Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PENGARUH WORK-FAMILY CONFLICT TERHADAP STRAIN PADA WANITA DEWASA MUDA Tasdin, Willy; Nisfianoor, Nisfianoor
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i2.4621.2019

Abstract

Work-family conflict adalah konflik peranan yang terjadi karena benturan peranan yang harus dipenuhi seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi Work-family conflict terbagi menjadi empat dimensi yaitu negative WHI, negative HWI, positive WHI dan positive HWI. Work-family conflict dapat menjadi hambatan terutama bagi wanita dewasa muda yang baru menjalani kehidupan keluarga sehingga stress dapat dialami dan psychological strain dapat dialami. Psychological strain adalah reaksi terhadap stress yang dapat memberikan pengaruh pada aspek psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh work-family conflict terhadap psychological strain pada wanita dewasa muda di Jakarta dengan menggunakan teknik sampling convenience yang dilakukan sejak bulan Februari hingga Juni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-family conflict memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological strain dengan nilai F = 45,675 dan p < 0,01. Negative WHI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict dengan t = 5,118 dan p < 0,01 dan Negative HWI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-family conflict dengan t = 5,999 dan p < 0,01. Sedangkan positive WHI tidak memiliki pengaruh terhadap psychological strain dengan t = -0,427 dan p > 0,05 dan positive HWI tidak memiliki pengaruh terhadap psychological strain dengan t = -1,320 dan p > 0,05. Work-family conflict occurs due to the conflict of roles that must be fulfilled by an individual in his/her work and personal life. Work-family conflict is divided into four dimensions, namely negative WHI, negative HWI, positive WHI and positive HWI. Work-family conflict can be a barrier especially for young adult women who are beginning to experience family life resulting in stress and psychological strain. Psychological strain is a reaction to stress that can affect psychological aspects. The purpose of this study is to determine the effect of work-family conflict on psychological strain among young adult women in Jakarta using convenience sampling technique conducted from February to June. The result shows that work-family conflict has a significant effect on psychological strains with a value of F = 45.675 and p <0.01. Negative WHI has a significant effect on work-family conflict with t = 5,118 and p <0.01 and Negative HWI has a significant effect on work-family conflict with t = 5,999 and p <0.01. Whereas positive WHI has no influence on psychological strain with t = -0.427 and p> 0.05 and positive HWI has no effect on psychological strain with t = -1.320 and p> 0.05.
Peran Career Adaptability Terhadap Career Anxiety Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Febrianti, Syerlly; Monika; Tasdin, Willy
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v3i2.23757

Abstract

Salah satu tujuan mahasiswa setelah lulus adalah bekerja dan menjalankan karirnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Namun, situasi yang terjadi saat ini membuat para lulusan sarjana sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Hal ini menyebabkan mahasiswa tingkat akhir merasa cemas memikirkan karirnya di masa depan. Kecemasan mahasiswa tingkat akhir terhadap karirnya disebut career anxiety. Untuk dapat mengatasi career anxiety dibutuhkan kemampuan adaptabilitas agar mahasiswa dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang sedang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran career adaptability terhadap career anxiety pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan total partisipan 380 mahasiswa tingkat akhir di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan menggunakan Google Form dan dianalisis menggunakan aplikasi IBM SPSS 26. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel career adaptability yaitu Career Adaptability Scale. Lalu, alat ukur untuk mengukur variabel career anxiety yaitu Tourism and Hospitality College Student Career Anxiety Scale. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa career adaptability dan career anxiety memiliki hubungan yang negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar tingkat career adaptability,maka akan semakin rendah tingkat career anxiety pada mahasiswa tingkat akhir. Setelah analisa lebih dalam, diketahui bahwa career adaptability memiliki pengaruh negatif terhadap career anxiety sebesar 5.8% .
PEMAHAMAN ANAK TUNGGAL WANITA DALAM MENGETAHUI GAMBARAN HARDINESS DALAM DUNIA KERJA UNDERSTANDING OF SINGLE DAUGHTERS IN COMPREHENDING THE CONCEPT OF HARDINESS IN THE WORKPLACE Willy, Angelina; Sahrani, Riana; Tasdin, Willy
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 10 No. 2 (2025): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v10i2.10284

