Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

KOMUNIKASI EKSPRESIF DENGAN METODE PECS BAGI ANAK DENGAN AUTIS Goa, Lorentius; Derung, Teresia Noiman
Jurnal Nomosleca Vol 3, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Universitas Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/nomosleca.v3i2.2037

Abstract

Abstract Children with autism are children who have a nervous system disorder, caused by heredity factor. Autism is not a symptom of disease but it is a syndrome (a collection of symptoms) in which social deviations, language abilities and concerns are concerned. With regard to language skills, parents of children with autism often seek ways to allow children to speak fluently as a child in general, regardless of the child's abilities. This is the obstacle in interacting. The purpose of this study was to determine the expressive communication ability of children with autism using PECS (Picture Exchanges Communication System) method. This research uses Pre-Experimental Design method in the form of one-group pretest-posttest design. This form is used because researchers want to know the value generated by each subject after treatment is done. Method of data collection using observation method. The results showed an increase in expressive communication of children with autism after using the PECS method. The highest score was obtained by MM and LV subjects, with an increase of expressive communication value of 12 each. While KF subjects obtained an increase in value of 10 and the subject of VR 8. Thus, PECS Method could be one of the reference to improve expressive communication of children with autism. Keywords: Expressive Communication, Autism, PECS (Picture Exchanges Communication System) DOI : https://doi.org/10.26905/nomosleca.v3i2.2037
Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Moral Anak Katolik Pada Era Pandemi Covid-19 di Kota Malang Lorentius Goa
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol 9, No 3 (2021): EQUILIBRIUM JURNAL PENDIDIKAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.856 KB) | DOI: 10.26618/equilibrium.v9i3.5678

Abstract

Pendidikan moral menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan di era digital 4.0. tanpa pendidikan moral yang memadai. Anak-anak akan menjadi korban dari kemajuan teknologi informasi yang semakin cepat dan canggih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, apa peran orang tua dalam pendidikan anak pada masa pandemi covid-19? Selain itu diungkap juga apakah orang tua sudah menjalankan peran tersebut dengan baik atau tidak? Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner tertutup kepada 100 orang tua yang memiliki anak-anak yang menempuh pendidikan sekolah dasar di Kota Malang, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan di awal tahun 2021. Pendidikan moral yang dimaksud di dalam penelitian mencakup enam indikator; seksualitas, solidaritas, kemajemukan, keadilan, kejujuran dan cinta lingkungan. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa orang tua di Kota Malang, Jawa Timur memiliki peran dalam pendidikan moral anak. Selain itu para orang tua juga sudah menjalankan peran dalam pendidikan moral dengan baik.
Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Melalui Balai Latihan Kerja Bhakti Luhur Lorentius Goa
Jurnal Pelayanan Pastoral Jurnal Pelayanan Pastoral (JPP) Vol. 1 No. 1 April 2020
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (UPPM), STP-IPI Malang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.855 KB) | DOI: 10.53544/jpp.v1i1.142

Abstract

People with disabilities are a hot topic to be discussed in various developed countries including our country, Indonesia. The reason is, people with disabilities are a group of minorities who are often neglected in fulfilling their rights. One of the ways for people with disabilities can have a decent life is through empowerment. The Bhakti Luhur Foundation itself has the vision to empower people with disabilities through various activities, one of which is through a job training center accompanied by professional staff. People with disabilities who are empowered in this job training center are people with disabilities who can train. The empowerment carried out is the manufacture of household furniture, household utensils, manual paving stone production, woodcraft for playgroups, painting and knitting painting (streaming), printing and offsetting, making plant pots, ornamental plants, and raising tilapia and catfish.
Meningkatkan Keaktifan Anak Autis Dalam Mengikuti Kegiatan Melalui Terapi Behavioral Di Wisma Halimun Lorentius Goa
Jurnal Pelayanan Pastoral  Jurnal Pelayanan Pastoral (JPP) Vol. 2 No. 1 April 2021
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (UPPM), STP-IPI Malang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.922 KB) | DOI: 10.53544/jpp.v2i1.247

