Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Integritas dan Moralitas sebagai Pesan dari Teguran Nabi Amos untuk Melestarikan Keadilan Timotius Avent Jordan; Gernaida Krisna R. Pakpahan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.227

Abstract

Justice is something that cannot be removed in life. There is a reason that justice can fade, even at the court, it’s because of integrity is not maintained. The problem of today's injustice in the field of law is not something new, even in the Bible this problem exists. The prophet Amos' rebuke to the Northern Kingdom of Israel because of injustice. Based on that message, the writer takes the essence that can be applied to this mature life. The author uses a literature study research method, because it is in accordance with the need to get the essence of the writings of the prophet Amos. Based on the research, it was found that justice can be maintained with integrity and morality in each individual. Keadilan merupakan sesuatu yang tak boleh dihilangkan dalam kehidupan. Ada penyebabnya keadilan itu bisa luntur, bahkan di meja hijau sekalipun, seperti integritas yang tak dijaga. Persoalan hari-hari ini tentang ketidakadilan dalam bidang hukum bukanlah sesuatu yang baru, dalam Alkitab pun persoalan ini ada. Teguran nabi Amos pada Kerajaan Israel Utara memberikan gambaran mengenai ketidakadilan tersebut. Berdasarkan pesan itulah penulis mengambil intisari yang dapat diterapkan untuk kehidupan masak ini. Penulis menggunakan metode penelitian studi literatur, karena sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan intisari dari tulisan nabi Amos. Berdasarkan penelitian, hasilnya didapati bahwa keadilan itu bisa terjaga dengan integritas dan moralitas dalam diri masing-masing pribadi.
Implikasi Praktik “Hutang Piutang” dalam Amos 2:6-8 bagi Orang Percaya Masa Kini Gernaida Krisna R. Pakpahan; Abraham Geraldi Napitupulu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.226

Abstract

Penelitian ini di latar belakangi oleh penemuan ketidakadilan dalam praktik hutang piutang umat-Nya di zaman nabi Amos dimana kreditor menindas para debitor karena tidak mampu membayar hutangnya. Praktik hutang piutang ternyata menimbulkan banyak permasalahan baru khususnya ketika kredit macet. Setiap orang dapat terlibat dalam praktik hutang piutang yang sangat berisiko ini, termasuk orang percaya. Oleh sebab itu, penelitian ini mencari implikasi praktik hutang piutang bagi orang percaya masa kini, apakah orang percaya di masa kini diperbolehkan terlibat dalam prakitk hutang piutang? Dan bagaimana seharusnya sikap orang percaya sebagai seorang kreditor dan juga debitor? Untuk menjawabnya, peneliti menggunakan metode kualitatif jenis penelitian library research dengan melakukan eksegesis terhadap Amos 2:6-8 dan dilanjutkan dengan mencari implikasinya bagi kehidupan orang percaya di masa kini. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa permasalahan yang terjadi pada zaman nabi Amos karena debitor tidak mampu membayar hutangnya dan kreditor memiliki sikap materialistik sehingga cenderung menguasai bahkan menindas debitor. Walaupun praktik hutang masih bisa dilakukan saat ini, tetapi itu bukan menjadi solusi untuk penyelesaian masalah karena memiliki resiko memunculkan masalah lainnya, Alkitab menyatakan bahwa orang percaya seharusnya menjadi pemberi pinjaman. Tetapi dalam praktiknya dibutuhkan kasih dan keadilan sebagai prinsip utama. Diperlukan juga sikap yang mengandalkan Tuhan dengan memiliki iman hingga dihasilkannya penguasaan diri dalam hidup orang percaya serta pentingnya manajemen keuangan yang baik agar tidak terjebak dengan masalah hutang piutang. Penyorotan terhadap permasalahan hutang piutang pada zaman nabi Amos dan menarik implikasinya ke masa kini menjadi kebaruan dari penelitian ini.
Integritas dan Moralitas sebagai Pesan dari Teguran Nabi Amos untuk Melestarikan Keadilan Timotius Avent Jordan; Gernaida Krisna R. Pakpahan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.227