Abstract

Penelitian yang akan dilakukan dengan judul "Gambaran Hardiness Anak Tunggal Wanita dalam Dunia Kerja" disusun agar peneliti dapat mengetahui dan lebih memahami bagaimana individu yang merupakan anak tunggal dalam keluarga dan berjenis kelamin Wanita dapat mengubah stressor dalam diri menjadi suatu hal yang positif dan membuat individu tersebut dapat mengembangkan dirinya. Dalam penelitian ini, aspek-aspek penelitian yang akan diteliti berfokus pada cara ataupun metode yang digunakan oleh partisipan agar dapat menciptakan kehidupan yang lebih positif dan jauh dari kata “stres” dengan cara meningkatkan dan memperkuat karakteristik hardiness dalam diri partisipan. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik purpoisive sampling dan mendapat total partisipan yang diteliti sejumlah 5 partisipan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun pedoman wawancara dengan menggunakan alat ukur Dispositional Resilience Scale (DRS-15) yang dikembangkan oleh Bartone dalam Hystad et al., 2010). Alat ukur ini juga mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kobasa, et al. pada tahun 1982 terkait hardiness yang memiliki 3 dimensi, yaitu control, challenge, dan commitment. Tidak hanya berfokus pada metode, peneliti juga mengulik lebih lanjut dari pengalaman masa lalu dan juga pola asuh orang tua dalam mendidik dan membangun sang anak tunggal wanita agar memiliki karakter hardiness dalam dirinya untuk bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hardiness yang tinggi dapat ditunjukkan dengan bagaimana individu mampu menghadapi tantangan dalam dunia kerja dan mampu mengubah stressor negatif yang dirasakan menjadi suatu hal yang positif. Namun, tingkat hardiness dalam dunia kerja dapat dikatakan rendah apabila individu tersebut tidak menyukai tantangan dan enggan untuk menghadapinya. The research titled "An Overview of Hardiness in Female Only Children in the Workplace" was designed to enable the researcher to understand and gain deeper insights into how individuals who are female only children in their families can transform internal stressors into something positive, allowing them to develop themselves. This study focuses on aspects related to the methods or approaches participants use to create a more positive life, avoiding "stress," by enhancing and strengthening the hardiness characteristics within themselves. The research employs a qualitative method with purposive sampling techniques, resulting in a total of five participants. Prior to conducting the study, the researcher developed an interview guide using the Dispositional Resilience Scale (DRS-15) developed by Bartone (as cited in Hystad et al., 2010). This measurement tool is also based on the theory proposed by Kobasa et al. in 1982, which identifies three dimensions of hardiness: control, challenge, and commitment. In addition to focusing on methods, the researcher also delved into past experiences and parenting patterns used to nurture and build hardiness in female only children, enabling them to perform well in their jobs. The findings indicate that a high level of hardiness is demonstrated by how individuals face challenges in the workplace and transform negative stressors into positive outcomes. However, low hardiness in the workplace is observed when individuals dislike challenges and are unwilling to confront them.
HUBUNGAN TIPE SIRKADIAN MALAM DENGAN BURNOUT AKADEMIK YANG DIRASAKAN OLEH MAHASISWA KELAS REGULER PUTRI, SHARON FLOWRETA; BASARIA, DEBORA; TASDIN, WILLY
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v4i4.4178

