Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Ijtihad Jama’i (Ijtihad Kolektif) Perspektif Ulama Kontemporer Faishal Agil Al Munawar; Mirwan
Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam Vol 4 No 2 (2020)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.94 KB) | DOI: 10.35316/istidlal.v4i2.268

Abstract

The research discusses Ijtihad Jama’i or more familiar known as Collective Ijtihad. It uses Library Research with a descriptive comparative study approach which explains the definition of Collective Ijtihad, the importance and its position under Islamic Law according to contemporary Islamic scholars. The results have shown that Collective Ijtihad is an agreed Islamic law (fiqh) mechanism upon respectable Islamic scholars (mujtahid) to generate law verdict from recent thematic issues. The earliest step analyzes previous law verdicts from similar cases based on prior Islamic scholars’ notions. The latter work comes into the judgment selection process to produce a decree with most robust yet relevant from available references. Currently, Collective Ijtihad has high gravity in the making of pure tasyri’ (Islamic Law), stationed under original Ijma’ but superior to Qiyas and all Individual Ijtihad yet should be applied as Islamic Law determination method (istinbath) due to relaxed prerequisites and straightforward implementation compare to Individual Ijtihad, which is very influential in deciding contemporary Islamic Legislation
RESPON ELITE AGAMA SITUBONDO ATAS PERATURAN PEMERINTAH TENTANG POLIGAMI DALAM TIMBANGAN MASHLAHAH Mirwan; Arifin, Ahsanul
Wasathiyyah Vol 5 No 1 (2023): Wasathiyyah: Jurnal Pemikiran Fikih dan Ushul Fikih
Publisher : Wasathiyyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58470/wasathiyyah.v5i1.43

Abstract

Sekurang-kurangnya, masih terdapat dua persoalan yang menuai pro-kontra dalam kajian tentang bagaimana konstitusi di Indonesia mengatur hukum per-kawinan: Pertama, terkait asas monogami yang masih menyediakan ruang po-ligami; kedua, larangan PNS wanita menjadi istri poligami. Sebagian kalangan meneliti dan sampai pada kesimpulan bahwa aturan-aturan tersebut tidak mencerminkan sisi kemanusiaan, alih-alih melahirkan keadilan, justru semakin mengokohkan subordinasi seorang perempuan. Dari sekian banyak pendekatan yang digunakan, penulis menemukan satu aspek yang sebenarnya penting un-tuk dijadikan pertimbangan dalam analisis pengkajian, namun luput dari pem-bahasan, yaitu keterlibatan elite agama (Kiai) sebagai respon masyarakat atas peraturan dimaksud, mengingat bahwa kelompok Kiai memiliki pengaruh dan peran sentral dalam struktur sosial masyarakat Indonesia. Dari itu, permasa-lahan kajian ini akan berfokus seputar bagaimana pandangan elite agama Situbondo atas peraturan pemerintah yang berkaitan dengan poligami serta se-jauh mana relevansi pandangan mereka dalam timbangan maslahah. Penelitian ini pada akhirnya menyimpulkan bahwa para Kiai di lingkungan Situbondo menyetujui UU pernikahan tentang poligami, lebih tepatnya tentang syarat ketat yang diberlakukan, karena memiliki kesesuaian dengan ketentuan norma hukum di dalam Islam. Namun, mereka tidak setuju dengan larangan menjadi istri poligami bagi PNS wanita, karena dipandang menabrak ketentuan nass. Dalam perspektif maslahah, respon elite agama (Kiai) Situbondo atas aturan poligami bersyarat tersebut telah sesuai dengan kriteria kemaslahatan. Akan tetapi, khusus larangan menjadi istri poligami bagi PNS wanita, dianggap ti-dak sejalan dengan prinsip keadilan.    
STRUKTUR HUKUM ISLAM “STUDI PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN” Mirwan
Al-Hukmi : Jurnal Hukum Ekonomi Syariah dan Keluarga Islam Vol. 1 No. 1 (2020): Al-Hukmi : Jurnal Hukum Ekonomi Syari’ah dan Keluarga Islam
Publisher : Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Universitas Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.159 KB) | DOI: 10.35316/alhukmi.v1i1.746