Abstract

Justice is something that cannot be removed in life. There is a reason that justice can fade, even at the court, it’s because of integrity is not maintained. The problem of today's injustice in the field of law is not something new, even in the Bible this problem exists. The prophet Amos' rebuke to the Northern Kingdom of Israel because of injustice. Based on that message, the writer takes the essence that can be applied to this mature life. The author uses a literature study research method, because it is in accordance with the need to get the essence of the writings of the prophet Amos. Based on the research, it was found that justice can be maintained with integrity and morality in each individual. Keadilan merupakan sesuatu yang tak boleh dihilangkan dalam kehidupan. Ada penyebabnya keadilan itu bisa luntur, bahkan di meja hijau sekalipun, seperti integritas yang tak dijaga. Persoalan hari-hari ini tentang ketidakadilan dalam bidang hukum bukanlah sesuatu yang baru, dalam Alkitab pun persoalan ini ada. Teguran nabi Amos pada Kerajaan Israel Utara memberikan gambaran mengenai ketidakadilan tersebut. Berdasarkan pesan itulah penulis mengambil intisari yang dapat diterapkan untuk kehidupan masak ini. Penulis menggunakan metode penelitian studi literatur, karena sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan intisari dari tulisan nabi Amos. Berdasarkan penelitian, hasilnya didapati bahwa keadilan itu bisa terjaga dengan integritas dan moralitas dalam diri masing-masing pribadi.
PENGINJILAN YANG DIBERDAYAKAN: NUBUATAN YOEL MENGENAI ERA PENCURAHAN ROH KUDUS Leonardo Latumanuwy; Gernaida Krisna R. Pakpahan
Diegesis : Jurnal Teologi Vol 7 No 2 (2022): DIEGESIS: JURNAL TEOLOGI
Publisher : Bethel Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46933/DGS.vol7i256-72

Abstract

The outpouring of the Holy Spirit is often associated with the words of the apostle Peter when quoting the words of Joel. 2:28-29 contains God's promise to all mankind. Fulfillment of this promise aims to empower God's people in carrying out God's mission, namely evangelism. Nevertheless, ironically the congregation does not necessarily understand the meaning of this text and is reluctant to preach the gospel. This study seeks to find the meaning of the text with the message of the gospel. The method used is a qualitative narrative with hermeneutic procedures. This study finds the meaning of the text that the outpouring of the Holy Spirit for every believer without any limitations with the aim of evangelism empowered by the Holy Spirit so that all nations can know the great work of God done through Jesus Christ. This study also recommends that the church understand the outpouring of the Holy Spirit, empowered evangelism, and synergies of evangelism programs between churches.
Integritas dan Moralitas sebagai Pesan dari Teguran Nabi Amos untuk Melestarikan Keadilan Timotius Avent Jordan; Gernaida Krisna R. Pakpahan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.227

Abstract

Justice is something that cannot be removed in life. There is a reason that justice can fade, even at the court, it’s because of integrity is not maintained. The problem of today's injustice in the field of law is not something new, even in the Bible this problem exists. The prophet Amos' rebuke to the Northern Kingdom of Israel because of injustice. Based on that message, the writer takes the essence that can be applied to this mature life. The author uses a literature study research method, because it is in accordance with the need to get the essence of the writings of the prophet Amos. Based on the research, it was found that justice can be maintained with integrity and morality in each individual. Keadilan merupakan sesuatu yang tak boleh dihilangkan dalam kehidupan. Ada penyebabnya keadilan itu bisa luntur, bahkan di meja hijau sekalipun, seperti integritas yang tak dijaga. Persoalan hari-hari ini tentang ketidakadilan dalam bidang hukum bukanlah sesuatu yang baru, dalam Alkitab pun persoalan ini ada. Teguran nabi Amos pada Kerajaan Israel Utara memberikan gambaran mengenai ketidakadilan tersebut. Berdasarkan pesan itulah penulis mengambil intisari yang dapat diterapkan untuk kehidupan masak ini. Penulis menggunakan metode penelitian studi literatur, karena sesuai dengan kebutuhan untuk mendapatkan intisari dari tulisan nabi Amos. Berdasarkan penelitian, hasilnya didapati bahwa keadilan itu bisa terjaga dengan integritas dan moralitas dalam diri masing-masing pribadi.
Implikasi Praktik “Hutang Piutang” dalam Amos 2:6-8 bagi Orang Percaya Masa Kini Gernaida Krisna R. Pakpahan; Abraham Geraldi Napitupulu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.226

