Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

PENGANUGERAHAN SIMA TULANGAN, CUNGGRANG, DAN PUCANGAN DI LERENG GUNUNG PENANGGUNGAN ABAD X-XI BERDASARKAN PRASASTI-PRASASTI RAJA BALITUNG-AIRLANGGA ALVIN SADEWA, GARY; , WISNU
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada 3 sima penting di lereng Gunung Penanggungan yang ditetapkan dalam kurun waktu abad X-XI, yaitu Tulangan, Cunggrang, dan Pucangan. Ketiga sima penting di lereng Gunung Penanggungan tersebut memiliki sejarah panjang karena ditetapkan mulai masa Mataram Hindu periode Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga kerajaan Airlangga serta berstatus sebagai sima punpunan yang masih berkaitan erat dengan tempat-tempat suci di Gunung Penanggungan, sehingga amat menarik untuk diteliti secara mendalam. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ada 3 rumusan masalah yang bisa ditetapkan, yaitu (1) bagaimana makna simbolis Gunung Penanggungan dan sima menurut tradisi spiritual pada masa Jawa Kuno?, (2) mengapa Tulangan, Cunggrang, dan Pucangan dianugerahi sebagai sima pada abad X-XI serta bagaimanakah eksistensinya?, dan (3) bagaimana peran prasada dan patirthan di Sima Tulangan, Cunggrang, serta Pucangan dalam mendukung aktivitas spiritual-sosial pada masa Jawa Kuno?. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan hasil penelitian, Gunung Penanggungan adalah simbol kebangkitan milenarianisme karena banyak masyarakat Jawa Kuno melarikan diri ke Gunung Penanggungan saat terdesak oleh Islamisasi di Jawa serta sima merupakan simbol hak istimewa raja yang disebut anugraha pada masa Jawa Kuno. Kemudian sambandha atau latar belakang penganugerahan Sima Tulangan, Cunggrang, dan Pucangan abad X-XI karena tempat-tempat suci atau lebih dikenal sima punpunan serta memiliki eksistensi yang sangat besar, bahkan hingga masa Majapahit. Prasada dan patirthan di ketiga sima tersebut juga memiliki peran yang begitu besar dalam mendukung aktivitas spiritual-sosial pada masa Jawa Kuno, baik untuk penduduk maupun kaum resi.Kata Kunci: Sima, Tulangan, Cunggrang, Pucangan, Prasasti.
HARMONISASI%2520KEHIDUPAN%2520ANTAR%2520UMAT%2520ISLURA%2520MANDHARA%2520GIRI%2520SEMERU%2520AGUNG%2520PADA%2520TAHUN%25201990%2520-%25202018 ROHMANIYAH, NURUL; , WISNU
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan pura kahyangan jagat Bali yang terletak di Jalan Serma Dohir Sumberagung Senduro. Pura Mandhara Giri Semeru Agung dibangun ditengah-tengah Masyarakat Senduro yang mayoritas beragama islam. Berdasarkan latar belakang tersebut menimbulkan tiga rumusan masalah yaitu (1). Apa yang melatar belakangi terbentuknya harmonisasi sosial antar Umat Islam dan Umat Hindhu di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018? (2). Bagaimana proses mewujudkan harmonisasi kehidupan antar Umat Islam dan Umat Hindhu di Lingkungan Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018? (3). Bagaimana pengaruh harmonisasi sosial dalam bidang sosial, agama dan ekonomi di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018?. Penelitian ini menggunakan teori penelitian lapangan field research dan penelitian kepustakaan yang bersifat kualitatif. Dengan menggunakan metode sejarah diharapkan dapat membantu dan mempermudah jalannya suatu proses penelitian. Metode sejarah (historical approach) memiliki empat tahapan proses penelitian yaitu heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi.Proses mewujudkan keharmonisan Umat Islam dan Umat Hindu di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung yaitu tercermin pda kegiatan tradisi kematian, Umat Hindu bagi-bagi takjil di Bulan Ramadhan, Umat Hindu membantu menyembelih hewan kurban, Umat Islam dan arak-arakan ogoh-ogoh dan Wakil Bupati Lumajang mengikuti Upacara Tabur Labuh Gentuh.Hasil penelitian ini adalah kehidupan yang harmonis antar Umat Islam dan Umat Hindu yang tercipta di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung, sehingga memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung yaitu bidang sosial, budaya dan ekonomi.Kata Kunci: Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Harmonisasi.