Abstract

This study aims to examine the relationship between night chronotype and academic burnout among regular class students. The night chronotype refers to an individual's preference for optimal activity during the evening to night time, whereas regular classes are typically scheduled in the morning to afternoon. This misalignment may lead to adaptation difficulties, increasing the risk of academic burnout. This quantitative research utilized a correlational approach. A total of 204 active university students aged 17-22 years attending regular classes and identify as night chronotype individuals. The study uses the Composite Scale of Morningness (CSM) and Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS). Results revealed a nonsignificant relationship between night chronotype and academic burnout in regular class students. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tipe sirkadian malam dan tingkat burnout pada mahasiswa kelas reguler. Tipe sirkadian malam mengacu pada preferensi individu untuk beraktivitas paling optimal pada sore hingga malam hari, sedangkan kelas reguler umumnya dijadwalkan pada pagi hingga siang hari. Ketidaksesuaian antara waktu optimal aktivitas dan jadwal kuliah berpotensi menyebabkan kesulitan adaptasi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko burnout akademik. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 204 orang dengan kriteria mahasiswa aktif berumur 17-22 tahun di Universitas X yang menghadiri kelas reguler dan memiliki tipe sirkadian malam. Penelitian ini menggunakan alat ukur Composite Scale of Morningness (CSM) dan Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS). Penelitian ini menunjukkan bahwa tipe sirkadian malam dan burnout akademik tidak memiliki hubungan yang signifikan pada mahasiswa kelas reguler.
PENGARUH KECANDUAN VIDEO GAME TERHADAP SELF-ESTEEM PADA DEWASA MUDA SADINA, KINARA; AGUSTINA, AGUSTINA; TASDIN, WILLY
PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/paedagogy.v4i4.4290

Abstract

This study examines the impact of video game addiction on self-esteem in young adults. Although video games are a popular form of entertainment, excessive use—defined as playing more than 3 hours per day with negative impacts on mental and social health—was found to have a significant negative association with self-esteem. Individuals who are addicted tend to have low self-esteem, often using gaming as an escape from reality or to seek social validation. This condition is also associated with poor interpersonal relationships, which increases the risk of social isolation and worsens their self-confidence. This study highlights the importance of understanding the psychological impact of video game addiction in young adults, who are in a critical phase of identity development and social relationships. Low levels of self-esteem make individuals more vulnerable to the negative impacts of addiction, such as difficulties in forming healthy relationships and obstacles in psychosocial development. The results of this study provide insights for the development of interventions aimed at helping individuals manage their gaming time more healthily. These interventions are expected to improve psychological well-being and support the development of better social relationships for affected young adults. ABSTRAKPenelitian ini mengkaji dampak kecanduan video game terhadap self-esteem pada dewasa muda. Meskipun video game merupakan bentuk hiburan yang populer, penggunaan berlebihan—didefinisikan sebagai bermain lebih dari 3 jam per hari dengan dampak buruk pada kesehatan mental dan sosial—ditemukan memiliki hubungan negatif signifikan dengan self-esteem. Individu yang mengalami kecanduan cenderung memiliki self-esteem rendah, sering menggunakan game sebagai pelarian dari kenyataan atau untuk mencari validasi sosial. Kondisi ini juga dikaitkan dengan hubungan interpersonal yang buruk, yang meningkatkan risiko isolasi sosial dan memperburuk kepercayaan diri mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami dampak psikologis kecanduan video game pada dewasa muda, yang berada dalam fase penting perkembangan identitas dan hubungan sosial. Tingkat self-esteem yang rendah membuat individu lebih rentan terhadap dampak negatif kecanduan, seperti kesulitan menjalin hubungan yang sehat dan hambatan dalam perkembangan psikososial. Hasil penelitian ini memberikan wawasan untuk pengembangan intervensi yang bertujuan membantu individu mengelola waktu bermain secara lebih sehat. Intervensi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan mendukung pengembangan hubungan sosial yang lebih baik bagi dewasa muda yang terdampak.
Psikoedukasi Komunikasi Terapeutik sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Pendamping Warga Binaan Sosial Angelita, Simthia; Anabel, Josephine; Tiofanny, Joselyn; Tasdin, Willy
Gotong Royong: Jurnal Pengabdian, Pemberdayaan Dan Penyuluhan Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2025): Gotong Royong (JP3KM) Juni 2025
Publisher : Yayasan Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/jp3km.v4i2.70