Abstract

The term autism comes from the word “ auto” which means “ yourself ” while ” ism ” means “ a stream “if you join it means that an understanding is interested in myself. So, autism is a child who is interested in his world / aloof. The factor that causes autism 8 – 11 % of children with are genetic, but it is also caused by genetics and viruses. Behaviourism is a scientific view of human behaviour. It is orderly behaviour and carefully controlled experiments will reveal the laws that control behaviour. Every individual has the same positive and negative tendencies. The behavioristic theory is a theory that applies the principle of strengthening stimulus and response. This study aims to describe the three less active children participating in behaviour therapy activities at the Halimun Paulus underworld. This study used a quantitative experimental research design. Based on the results of the study with the methods used by pretest and posttest design for 5 subsidiaries of children’s activeness, the following results are obtained: the first subject AF from the pretest got a score of 56,6 and the posttest got a value of 72,2, then an increase of 15,6. And the second subject FG from the pre-test got a value of 52, and the post-test got a value of 65, then it has increased in value by 13. While the third subject of the KF from the pre-test received a value of 53,2, and the test post received a value of 68,2, a 15 increase. So seen from the three subjects which experienced the highest increase in AF 15,6 and second-order KF had an increase of 15, and the third had an increase of 13.
PENDIDIKAN TINGGI MENURUT GRAVISSIMUM EDUCATIONIS DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN PENDIDIKAN FORMAL DI INDONESIA Martinus Irwan Yulis CM; Lorentius Goa
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.15

Abstract

Penulis mencoba untuk merefleksikan kembali panggilan kristiani dalam dunia pendidikan dalam terang Dokumen Konsili Vatikan II, terutama dokumen Gravissimum Educationis. Dokumen ini memuat visi dan misi pendidikan kristiani yang bisa menjadi terang dan penuntun bagi para pendidik untuk mencari bentuk-bentuk pendidikan yang sungguh memanusiakan subjek bina. Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai macam sistem pendidikan namun terkadang proses pendidikan dalam sistem itu mengabaikan banyak hal penting dalam proses perkembangan manusia yang utuh. Oleh karena itulah, penulis mencoba untuk menelaah secara lebih dalam poin-poin penting pendidikan yang digarisbawahi dokumen Gravissimum Educationis.
PENURUNAN JUMLAH UMAT KATOLIK DI PAROKI MARIA RATU DAMAI PURWOREJO DONOMULYO Theresia Noiman Derung; Lorentius Goa; Antonela Batlyol
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehadiran Gereja sebagai umat Allah adalah tanda dan sarana kehadiran Kristus sendiri di dunia. Gereja bermaksud menyatakan dengan lebih konkrit ajaran dan teladan Kristus bagi dunia terutama bagi keselamatan seluruh umat manusia. Salah satu sifat hakiki dari Gereja adalah apostolik, dengan ciri ini mau ditegaskan adanya kesadaran bahwa Gereja dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru (Ef. 2:20). Gereja yang dibangun pada zaman para rasul berkembang dengan pesat sampai saat ini. Hal ini terjadi karena mereka bertekun dalam pengajaran para rasul dan persekutuan. Mereka sehati-sejiwa selalu berkumpul untuk berdoa dan memecahkan roti, mereka bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyan bersama (Kis.2:41-47). Cara hidup jemaat perdana menjadi tonggak untuk kehidupan Gereja selanjutnya sampai saat ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah umat Katolik di Stasi mengalami penurunan sebesar 579. Hal ini dikarenakan faktor pindah agama 316 orang (54,5%), umat meninggal 137 orang (23,7%), pindah tempat 126 orang (21,8%). Dengan demikian, penurunan jumlah umat terbesar disebabkan karena pindah agama yang dilatarbelakangi oleh perkawinan.
PERUBAHAN SOSIAL DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT Lorentius Goa
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penulis mencoba menguraikan soal perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan teori-teori perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu proses pergeseran struktur atau tatanan didalam masyarakat, yang meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Tokoh-tokoh yang berbicara soal perubahan sosial adalah: Kingsley Davis, Mac Iver, Selo Soemarjan, William Ogburn. Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan sosial dalam masyarakat tidak boleh dilihat dari satu sisi saja, sebab perubahan ini dapat mengakibatkan pergeseran pada banyak sektor dalam masyarakat sosial. Hal ini berarti, perubahan sosial akan selalu terjadi pada setiap bagian dari masyarakat itu sendiri. Gejala perubahan sosial dalam masyarakat dapat dilihat dari terjadinya perubahan sistem nilai maupun norma yang berlaku saat itu dan yang tidak berlaku lagi dalam masyarakat. Tentu saja, perubahan sosial ini terjadi bukan semata mata karena individu dalam masyarakat tersebut yang mau berubah, akan tetapi karena adanya perkembangan dari berbagai sektor khususnya teknologi.
RELASI INTERSUBJEKTIF PEMBINA DAN ANAK ASUH DI WISMA PUTERA BHAKTI LUHUR MALANG Lorentius Goa
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini, menguraikan tentang relasi intersubjektif antara pembina dan anak asuh di wisma Putera Bhakti Luhur Malang. Mengingat manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dalam hidup bersama tentunya ada relasi yang baik antara satu dengan yang lain. Kadang-kadang juga orang tidak memikirkan bagaimana menghayati nilai kebersamaan dalam berelasi dengan sesama. Dalam kebersamaan dengan anak berkebutuhan khusus, sebagai pembina tentu ada unsur egoisme dan merasa diri lebih tinggi atau lebih berkuasa. Relasi intersubjektif adalah merupakan suatu relasi atau komunikasi yang bermakna dalam arti setiap individu mau membuka diri terhadap yang lain, memberi tempat dalam dirinya bagi yang lain, serta menjadi bagian dari dirinya. Gabriel Marcel berpendapat bahwa relasi intersubjektif merupakan keterbukaan antara subjek yang satu dengan subjek yang lain. Romo Paul Janssen Terkait dengan relasi intersubjektif pembina dengan anak asuh di wisma menerapkan pola asuh melalui hidup serumah, sekamar dan semeja makan dengan mereka, dinamis, sesuai kebutuhan, Pembina harus kompak dan komunikasi efektif serta disiplin. Selain itu dalam hidup bersama dengan anak berkebutuhan khusus tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau muncul perilaku-perilaku menyimpang seperti tindakan kekerasan dan pelecehan. Hal-hal inilah yang perlu dihindari dalam kehidupan bersama anak berkebutuhan khusus.
EFEKTIFITAS PAGUYUBAN ORANG TUA DALAM PEMBERDAYAAN ANAK DISABILITAS DI MOJOREJO BLITAR Lorentius Goa
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah agar orang tua penyandang disabilitas yang masuk sebagai anggota paguyuban yang ada di Mojorejo Blitar dapat memberdayakan anaknya sehingga bisa mandiri. Kemandirian anak disabilitas tergantung dari orang tua yang menjadi pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kemandirian anak disabilitas tentu berbeda-beda, sesuai kemampuan anak tersebut. Selain itu, para orang tua dapat saling mengenal, saling berbagi pengalaman mengenai keberadaan anak disabilitas, saling mendukung, keberhasilan dan kesulitan yang mereka alami dalam mendampingi anak disabilitas sehingga orang tua memiliki semangat yang sama, yaitu menerima kehadiran anak disabilitas dan dengan ketulusan hati mencari jalan keluar bersama petugas lapangan mendampingi anak penyandang disabilitas. Sedangkan target khusus yang dicapai dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui efektivitas paguyuban orang tua dalam memberdayakan anak disabilitas di Mojorejo Blitar. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti terhadap orang tua yang tergabung dalam paguyuban, ketua paguyuban dan petugas lapangan. Hasil penelitiannya adalah paguyuban orang tua anak disabilitas efektif dalam memberdayakan anak disabilitas. Keefektifan paguyuban tampak dalam hal: orang tua menerima kehadiran anak, orang tua memahami kedisabilitasan, orang tua membuat program bersama dengan tim ahli, orang tua melaksanakan dan mengevaluasi program.
KETERLIBATAN REMAJA KATOLIK DALAM KEGIATAN PANCA TUGAS GEREJA DI PAROKI ST. VINCENTIUS A PAULO MALANG Yuliana Eni Yuliati; Bernadeta Sri Jumilah; Lorentius Goa; Martinus Irwan Yulius; Jhon Daeng Maeja
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v7i1.353

