.v3i2.479

Abstract

This research discusses Tafsir Rahmat by Oemar Bakry, which aligns with the purpose of the Quran's revelation to be a mercy to the entire universe. The commentary is compiled in a concise format, comprising only one volume, to facilitate readers in obtaining guidance and wisdom from the Quran. The research adopts the method of literary study, using Tafsir Rahmat as the primary source and other works as supporting materials. The findings conclude that Tafsir Rahmat falls into the category of individual commentary, meaning it is authored by one person.
Sejarah Perkembangan dan Pembaharuan Hukum Islam Rahman, Pathur
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 5 No. 1 (2025): Vol. 5 No. 1 Januari - Juni 2025
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/mudabbir.v5i1.663

Abstract

Penelitian ini membahas tentang sejarah perkembangan dan pembaharuan hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan library research atau studi kepustakaan. Metode ini bertujuan untuk mengeksplorasi, menganalisis, dan menyintesis berbagai literatur yang relevan dengan tema sejarah perkembangan dan pembaruan hukum Islam. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan, bahwa sejak lahirnya atau munculnya Islam hingga mengalami beberapa fase sampai ke era modern, hukum Islam senantiasa menjaga nilai-nilai dalam setiap penetapan hukum, yaitu tidak adanya kesukaran, meminimalisir pembebanan dan bertahap dalam menentukan hukum. Langkah awal adalah dengan melakukan penelitian atas dokumen sejarah Islam, lalu beberapa literatur terkait perkembangan hukum Islam. Aktivitas selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan dari beberapa keterangan tekait sejarah perkembangan dan pembaharuan Hukum Islam.
TRANSFORMASI DIRI MELALUI PRAKTIK ‘UBUDIYYAH: (Studi Tafsir Maudhu’i Terhadap Tafsir Al-Azhar Buya Hamka) Rahman, Pathur
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 21 No. 2 (2022): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.044 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v21i2.283

Abstract

This paper examines the method of self-transformation through ubudiyah practices. The main focus of this research is the meaning of worship in the interpretation of Al-Azhar by Buya Hamka. The purpose of this research is to know and offer to the general public the method of self-transformation through worship to Allah SWT, as written by Buya Hamka in the interpretation of Al-Azhar. This research is library research, using the maudhu'i interpretation research methodology. The primary source in this study is the book Tafsir Al-Azhar written by Haji Abdul Malik Karim Amrullah and published by the Jakarta Nurul Islam Foundation in 1982. Meanwhile, in data analysis, the author used the critical hermeneutic method. This study found that the method of self-transformation through the practice of ubudiyyah in Buya Hamka's view is not limited to carrying out the five pillars of Islam; shahadah, prayer, zakat, fasting, and pilgrimage, but taking wisdom or wisdom from the essence of worship itself, so that worship can lead a person to submit and obey whatever Allah wills and always be grateful for what Allah wants. This study also found that in interpreting the verses about worship Buya Hamka uses a tasawuf approach so that Buya Hamka's interpretation of worship is not limited to procedures in worship but can take lessons from the worship carried out. Tulisan ini mengkaji tentang metode transformasi diri melalui praktik ubudiyah. Fokus utama dalam penelitian ini adalah pemaknaan ibadah dalam tafsir Al-Azhar karangan Buya Hamka. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui serta menawarkan kepada khalayak umum tentang metode transformasi diri melalui ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana yang dituliskan oleh Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan liblary research, dengan menggunakan metodologi penelitian tafsir maudhu’i. Sumber primer dalam penelitian adalah kitab Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta pada tahun 1982. Sedangkan dalam analisis data penulis menggunakan metode hermeneutika kritis. Penelitian ini menemukan bahwa metode transformasi diri melalui praktik ubudiyyah dalam pandangan Buya Hamka adalah dengan cara tidak sebatas menjalankan lima pilar agama Islam; syahadah, salat, zakat, puasa dan haji, akan tetapi megambil hikmah atau kebijaksanaan dari esensi ibadah itu sendiri, sehingga ibadah yang dilakukan dapat mengantarkan seseorang untuk tunduk dan patuh atas apapun kehendak Allah serta senantiasa berterimakasih atas apa yang Allah kehendaki. Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam menafsirkan ayat-ayat tentang ibadah Buya Hamka menggunakan pendekatan tasawuf, sehingga penafsiran Buya Hamka tentang ibadah tidak sebatas mengenai tatacara dalam ibadah, melainkan dapat mengambil hikmah atas ibadah yang dijalankan.
MANAGEMEN KONFLIK (UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK DALAM ORGANISASI SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH AL-MANAR BOARDING SCHOOL) Andani, Meti; Setiawan, Farid; Azizah, Rahma Haifani; Kurniawan, Dian Sidik; Rahman, Pathur
Jurnal Manajemen Pendidikan Al Hadi Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jmpd.v2i1.6326

