Pendahuluan: Dispepsia merupakan kumpulan gejala yang ditandai dengan rasa tidak nyaman pada abdomen bagian atas. Dispepsia dapat terjadi pada semua tingkat usia maupun jenis kelamin tetapi dispepsia lebih sering menyerang usia produktif, lalu kurang memperhatikan pola makan, konsumsi obat anti inflamasi non-steroid serta stres yang mudah terjadi pada mahasiswa tingkat akhir. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain analitik observasional. Sampel yang diamati adalah mahasiswa keperawatan angkatan 2020 berjumlah 126. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik responden, kuesioner dispepsia yaitu Rome Criteria III, kuesioner stres yaitu Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) dan kuesioner pola makan. Analisis yang digunakan adalah uji alternativ Fisher’s Exact dan Pearson Chi-square Hasil: Berdasarkan 126 responden mayoritas mengalami dispepsia sebanyak 97 orang (77%), berusia 22 tahun sebanyak 84 orang (66,7%) dengan jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 113 orang (89,7%), berdasarkan tingkat stres di kategori normal sebanyak 59 orang (46,8%), berdasarkan pola makan yang baik sebanyak 116 orang (92,1%) dan diketahui bahwa lebih banyak yang tidak mengonsumsi obat anti inflamasi non- steroid (OAINS) yaitu sebanyak 82 orang (65,1%). Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian dispepsia dengan (p-value = 0,002) dan terdapat hubungan stres dengan kejadian dispepsia dengan (p-value = 0,047). Kesimpulan: Jenis kelamin dan stres merupakan faktor risiko kejadian dispepsia pada mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa disarankan untuk melakukan manajemen stres yang baik agar stres pada mahasiswa dapat dikurangi.