Abstract

Para remaja katolik (rekat) di paroki santo Vincentius a Paulo adalah anggota Gereja yang sudah dibaptis. Sebagai anggota Gereja, mereka mempunyai kewajiban untuk melaksanakan panca tugas Gereja. Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlibatan remaja katolik dalam kegiatan panca tugas gereja di paroki santo Vincentius a Paulo Malang. Tujuan penelitian adalah mengetahui keterlibatan remaja katolik dalam kegiatan panca tugas Gereja di paroki santo Vincentius a Paulo Malang. Metode yang dipakai adalah metode kuantitatif deskriptif, dengan populasi Remaja Katolik yang berada di wilayah gereja St. Vinsensius a Paulo Malang yaitu Remaja Katolik kelas 5 Sekolah Dasar sampai kelas 10 Sekolah Menengah Atas. Indikator-indikator yang dipakai adalah kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam bidang Liturgia, Kerygma, Koinonia, Diakonia, dan Martyria. Metode pengambilan data menggunakan angket dengan skala Likert 4 dan penyebarannya menggunakan aplikasi google form. Tehnik analisa data menggunakan tehnik analisa data deskriptif dengan penghitungan persentase. Hasil yang diperoleh adalah keaktifan bidang Liturgia sebesar 54,82% masuk kategori sedang, bidang Kerygma sebesar 56,03% masuk kategori sedang, bidang Koinonia sebesar 50,63% masuk kategori sedang, bidang Diakonia sebesar 62,23% masuk kategori sedang dan bidang Martyria sebesar 73,08% termasuk kategori tinggi. Rata-rata keaktifan sebesar 59,36% yang termasuk dalam kategori sedang.