Abstract

Penelitian ini di latar belakangi oleh penemuan ketidakadilan dalam praktik hutang piutang umat-Nya di zaman nabi Amos dimana kreditor menindas para debitor karena tidak mampu membayar hutangnya. Praktik hutang piutang ternyata menimbulkan banyak permasalahan baru khususnya ketika kredit macet. Setiap orang dapat terlibat dalam praktik hutang piutang yang sangat berisiko ini, termasuk orang percaya. Oleh sebab itu, penelitian ini mencari implikasi praktik hutang piutang bagi orang percaya masa kini, apakah orang percaya di masa kini diperbolehkan terlibat dalam prakitk hutang piutang? Dan bagaimana seharusnya sikap orang percaya sebagai seorang kreditor dan juga debitor? Untuk menjawabnya, peneliti menggunakan metode kualitatif jenis penelitian library research dengan melakukan eksegesis terhadap Amos 2:6-8 dan dilanjutkan dengan mencari implikasinya bagi kehidupan orang percaya di masa kini. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa permasalahan yang terjadi pada zaman nabi Amos karena debitor tidak mampu membayar hutangnya dan kreditor memiliki sikap materialistik sehingga cenderung menguasai bahkan menindas debitor. Walaupun praktik hutang masih bisa dilakukan saat ini, tetapi itu bukan menjadi solusi untuk penyelesaian masalah karena memiliki resiko memunculkan masalah lainnya, Alkitab menyatakan bahwa orang percaya seharusnya menjadi pemberi pinjaman. Tetapi dalam praktiknya dibutuhkan kasih dan keadilan sebagai prinsip utama. Diperlukan juga sikap yang mengandalkan Tuhan dengan memiliki iman hingga dihasilkannya penguasaan diri dalam hidup orang percaya serta pentingnya manajemen keuangan yang baik agar tidak terjebak dengan masalah hutang piutang. Penyorotan terhadap permasalahan hutang piutang pada zaman nabi Amos dan menarik implikasinya ke masa kini menjadi kebaruan dari penelitian ini.
Evaluasi Kebijakan Fiskal Sebagai Regulator Kesenjangan Ekonomi Berbasis Perspektif Kitab Amos Donald Samuel Slamet Santosa; Gernaida Krisna R. Pakpahan; Jony Oktavian Haryanto
Proceeding National Conference Business, Management, and Accounting (NCBMA) 5th National Conference Business, Management, and Accounting
Publisher : Faculty of Economics and Business Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study starts from the problem of high gap between society in Indonesia today. The purpose of this study is evaluate the fiscal regulation as regulator for economical gap of the society based on Amos perspective. This is policy evaluation research that conduct using qualitative approach. Evaluation model that using in this research is goal based evaluation that developed by Tyler. The purpose of the policy based on Amos that already exegeses to be more operational. Data and information about policy achievement or intervention influence of the policy to economical gap collected by documenter study. Then, the data analyzed by qualitative data analysis model Miles and Hubberman. The result of this research show that fiscal regulation cannot solve economical gap of society based on the Amos standard. The thing that need to do is regulate the attitude of high level class society to lower level class that can be done by developing law instrument based on poor people protection.BAHASA INDONESIA ABSTRACTStudi ini berangkat dari permasalahan masih tingginya kesenjangan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini. Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi kebijakan fiskal sebagai regulator kesenjangan ekonomi dengan berbasis pada perspektif kitab Amos. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi kebijakan yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model evaluasi berbasis tujuan (goal based evaluation) yang dikembangkan oleh Tyler. Tujuan dari kebijakan didasarkan pada kitab Amos yang telah dieksegesi sehingga menjadi lebih operasional. Sedangkan data/informasi mengenai pencapaian kebijakan atau pengaruh intervensi kebijakan terhadap tingkat kesenjangan ekonomi dikumpulkan dengan teknik studi dokumenter. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis kualitatif model Miles and Hubberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan fiskal tidak mampu mengatasi kesenjangan ekonomi masyarakat dengan standar yang sesuai dengan kitab Amos. Hal yang perlu dilakukan adalah mengatur perilaku kaum atas terhadap kaum bawah yang dapat dilakukan dengan instrumen hukum berbasis perlindungan orang miskin.
Budaya Sungkem Desa Samirono dalam Perspektif Hukum Taurat ke-5: Suatu Kajian Etika Kristen dan Generasi Muda Gernaida Pakpahan; Anggi Maringan Hasiholan; Ibnu Salman
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 19 No 2 (2021): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 19 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.811 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v19i2.990