Abstract

Bekerja sebagai pendamping di panti sosial mengharuskan kemampuan komunikasi yang efektif dalam berinteraksi dengan Warga Binaan Sosial (WBS). Salah satu teknik komunikasi yang penting untuk mendukung pemulihan WBS adalah komunikasi terapeutik, yaitu bentuk komunikasi yang berlandaskan pada sikap saling menghormati, empati, dan makna yang mendalam, guna menciptakan hubungan yang suportif dan mendukung proses pemulihan klien. Berdasarkan evaluasi awal melalui pre-test dan wawancara singkat, teridentifikasi kebutuhan akan edukasi terkait komunikasi terapeutik. Maka dari itu, dirancanglah program intervensi berupa psikoedukasi yang bertujuan meningkatkan pemahaman serta kesadaran pendamping terhadap prinsip-prinsip komunikasi terapeutik, sehingga mereka mampu menjalankan perannya secara lebih suportif, empatik, dan efektif. Intervensi diberikan melalui seminar interaktif dan simulasi roleplay, dengan evaluasi post-test menggunakan metode yang sama seperti pre-test. Hasil analisis data menggunakan Paired Sample T-Test menunjukkan adanya perubahan skor yang signifikan setelah intervensi (p = 0.001). Selain itu, hasil analisis data menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test (p = 0.027). Hasil ini menunjukkan bahwa psikoedukasi efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan komunikasi terapeutik. Pendamping juga menyampaikan bahwa adanya peningkatan kepercayaan diri dan kesadaran akan pentingnya berkomunikasi secara terapeutik. Psikoedukasi dapat diberikan kepada pendamping secara berkala untuk terus meningkatkan pemahaman komunikasi terapeutik bagi para pendamping.
Pengaruh Teknik Focus Group Discussion terhadap Peningkatan Self-Efficacy Anak Remaja Panti X dalam Menyelesaikan Tugas Florencia, Clarissa; Sari, Meria Permata; Kezia, Kezia; Tasdin, Willy
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.28761

Abstract

Masa remaja merupakan tahap penting dalam perkembangan individu, di mana mereka mulai membentuk jati diri dan menghadapi berbagai tantangan. Untuk dapat mengatasi tantangan tersebut, dibutuhkan self-efficacy yang tinggi, terutama dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seperti mengerjakan tugas sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi berupa Focus Group Discussion (FGD) terhadap peningkatan self-efficacy anak panti asuhan dalam menyelesaikan tugas sekolah dan tugas sehari-hari. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain quasi-eksperimen melalui pre-test dan post-test. Subjek berjumlah 30 anak berusia 12–20 tahun. Intervensi FGD dilakukan dalam dua sesi yang berisi diskusi dan penyampaian materi mengenai pentingnya self-efficacy. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya peningkatan self-efficacy yang signifikan setelah intervensi. Temuan ini menunjukkan bahwa FGD merupakan metode intervensi yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy anak panti dalam menjalani kegiatan harian mereka.
Hubungan Self-Esteem dan Perilaku Narsisme Pada Generasi Z Febrianti, Eka; Roswiyani, Roswiyani; Tasdin, Willy
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29685