HARMONISASI%2520KEHIDUPAN%2520ANTAR%2520UMAT%2520ISLURA%2520MANDHARA%2520GIRI%2520SEMERU%2520AGUNG%2520PADA%2520TAHUN%25201990%2520-%25202018 ROHMANIYAH, NURUL; , WISNU
Avatara Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan pura kahyangan jagat Bali yang terletak di Jalan Serma Dohir Sumberagung Senduro. Pura Mandhara Giri Semeru Agung dibangun ditengah-tengah Masyarakat Senduro yang mayoritas beragama islam. Berdasarkan latar belakang tersebut menimbulkan tiga rumusan masalah yaitu (1). Apa yang melatar belakangi terbentuknya harmonisasi sosial antar Umat Islam dan Umat Hindhu di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018? (2). Bagaimana proses mewujudkan harmonisasi kehidupan antar Umat Islam dan Umat Hindhu di Lingkungan Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018? (3). Bagaimana pengaruh harmonisasi sosial dalam bidang sosial, agama dan ekonomi di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung pada tahun 1990-2018?. Penelitian ini menggunakan teori penelitian lapangan field research dan penelitian kepustakaan yang bersifat kualitatif. Dengan menggunakan metode sejarah diharapkan dapat membantu dan mempermudah jalannya suatu proses penelitian. Metode sejarah (historical approach) memiliki empat tahapan proses penelitian yaitu heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi.Proses mewujudkan keharmonisan Umat Islam dan Umat Hindu di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung yaitu tercermin pda kegiatan tradisi kematian, Umat Hindu bagi-bagi takjil di Bulan Ramadhan, Umat Hindu membantu menyembelih hewan kurban, Umat Islam dan arak-arakan ogoh-ogoh dan Wakil Bupati Lumajang mengikuti Upacara Tabur Labuh Gentuh.Hasil penelitian ini adalah kehidupan yang harmonis antar Umat Islam dan Umat Hindu yang tercipta di Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung, sehingga memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Lingkungan Pura Mandhara Giri Semeru Agung yaitu bidang sosial, budaya dan ekonomi.Kata Kunci: Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Harmonisasi.
KEHIDUPAN KULI PEREMPUAN DI PERKEBUNAN TEMBAKAU DELI SUMATERA TIMUR TAHUN 1870-1930 RAMAYANTI, ANISYAH; , WISNU
Avatara Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kehidupan kuli perempuan di perkebunan Tembakau Sumatra Timur tahun 1870-1930. Latar belakang perekrutan kuli perempuan dikarenakan perawatan dan pengolahan tembakau pascapanen membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Selain itu, upah kuli perempuan lebih murah sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, serta kuli perempuan dijadikan sebagai penghibur para penduduk perkebunan seperti para pejabat dan kuli. Permasalahan yang diteliti adalah proses perekrutan dan kehidupan kuli perempuan di perkebunan. Metode yang digunakan terdiri dari empat tahapan antara lain, tahap heuristic atau pengumpulan sumber, tahap kritik sumber, tahap interpretasi atau penafsiran fakta-fakta hasil kritik sumber, dan historiografi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa kehidupan kuli perempuan di perkebunan mengalami ketidakadilan gender yang dilakukan oleh pihak perkebunan maupun sesama kuli. Kehidupan kuli perempuan di perkebunan jauh dari kata layak. Kuli perempuan juga mendapatkan upah lebih rendah dari kuli laki-laki. Kuli perempuan juga mengalami tindak kekerasan seperti hukuman dan pemerkosaan, serta paksaan untuk menjalankan pekerjaan sampingan sebagai pelacur dan gundik.Kata Kunci: Kehidupan, Kuli perempuan, Tembakau, Sumatra Timur
PERKEMBANGAN KEDIRI STOOMTRAM MAATSCHAPPIJ PADA TAHUN 1895 - 1930 ROFI PRADANA, HAFID; , WISNU