Abstract

Culture and religion are two directions of life that are close to the people of Indonesia. Indonesia is referred to as a religious country and a country rich in local wisdom that regulates how humans should behave. One of the cultures familiar with hospitality and full of moral values ​​in Indonesia is Sungkeman. Sungkeman culture as a noble value must be practiced and preserved by all Indonesian people, especially the younger generation. This principle is in line with Christianity which upholds respect for parents and others as an action that needs to carry out. This study explores the correlation of the 5th Torah law, namely respecting parents, with the Sungkeman culture of Samirono Village, which has implications for how a Christian should live in cultural ethics, especially the younger generation. This paper results from field research in Samirono Village, Central Java. The research approach used is descriptive qualitative with data collection techniques consisting of interviews, observations, and documentation. The results show that Sungkem culture has implementable values ​​according to the 5th Torah and Christian ethics that must do every day, not just weddings and ketupat Eid. In particular, the tradition must carry out to the younger generation who have experienced the degradation of Sungkem values ​​due to the times. This research recommends that the internalization ​​of respecting others echo in church services and discipleship classes, especially for the younger generation who have begun exposing themselves to globalization's negative currents. Keywords: Sungkem, Samirono Village, Young Generation, Christian Ethics, 5th Law. ABSTRAK Budaya dan agama adalah dua arahan kehidupan yang dekat dengan masyarakat Indonesia. Indonesia disebut sebagai negara beragama sekali­gus negara yang kaya akan kearifan lokal yang mengatur bagaimana seharusnya manusia berlaku. Salah satu budaya yang akrab dengan keramahtamahan dan penuh dengan nilai moralitas di Indonesia adalah Sungkeman. Prinsip ini sejalan dengan Kekristenan yang menjunjung penghormatan kepada orang tua dan orang lain sebagai tindakan yang perlu tetap dilaksanakan. Budaya sungkeman sebagai nilai luhur mesti dilakukan dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi korelasi hukum Taurat ke-5 yaitu menghormati orang tua dengan budaya Sungkeman Desa Samirono yang berimplikasi kepada bagaimana seharusnya seorang Kristen hidup dalam etika budaya, khususnya generasi muda. Tulisan ini merupakan hasil riset lapangan di Desa Samirono, Jawa Tengah. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan datanya terdiri dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Sungkem memiliki nilai implementatif sesuai hukum Taurat ke-5 dan etika Kristen yang harus dilakukan setiap hari bukan hanya momen pernikahan dan lebaran ketupat. Khususnya pentradisian harus dilakukan kepada generasi muda yang telah mengalami degradasi nilai Sungkem akibat perkem­bangan zaman. Riset ini merekomendasikan agar internalisasi nilai-nilai menghormati sesama digemakan dalam ibadah-ibadah dan kelas-kelas pemuridan gereja, terkhusus bagi generasi muda yang sudah mulai terpapar arus globalisasi negatif. Kata kunci: Sungkem, Desa Samirono, Generasi Muda, Etika Kristen, Hukum Taurat ke-5.
Dualisme Konsep Yom YHWH dalam Pengharapan Mesianik Nabi Zefanya Gernaida Krisna R. Pakpahan
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 4, No 1: Desember 2022
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v4i1.58

