Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Amerta

KEHIDUPAN PURBA DI CEKUNGAN SOA, FLORES TENGAH, INDONESIA TIMUR (KAJIAN ARKEOLOGI KAWASAN) Jatmiko
AMERTA Vol. 28 No. 1 (2010)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Cekungan Soa adalah sebuah dataran rendah berbentuk lembah yang terjadi karena letusan gunungapi purba pada Kala Pliosen sehingga membentuk kaldera. Pada Kala Pleistosen, kondisi cekungan berubah menjadi sebuah danau besar dengan lingkungan yang subur, sehingga telah mengunadang berbagai mahluk hidup (manusia dan binatang) datang dan menghuni di sekitar lingkungan danau tersebut. berdasarkan bukti-bukti temuan artefak dan ekofak yang didapatkan dalam penelitian, kehidupan purba di wilayah ini diduga telah berlangsung sejak Kala Pleistosen Bawah – awal Pleistosen Tengah. Wilayah Cekungan Soa merupakan kompleks situs purba yang kaya akan artefak dan fosil fauna. Walaupun belum menemukan sisa manusianya, namun penemuan himpunan artefak dan fosil-fosil fauna (antara lain Stegodon, budaya, komodo, kura-kura darat dan sejenis tikus besar) di berbagai situs di Cekungan Soa sudah diperkuat dengan data pertengahan absolut, sehingga dapat diketahui umurnya secara pasti. Di wilayah Cekungan Soa ini telah ditemukan minimal 15 lokasi/situs yang mengandung temuan alat-alat batu Paleolitik yang berasosiasi dengan fosil-fosil tulang vertebrata. Cekungan Soa yang mempunyai luas ± 35 x 22 kilometer dan terletak sekitar 15 kilometer di timur laut kota Bajawa (Ibukota Kabupaten Ngada, Flores Tengah) memperlihatkan bentang alam yang khas terbuka, mengingatkan kita pada lingkungan umum kehidupan Homo erectus. Melalui kajian arkeologi ruang, tulisan berjudul ‘Kehidupan Purba di Cekungan Soa, Flores Tengah, Indonesia Timur: Kajian Arkeologi Kawasan’ ini diharapkan dapat mengungkapkan kehidupan masa lalu di Cekungan Soa, terutama berkaitan dengan manusia, budaya dan lingkungannya Keynotes: Kehidupan Purba - Cekungan Soa – Flores Tengah – Arkeologi Ruang/Kawasan – Homo erectus ABSTRACT. The Ancient Life At The Soa Basin Central Flores, East Indonesia (Study Of Spatial Archaeology) Soa Basin is a valley-shaped plain, which was formed by the eruption of an ancient volcano during the Pliocene period that created a caldera. In the next period, the Pleistocene, it turned into a big lake with lush environment, so that it tempted various living creatures (both humans and animals) to come and inhabited the area around the lake. Based on the artifacts and ecofacts found at the site, life at this area has been going on since the Lower Pleistocene - Early Middle Pleistocene. In rality the Soa Basin area - which are supported by absolute dating – have enabled us to know their esact age. We have found 15 locations/sites that bear Palaeolithic tools in association with fossils of vertebrates bones. The 35 x 22 km Soa Basin is located 15 km northeast of Bajawa (the capital of Ngada Regency, Central Flores). It has a unique open landscape that reminds us of the typical environment of Homo erectus. By using the spatial archaeology study, this article of the title ‘the Ancient Lifes at the Soa Basin, Central Flores, East Indonesia: Study of Spatial Archaeology’ is hoped to be able to reveal the life at Soa Basin in particular, especially in relation to the aspect of human, culture, and environment. Key words: Ancient Lifes – Soa Basi – Central Flores – Spatial Archaeology – Homo Erectus
TIPE HUNIAN DAN KARAKTERISTIK BUDAYA SAMPUNGIAN DI SITUS GUA LAWA, PONOROGO Jatmiko; Ruly Fauzi
AMERTA Vol. 39 No. 1 (2021)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Settlement Type and Characteristic of ‘Sampung Culture’ at Lawa Cave Site, Ponorogo. Lawa Cave, located in Sampung (Ponorogo, East Java), is an eponym site for the Sampungian culture. Its status within the cultural framework of the Javanese prehistory remains unclear. This article aims to reveal the type and characteristic of settlement in Lawa Cave, including its position within the historical framework of cave habitation in the archipelago. The descriptive-explanative approach reveals that the distribution of artifacts in Lawa Cave shows a distinctive feature. The bifacial arrowhead reported by Callenfels is associated with bone and pebbles (milling stones) in a relatively thick unit of cultural layer. Based on the emergence of milling stones, the inhabitants of Lawa Cave may have known simple agricultural activities through processing wild plants as their food source. Based on this, Sampungian can be categorized as part of the Para-Neolithic culture, which is also found in several sites in Mainland Southeast Asia. Abstrak. Gua Lawa yang berada di Sampung (Ponorogo, Jawa Timur) merupakan situs eponim bagi budaya Sampungian yang statusnya di dalam kerangka kebudayaan prasejarah Pulau Jawa masih belum jelas. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap tipe hunian dan karakteristik budaya Sampungian di Gua Lawa serta kaitannya dengan sejarah perkembangan hunian gua di Nusantara. Melalui pendekatan deskriptif-eksplanatif terlihat bahwasannya distribusi artefak di Gua Lawa menunjukkan suatu ciri khas tersendiri. Himpunan artefak mata panah bifasial, sebagaimana pertama kali dilaporkan oleh Callenfels, faktanya berasosiasi dengan artefak tulang dan kerakal pada suatu unit lapisan budaya yang cukup tebal. Berdasarkan kemunculan artefak kerakalpenggerus, diperkirakan masyarakat penghuni Gua Lawa telah mengenal aktivitas agrikultur sederhana melalui pengolahan tumbuhan liar tertentu sebagai sumber pangan mereka. Berdasarkan hal tersebut, Sampungian dapat dikategorikan sebagai bagian dari budaya Para-Neolitik yang juga dijumpai pada sejumlah situs di Asia Tenggara Daratan.