Avatara Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKediri merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang mempunyai tanah yang subur. Tidak heran apabila sejak abad ke-19 orang-orang Belanda gencar membangun industri pertanian dan perkebunan untuk mengembangkan sentra pertanian dan perkebunan yang ada di sana. Memasuki abad ke-20 ditandai dengan seiringnya perkembangan ekonomi di Kediri, muncullah moda transportasi trem yang didirikan oleh Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) pada tahun 1895. KSM merupakan perusahaan pelayanan jasa transportasi trem yang mengangkut hasil barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya. Lintas jalur trem KSM membentang dari Jombang ke Pare dan berakhir di Kediri. Untuk jasa pengangkutan barang, KSM mengangkut hasil perkebunan dan pertanian dari industri-industri di Kediri maupun Jombang. Untuk jasa pengangkutan penumpang, KSM memberikan layanan kereta penumpang kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 yang pada akhirnya pada tahun 1920 layanan kelas 1 dihapus dan hanya menyisakan layanan kelas 2 dan 3. KSM memberikan pengaruh bagi aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial tersebut berupa mobilitas manusia dan barang. Sedangkan untuk aspek ekonomi, KSM mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pribumi. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Tujuan dari penelitian ini antara lain, 1) Untuk menganalisis perkembangan perekonomian dan sarana transportasi di wilayah Kediri sebelum dibangunnya KSM, 2) Untuk menganalisis perkembangan Kediri Stoomtram Maatschappij pada tahun 1895 -1930, dan 3) Untuk menganalisis dampak pembangunan Kediri Stoomtram Maatschappij terhadap perkembangan wilayah Kediri.Kata Kunci: Trem, KSM, Ekonomi
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI JAWA TIMUR PADA MASA GUBERNUR BASOFI SUDIRMAN TAHUN 1993-1998 NAILA YULIA NATASYA, RAGIL; , WISNU
Avatara Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kemiskinan merupakan sebuah kasus yang mana sulit untuk dipecahkan. Dalam mengatasi kemiskinan perlu menggunakan sinergi dan sistematis agar seluruh masyarakat mampu menikmati kehidupan yang bermatabat sehingga tidak akan ada kemiskinan yang terjadi. Dengan tingginya angka kemiskinan yang terjadi maka diperlukan langkahlangkah yang positif. Jika kondisi seperti itu tetap ada maka akan membuka peluang yakni akan timbul masalah yang bisa mengancam suatu proses keberlanjutan program pembangunan yang dilaksanakan.permasalahannya 1) Bagaimana pelaksanaan program pengentasana kemiskinan pada masa Basofi Sudirman ? 2) Bagaimana kendala dan hasil dari program pengentasan kemiskinan pada masa Basofi Sudirman ? tahun 1966 ? 1998. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: 1) Heuristik melalui observasi, wawancara dan studi kepustakaan; 2) Kritik Sumber; 3) Intepretasi; 4) Historiografi. Berdasarkan hasil penelitian Program pengentasan kemiskinan pada masa Gubernur Basofi Sudirman yakni ada 2, program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintah pusat yakni IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan dijalankan pada masa pemerintahan Basofi Sudirman dan yang kedua yakni program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan sendiri oleh Basofi Sudirman yakni GKD (Gerakan Kembali Ke Desa), GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh), Urunan Pengusaha. Berikut ini adalah program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh pusat dan dilaksanakan pada masa Gubernur Basofi Sudirman. Kendala yang dihadapi kebanyakan yakni belum mengertinya masyarakat tentang program yang dicanangkan oleh pemerintah Jawa Timur. Sehingga membuat masyarakat salah dalam pelaksanaannya. Hasil yang dicapai dalam program pengentasan kemiskinan yakni ada dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial meliputi : berkurangnya jumlah penduduk miskin, meningkatnya siswa yang bersekolah. Kemudian di bidang ekonomi meliputi : bertambahnya industry di Jawa Timur, bertambahnya PDRB. Kata Kunci: Program Kemiskinan, Jawa Timur, perubahan
KARTINISCHOOL: PENDIDIKAN KAUM PRIBUMI JAWA DI SEMARANG TAHUN 1911-1920 INAYATULLAH, AINUL; , WISNU