Abstract

Generasi Z yang tumbuh dengan teknologi digital tentu rentan melakukan perilaku narsisme. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku narsisme adalah self esteem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan perilaku narsisme pada generasi Z. Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melibatkan 241 (60 laki-laki, 181 perempuan) di Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik sampling non-probability sampling. Peneliti menyebarkan kuesioner secara online menggunakan media sosial dengan melalui Google Form. Instrumen penelitian ini adalah Narcissistic Personality Inventory-16 (NPI-16) Versi adaptasi untuk mengukur perilaku narsisme dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) versi adaptasi untuk mengukur self esteem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self esteem dan perilaku narsisme (r=0.05,p=0.328). Temuan ini menunjukkan bahwa tingkat self esteem tidak secara langsung berkaitan dengan tinggi atau rendahnya perilaku narsisme. Lalu, mayoritas partisipan berusia 21 tahun dan berstatus belum bekerja 74.3%.
PEMBERIAN SOSIALISASI MENGENAI PSYCHOLOGICAL FIRST AIDS PADA PALANG MERAH REMAJA Suciady, Fricilia; Halim, Christhalia; Putri, Naftalia Rise Andi; Tasdin, Willy
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 9, No 3 (2025): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v9i3.31491

Abstract

Abstrak: Palang Merah Remaja merupakan salah satu relawan pada satuan pendidikan dari Palang Merah Indonesia yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan bidang sosial, memberikan pertolongan pertama, dan lainnya. Namun, belum terdapat pelatihan Psychological First Aids pada tugas yang diberikan. Program pengabdian masyarakat ini berisikan sosialisasi mengenai PFA dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan anggota PMR agar dapat membantu penyintas untuk merasa aman, terhubung, dan mengurangi reaksi negatif ketika menghadapi situasi krisis. Metode pelaksanaan mencakup pre-test, pemberian materi sosialisasi oleh Psikolog, dan post-test. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Cisadane, Kota Tangerang yang dihadiri oleh 104 anggota PMR pada tingkat Madya dan Wira dengan rentang usia 13 - 18 tahun. Setiap unit diwakili oleh 2 anggota PMR. Hasil analisa yang telah dilakukan menyatakan bahwa terjadi peningkatan skor sebanyak 18% pada pengetahuan Psychological First Aids dengan nilai rata-rata pre-test yang sebelumnya 54,90 menjadi 65,10 pada post-test. Data tersebut menunjukkan bahwa pemberian sosialisasi Psychological First Aids terbukti efektif meningkatkan pengetahuan anggota PMR.Abstract: Palang Merah Remaja is one of the volunteer units within educational institutions under Palang Merah Indonesia, tasked with carrying out activities in the social field, providing first aid, and others. However, there is no Psychological First Aids training on the tasks assigned. This community service program consists of a socialization about PFA aimed at increasing the insight and knowledge of PMR members so that they can help survivors feel safe, connected, and reduce negative reactions when facing crisis situations. The implementation method includes a pre-test, socialization by a psychologist, and a post-test. This activity was held at the Cisadane Building, Tangerang City, attended by 104 PMR members at the Madya and Wira levels, aged between 13 -18 years. Each unit was represented by 2 PMR members. The analysis results show an 18% increase in knowledge about PFA, with the average pre-test score rising from 54.90 to 65.10 in the post-test. These data indicate that the provision of PFA socialization is proven effective in increasing the knowledge of PMR members.
Intervensi Pemenuhan Relatedness untuk Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Anggota Karang Taruna RW.004 Karet Semanggi Pangkey, Wilfred Audric Clief; Djukardi, Timothi; Khumairoh, Fira; Tasdin, Willy
VISA: Journal of Vision and Ideas Vol. 5 No. 2 (2025): Journal of Vision and Ideas (VISA)
Publisher : IAI Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/visa.v5i2.9005

Abstract

Background: Relatedness, or social connectedness, is a basic psychological need essential for mental well-being, especially during late adolescence to early adulthood. Observations of Karang Taruna RW.04 members in Karet Semanggi indicated that relatedness was the least fulfilled psychological aspect. This community service program aimed to enhance participants’ social connectedness. Method: A single-session intervention was conducted using an experiential learning approach, integrating Social Identity Mapping and psychoeducation on the importance of relatedness. Result: Pre- and post-test measurements showed an increase in relatedness scores across all participants. Conclusion: This activity proved effective in raising awareness of healthy social relationships and supporting the fulfillment of basic psychological needs for youth mental well-being.