Abstract

Dalam setiap organisai, kehadiran konflik merupakan suatu hal yang wajar. Karena kualitas organisasi dikatakan baik apabila mampu menyelesaikan masalah yang hadir. Demikian pula pemimpin, yang mana memiliki kedudukan tertinggi dan berwenang penuh dalam mengarahkan anggota di dalam organisasi. Selain itu seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan dalam memanagemen konflik, yang mana dapat melihat kondisi dan latar belakang konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik. Tulisan ini membahas mengenai menagemen konflik. Managemen koflik merupakan upaya penyelesaian dan pengendalian konflik, yang dalam penanganannya membutuhkan keterampilan tertentu. Metode yang digunakan adalah kualitatif, yaitu dengan wawancara langsung terhadap pemimpin organisasi atau kepala sekolah. Dalam memanage konflik, kepala sekola melakukan sosialisasi kepada para guru untuk memberikan pemahaman yang lurus terkait kebijakan yang ditetapkan.
ANALISIS LARANGAN ABORSI PADA TAFSIR AL-AZHAR: STUDI MAQASID SYARI'AH SURAT AL-ISRA’ AYAT 31 Jannah, Miftahul; Rahman, Pathur
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v9i1.1908

Abstract

This research is motivated by abortion which has become a crucial issue that has sparked debate among Muslims. In more detail, the formulation of the problem in this research is how to interpret the prohibition on abortion based on Tafsir Al-Azhar by Buya Hamka and maqasid syariah surah al-isra' verse 31. This research uses a qualitative method which is explained descriptively with the aim of explaining and describing a phenomenon or situation what is happening now in detail and in depth. This research uses a maqashid sharia approach to demonstrate the prohibition of abortion and contribute to understanding the ethics of abortion in Islam in Indonesia. It is hoped that the results of this analysis will provide further understanding regarding the prohibition of abortion in depth regarding Islam's views on abortion. This research found that in Surah Al-Isra verse 31 in the Al-Azhar commentary prohibits abortion at all stages of pregnancy. This prohibition is based on Maqashid Sharia, namely the maintenance of soul (nafs), descendants (nasl), reason (aql), religion (din), and property (mal). Buya Hamka's view of opposing the killing of children for fear of poverty is in line with the maqashid sharia principle regarding the protection of the soul. Abortions performed for economic reasons will be considered a violation of life protection. Buya hamka also implies the importance of preserving the lives of children as human descendants. Terminating the life of a fetus without reasons justified according to sharia violates the principle of offspring protection.
METODE PENAFSIRAN AL-QURAN (TINJAUAN PANJANG PENDEK PENAFSIRAN, MODEL, KECENDERUNGAN MAZHAB, DAN CORAK PENAFSIRAN) Novita, Ida; Rahman, Pathur
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 7, No 1 (2023): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v7i01.622

Abstract

The aim of this research is to provide an explanation of: methods of interpreting the Koran. This research takes a qualitative study, while the type is library research. A descriptive-analytic approach is used in the study to completely describe the method of interpreting the Koran. The research findings show: that the method of interpreting the Al-Quran is a treasure of intellectual property in Islam itself. How could the Al-Quran, which is the greatest holy book revealed by Allah, contain various kinds of information about various sciences? Differences in ways and methods of understanding the Koran; First, in terms of the length and shortness of the interpretation, it produces a book of interpretation; A concise Tafsir of Jalalain and a complete Tafsir of Ibn Kathir. Second, viewed from the perspective of the interpretive model; Ijmali, Tahlili, Muqarin and Maudhu'i. Third, viewed from the point of view of school tendencies; Sunni, Shia, Muktazilah interpretations. Fourth, viewed from the perspective of interpretive style; Sufi, Lughawi, Fiqh, Falsafi, Adabi Ijtima'i, Ilmi and so on
Dinamika Perkembangan Tafsir Al-Qur'an Era Reformasi Hingga Sekarang Nafiza, Azka Zahro; Rahman, Pathur
CARONG: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 1 (2025): Maret: Local Culture and Traditions
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62710/wrfyc743

Abstract

Penafsiran Al-Qur’an terus mengalami dinamika, hal ini dikarenakan terus berkembangnya isu atau permasalahan yang ada di masyarakat. Terlebih memasuki era reformasi hingga sekarang yang disebut dengan era kontemporer. Semakin beraneka ragam isu yang hadir dan membutuhkan solusi. Oleh karena itu, penafsiran Al-Qur’an dituntut untuk terus berkembang sesuai dengan tuntutan zamannya. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai dinamika perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penafsiran Al-Qur’an di era reformasi hingga sekarang. Tulisan ini akan ditelaah dengan menggunakan studi pustaka, serta dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun. Hasil tulisan menunjukkan bahwa dinamika perkembangan tafsir yang hadir lebih ke arah pergeseran pendekatan penafsiran, seperti penafsiran kontekstual dan multidisiplin ilmu serta pemanfaatan teknologi untuk mendukung penyebaran tafsir Al-Qur’an. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya karena globalisasi, perkembangan kajian gender dan hak asasi manusia, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dinamika yang berkembang bertujuan supaya tafsir Al-Qur’an yang berkembang relevan terhadap isu-isu terkait serta penyebarannya dapat semakin meluas dengan memanfaatkan berbagai teknologi serta sosial media.