Abstract

The legal aspect in Islam is closely related to the process of itsdetermination (istinbat al-ahkam) according to jurisprudents. In themethod of extracting Islamic law, the jurists, hierarchically, refer to alQur‘an, as-Sunnah, Ijma` (consensus) and Qiyas (analogy). However, theabove hierarchy is not fully used sequentially. In other words the jurorsare not in the same opinion how the application of the existing methods.Like the practice adopted by one of the contemporary Islamic thinkersFazlul Rahman.According to Fazlur Rahman, in interpreting the qur`an, it is appropriateto use a method called "double movement" that is the pattern ofpresentation as inductive reasoning and deductive reasoning. Rahmanpositioned the Sunnah of the Prophet as the highest precedent above thesunnah precedents of the Companions who were developing into ijma`(mutual agreement). Rahman viewed ijma` not to have the position asformalized by the ulama before, but to make ijma` that could accept theijtihad (interpretation) process using the Qiyas method (analogy).
Implementation of Kafa'ah in Marriage: Comparative Study Between Customary Law and Islamic Law in Lendang Nangka Village, Masbagik District, East Lombok Regency Mukhlis Ismail; Sainun; Rendra Khaldun; Mirwan
al-Afkar, Journal For Islamic Studies Vol. 8 No. 1 (2025)
Publisher : Perkumpulan Dosen Fakultas Agama Islam Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afkarjournal.v8i1.1837

Abstract

A harmonious marriage, apart from being based on compatibility and harmony, must also be based on aspects of equality or equality between the two partners. Not only in material aspects but also immaterial aspects such as lineage and nobility. Apart from that, the Sasak tribe also still adheres to patrilineal principles in the aspect of marriage. This is illustrated in the dichotomization of wedding processions between each level of society based on their background, such as menak and coral rows which are differentiated in the traditional procession. Because in every traditional process of merarik in the Sasak tribal community there are certain meanings in it, however, this has experienced shifts and changes in some villages in the Sasak tribe. Therefore, this merarik tradition deserves to be raised as a research subject, especially in its unique aspect, why the merarik tradition is used as a ritual that must be fulfilled. This research was carried out in Lendang Nangka village, Masbagik sub-district, East Lombok district. This research is also included in qualitative research, the research subjects of which consist of village heads, traditional heads, religious leaders and community leaders. The research results include: First, the process of attracting noble people and ordinary people before and after the marriage contract in Lendang Nangka Village is basically all almost the same, only it can be differentiated by the size of the existing aji krame. Then, most of the people of Lendang Nangka village have been able to accept changes, where the keskufu'an of the noble lineage can be compared with other material aspects.
Analisis Faktor-faktor Kesulitan Belajar Bahasa Arab pada Siswa Kelas VII MTs. Darussalam al-Kubro Mirwan; Deny Iskandar; Febria Syifa’unnnufus; Abd Wahid Hasyim
INGGARA (Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab) Vol 3 No 2 (2025): January
Publisher : Program Studi Tadris Bahasa Inggris Institut Studi Islam Sunan Doe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58330/inggara.v3i2.456

Abstract

Bahasa Arab merupakan bahasa ibu bagi lebih dari 221 juta penutur yang tersebar di 35 negara, dan di antaranya menjadikannya sebagai bahasa resmi. Sejak tahun 1973, Bahasa Arab juga diakui sebagai salah satu dari enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di Indonesia, bahasa Arab telah menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan, baik formal maupun nonformal, terutama dalam konteks lembaga pendidikan Islam. Namun demikian, tidak semua peserta didik mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Berbagai hambatan, terutama yang berasal dari faktor internal siswa, menjadi penyebab utama kesulitan dalam mempelajari bahasa Arab. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar bahasa Arab pada siswa kelas VII MTs Satu Atap Darussalam Al-Kubro. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik purposive sampling dalam menentukan informan yang terdiri dari 6 orang (guru dan siswa). Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan enam faktor utama penyebab kesulitan belajar, yaitu: (1) rendahnya motivasi dan kecintaan siswa terhadap bahasa Arab, (2) kesulitan dalam memahami dan menghafal kosakata (mufradat), (3) pendekatan pengajaran guru yang terlalu menekankan hafalan mufradat, (4) kurang variatifnya metode dan media pembelajaran yang digunakan, dan (5) keterbatasan sarana pendukung belajar. Temuan ini mengindikasikan pentingnya perbaikan strategi pembelajaran dan penyediaan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran bahasa Arab di tingkat madrasah.  
The Missionary Movement Of Tuan Guru Bajang (TGB) In West Nusa Tenggara Mulyadin; Muliaty Amin; Sattu Alang; Firdaus; Mirwan; Murdifin
Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu Vol. 3 No. 7 (2025): GJMI - JULI
Publisher : PT. Gudang Pustaka Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/gjmi.v3i7.1703

Abstract

This study discusses the missionary movement of Tuan Guru Bajang (TGB) in West Nusa Tenggara. This is a qualitative study. The research design is field research. The results of this study indicate that: Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, as a preacher, possesses exceptional competence and academic qualifications. His approach to delivering his sermons is calm and approachable, making his messages easily accepted by people from all walks of life. The target audience of TGB Zainul Majdi's preaching encompasses all segments of society, including those of different religious backgrounds. During his tenure as governor, TGB continued to fulfil his duties as a preacher.