Abstract

This article seeks to highlight the problem of the theological complexity of the prophet Zephaniah regarding the idea of yom YHWH, or "the day of the Lord," which contrasts divine judgment with the joy of messianic restoration. The Prophet's oracle quickly turns into two conflicting nodes that show the richness and dynamics of the Prophet's thought. The primary purpose of this analysis is to explore the dual nature of the Lord's day in the book of Zephaniah. Through the historical approach of dualism, the idea of yom YHWH has been expressed in 1) Dimensions of YHWH's judgment: Judah and the nations; 2) YHWH's judgment time: very near and far in the future; 3) The promise of salvation to Judah and the nations; 4) YHWH's judgment in the destruction and restoration of nature; 5) The universal messianic hope. AbstrakArtikel ini berusaha untuk menyoroti masalah kompleksitas teologi dari nabi Zefanya tentang gagasan yom YHWH  atau “hari Tuhan” yang mengontraskan penghakiman ilahi dengan sukacita pemulihan mesianis. Orakel nabi cepat berubah dalam dua titik simpul yang saling bertentangan  yang memperlihatkan kekayaan dan dinamika pemikiran nabi. Tujuan utama dari analisis ini adalah menggali dualisme sifat hari Tuhan yang dalam kitab Zefanya. Melalui pendekatan historis dualisme gagasan yom YHWH dinyatakan dalam: 1) Dimensi penghukuman YHWH: Yehuda dan bangsa-bangsa;  2) Waktu penghakiman YHWH:  sangat dekat dan jauh di masa depan; 3) Janji keselamatan bagi Yehuda dan bangsa-bangsa; 4) Penghakiman YHWH dalam kehancuran dan pemulihan alam; 5) Pengharapan mesianik universal.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam upaya mencegah radikalisme Pakpahan, Gernaida Krisna; Salman, Ibnu; Setyobekti, Andreas Budi; Sumual, Ivonne Sandra; Christi, Apin Militia
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 7, No 2: Teologi Menstimulasi Nilai-nilai Kemanusiaan dan Kehidupan Bersama dalam Bingkai Kebang
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v7i2.351

Abstract

As the basis of the Indonesian state, Pancasila has positive values that can be realized in all aspects, including the younger generation who will encourage the lives of Indonesian people. This must be considered because of the exposure to radicalism that is currently targeting the younger generation. For this reason, educational institutions need to instill the noble values of Pancasila to their students as early as possible, so that the values of togetherness and unity that are upheld are not intolerant. This is also done in the academic community of Bethel Indonesia Theological College (STT). The method used to uncover these facts is a case study that describes social interactions through an in-depth survey. The results of the study stated that STT Bethel Indonesia institutionally and individually practice the values of Pancasila by respecting existing differences, whether ethnicity, race, or class. STT Bethel Indonesia instills Pancasila values in every student through religious and educational activities. The narrative that is built for students is to love each other because it is a mandate given by God to humans to do. AbstrakSebagai dasar negara Indonesia, Pancasila memiliki nilai-nilai positif yang dapat mewujud dalam segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk generasi muda yang akan meneruskan kepemimpinan bangsa Indonesia. Ini harus dipertimbangkan karena terpaan radikalisme yang saat ini menyasar generasi muda. Untuk itulah lembaga pendidikan perlu menanamkan nilai-ni-lai luhur Pancasila kepada peserta didiknya sedini mungkin, agar nilai-nilai ke-bersamaan dan persatuan yang dijunjung tidak intoleran. Hal ini juga yang di-lakukan di lingkungan civitas academica Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengungkap fakta tersebut adalah studi kasus, yang menggambarkan interaksi sosial melalui survei mendalam yang intensif. Hasil penelitian menyatakan bahwa STT Bethel Indonesia, baik secara institusional maupun individual, mengamalkan nilai-nilai Pancasila de-ngan menghargai perbedaan yang ada, baik suku, ras, maupun golongan. STT Bethel Indonesia menanamkan nilai pancasila pada setiap siswa melalui kegiatan keagamaan dan pendidikan. Narasi yang dibangun bagi siswa adalah saling mencintai karena merupakan amanah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dilakukan.