Avatara Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kartinischool merupakan sekolah pertama wanita pribumi jawa yang diadapatasikan oleh pemikiran Kartini. Sekolah ini didirikan oleh kaum Humanisme Belanda bernama Van Deventer tetapi dengan mengatasnamakan Kartini. Upaya yang dilakukan oleh Van Deventer, salah satunya dengan propaganda keliling negeri Belanda hingga ke seluruh pelosok eropa. Hasil penggalangan dana dari propaganda keliling tersebut, dapat mendirikan sekolah yang terletak di Karreweg, Semarang. Sebelumnya sekolah ini masih sementara terletak di Jomblang kemudian pindah lokasi area pembangunan di Karreweg, Semarang karena selesai tahapan pembangunan tahun 1915. Para murid perempuan lulusan Kartinischool memperoleh pendidikan yang setara dengan kelas eropa terbukti adanya penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa kegiatan sehari-hari. Tahun 1919. Kemudian tahun 1920, para kaum Humanisme Belanda menghentikan penggalangan dana karena Van Deventer telah tiada dan didirikan pembangunan sekolah Van Deventer untuk menghormati jasa-jasanya. Lulusan sekolah wanita pribumi ini menghasilkan para penggerak-penggerak awal organisasi perempuan yang memperjuangkan hak dalam masalah-masalah kerumahtanggaan. Pembahasan pada tulisan ini bertujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pendidikan kolonial yang dicanangkan oleh politik etis sehingga mampu merubah pola arah pemikiran masyarakat jawa yang lebih nasionalisme, sekaligus sebagai alat menggulingkan kekuasaan Belanda akan kolonialisme dan imperialisme. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah, antara lain; Heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Keywords: Sekolah, Wanita, Pribumi, Kartini.
POLITISASI KORPRI PADA PEMILU ORDE BARU TAHUN 1970 – 1998 DI JAWA TIMUR MAHDIANA, NABILLAH; , WISNU
Avatara Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Politisasi KORPRI adalah suatu keadaan dilibatkannya KORPRI dalam proses pemenangan peserta pemilu dalamsuasana struktur dan kultur politik yang belum demokratis,otoritarian dan diskriminatif, yang dilakukan oleh pemerintahrezim orde baru untuk mempertahankan dan memperluas kekuasaanya.Politisasi KORPRI pada pemilu orde baru tahun1970 ? 1998 didukung dengan kebijakan PP No. 6 Tahun 1970 tentang monoloyalitas pegawai negeri. Kebijakanmonoloyalitas mewajibkan pegawai negeri untuk menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golkar. Politisasi KORPRI padapemilu orde baru dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan cara kooptasi dan mobilisasi pegawai negeri. Kooptasi danmobilisasi dilakukan untuk mendapatkan massa yang mendukung Golkar sehingga Golkar memenangkan pemilu orde barudan mampu melanggengkan kekuasaanya.Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Metode sejarah merupakanseperangkat prosedur,alat atau piranti yang digunakan sejarawan dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah. Ada empattahapan yang harus dilakukan yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1)menganalisis praktik politisasi KORPRI pada pemilu orde baru tahun 1970 - 1998 di Jawa Timur.Kata Kunci: Politisasi, KORPRI, Pemilu Orde baru, Jawa Timur
PERSEBAYA SURABAYA PADA MASA KOLONIAL HINGGA KEMERDEKAAN TAHUN 1927-2004 NIZAR ROMADHAN, MOCHAMAD; , WISNU
Avatara Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya Surabaya) adalah salah satu klub sepak bola di Indonesia yang memiliki sejarah panjang. Tim yang berdiri sejak tanggal 18 Juni 1927 ini juga salah satu klub sepak bola pertama di Indonesia. Karir Persebaya Surabaya saat mengikuti Kompetisi Liga Indonesia bisa dibilang naik-turun. Hal ini tentu tak lepas dari berbagai faktor yang melatar belakanginya, mulai dari kepengurusan manajemen kepelatihan, hingga kekompakan para pemainnya. Kompetisi sepak bola di Indonesia sendiri mempunyai sejarah yang cukup panjang. Muali dari Kompetisi Perserikatan yang muncul pada tahun 1930, hingga lahirnya Kompetisi Galatama pada tahun 1980. Persaingan Liga Indonesia semakin memanas ketika PSSI mengijinkan klub-klub yang berlaga untuk mendatangkan pemain asing untuk berlaga di Indonesia. Pada masa Liga Indonesia, Persebaya Surabaya juga salah satu klub yang rutin menggunakan jasa pemain asing.