KEHIDUPAN PURBA DI CEKUNGAN SOA, FLORES TENGAH, INDONESIA TIMUR (KAJIAN ARKEOLOGI KAWASAN) Jatmiko
AMERTA Vol. 28 No. 1 (2010)
Publisher : Penerbit BRIN (BRIN Publishing)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Cekungan Soa adalah sebuah dataran rendah berbentuk lembah yang terjadi karena letusan gunungapi purba pada Kala Pliosen sehingga membentuk kaldera. Pada Kala Pleistosen, kondisi cekungan berubah menjadi sebuah danau besar dengan lingkungan yang subur, sehingga telah mengunadang berbagai mahluk hidup (manusia dan binatang) datang dan menghuni di sekitar lingkungan danau tersebut. berdasarkan bukti-bukti temuan artefak dan ekofak yang didapatkan dalam penelitian, kehidupan purba di wilayah ini diduga telah berlangsung sejak Kala Pleistosen Bawah – awal Pleistosen Tengah. Wilayah Cekungan Soa merupakan kompleks situs purba yang kaya akan artefak dan fosil fauna. Walaupun belum menemukan sisa manusianya, namun penemuan himpunan artefak dan fosil-fosil fauna (antara lain Stegodon, budaya, komodo, kura-kura darat dan sejenis tikus besar) di berbagai situs di Cekungan Soa sudah diperkuat dengan data pertengahan absolut, sehingga dapat diketahui umurnya secara pasti. Di wilayah Cekungan Soa ini telah ditemukan minimal 15 lokasi/situs yang mengandung temuan alat-alat batu Paleolitik yang berasosiasi dengan fosil-fosil tulang vertebrata. Cekungan Soa yang mempunyai luas ± 35 x 22 kilometer dan terletak sekitar 15 kilometer di timur laut kota Bajawa (Ibukota Kabupaten Ngada, Flores Tengah) memperlihatkan bentang alam yang khas terbuka, mengingatkan kita pada lingkungan umum kehidupan Homo erectus. Melalui kajian arkeologi ruang, tulisan berjudul ‘Kehidupan Purba di Cekungan Soa, Flores Tengah, Indonesia Timur: Kajian Arkeologi Kawasan’ ini diharapkan dapat mengungkapkan kehidupan masa lalu di Cekungan Soa, terutama berkaitan dengan manusia, budaya dan lingkungannya Keynotes: Kehidupan Purba - Cekungan Soa – Flores Tengah – Arkeologi Ruang/Kawasan – Homo erectus ABSTRACT. The Ancient Life At The Soa Basin Central Flores, East Indonesia (Study Of Spatial Archaeology) Soa Basin is a valley-shaped plain, which was formed by the eruption of an ancient volcano during the Pliocene period that created a caldera. In the next period, the Pleistocene, it turned into a big lake with lush environment, so that it tempted various living creatures (both humans and animals) to come and inhabited the area around the lake. Based on the artifacts and ecofacts found at the site, life at this area has been going on since the Lower Pleistocene - Early Middle Pleistocene. In rality the Soa Basin area - which are supported by absolute dating – have enabled us to know their esact age. We have found 15 locations/sites that bear Palaeolithic tools in association with fossils of vertebrates bones. The 35 x 22 km Soa Basin is located 15 km northeast of Bajawa (the capital of Ngada Regency, Central Flores). It has a unique open landscape that reminds us of the typical environment of Homo erectus. By using the spatial archaeology study, this article of the title ‘the Ancient Lifes at the Soa Basin, Central Flores, East Indonesia: Study of Spatial Archaeology’ is hoped to be able to reveal the life at Soa Basin in particular, especially in relation to the aspect of human, culture, and environment. Key words: Ancient Lifes – Soa Basi – Central Flores – Spatial Archaeology – Homo Erectus