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apa alasan Persebaya Surabaya mendatangkan pemain asing pada tahun 1994-2004? (2) Bagaimana peran pemain asing di Persebaya Surabaya pada tahun 1994-2004 (3) Apa saja prestasi Persebaya Surabaya di Liga Indonesia pada tahun 1994-2004?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa, mendeskripsikan dan memaparkan alasan Persebaya Surabaya dalam membeli pemain asing serta bagaimana kontribusinya untuk Persebaya Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan sejarah (historical approach), yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan kritik sumber.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, dalam perjalanannya sejak tahun 1927, Persebaya Surabaya banyak mengalami perubahan nama, lika liku dalam kompetisi Liga Indonesia dan ketergantungan dengan jasa pemain asingnya. Hal ini bisa dilihat ketika Persebaya Surabaya mengikuti Kompetisi Liga Indonesia pada tahun 1994-2004 dmana Persebaya Surabaya mengalami dua kali juara dan satu kali terdegradasi ke Divisi I.Kata Kunci : Persebaya Surabaya, Liga Indonesia, Pemain Asing.
PERKEMBANGAN PERWAKOS (PERSATUAN WARIA KOTA MADYA SURABAYA) PADA TAHUN 1978-1999 HARIS NASUTION, MOHAMAD; , WISNU
Avatara Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian dari masyarakat Surabaya terdapat salahsatu kaum yang termarjinalkan dalam masyarakat yakni kaum waria (wanita pria) sebutan lainnya wadam (wanita adam), dan bencong atau banci. Waria merupakan lelaki yang memiliki hasrat seperti perempuan, dalam bahasa pisikologis disebut transeksual atau pinyimpangan seksual yang menganggap diri mereka sebagai seorang perempuan. Seringkali waria melakukan kegiatan prostitusi, sehingga masyarakat terganggu akan perilaku waria tersebut sehingga masyarakat mengnggap waria sebagai salah satu klompok yang menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Untuk menanggulangi perilaku negatif itu pada tanggal 13 Nopember 1978 di Surabaya didirikan sebuah organisasi untuk menaungi para waria yakni PERWAKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) yang diketuai oleh Pangky kentut dan disahkan dihadapan notaries M.M Lomanto S.H No 46. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1). Bagaimana perkembangan dan latar blakang waria di Surabaya sampai tahun 70-an? 2). Bagaimana perkembangan PERWAKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) tahun 1978-1999? Dan, 3). Bagaimana dampak didirikannya PERWAKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) bagi waria di Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan dan latar blakang waria di Surabaya sampai tahun 70-an, untuk, untuk menjelaskan perkembangan PERWAKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) tahun 1978-1999, daan untuk menjelaskan dampak didirikannya PERWAKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya) bagi waria di Surabaya. Berdasarkan analisis penelitian penulis, bahwa perkembangan PERWAKOS yang terjadi pada tahun 1978-1999 mengalmi sebuah perkembangan yang cukup pesat. Dimana sebagai organisasi yang menaungi para waria di Surabaya PERWAKOS menjadi organisasi yang berpengaruh baik bagi waria ataupun masyarakat Surabaya. kegiatan banyak dilakukan oleh organisasi dimana tujuannya untuk memberdayakan para waria baik dari segi moral ataupun ekonomi agar tidak melakukan kegiatan prostitusi. Selain untuk memberdayakan para waria juga PERWAKOS sebagai naungan waria di Surabaya mulai memperjuangkan hak-hak para waria sebagaimana manusia yang lain yang mendapat hak mereka sebagai manusia. Dimana perjuangan tersebut juga dilakukan acara Gay Pride sebagai upaya untuk memperjuangkan hakhak homoseksual maupun waria. Kata Kunci: Waria, PERWAKOS, Surabaya, Gay Pride