Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

MODEL KERUKUNAN DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERLAINAN AGAMA BERBASIS HUKUM ADAT ENGGANO PADA MASYARAKAT TERISOLIR DAN TERPENCIL DI PULAU ENGGANO Muslih, Akhmad; Sauni, Herawan; Sofyan, Tito; Susetyanto, Joko
Jurnal Ilmiah Kutei Vol 20 No 2 (2021)
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jkutei.v20i2.20487

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan: model kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama yang berbeda agama berdasarkan hukum adat Enggano. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan antropologi hukum. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara mendalam dan pengumpulan data sekunder. Penentuan informan dilakukan secara purposive, yaitu informan kunci ditentukan oleh peneliti sendiri berdasarkan pertimbangan memiliki pendidikan, jabatan, dan pengalaman yang memadai. Analisis data bersifat kualitatif, yang dilakukan secara terus menerus dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Hasil penelitian adalah: model kerukunan dan toleransi antarumat beragama berdasarkan hukum adat pada masyarakat terpencil dan terpencil di Pulau Enggano, yang didasarkan dan berpedoman pada: (1) sejarah masuknya agama pada Pulau Enggano; (2) kehidupan sosial suku Enggano; (3) sistem kepemimpinan tradisional dalam kehidupan masyarakat suku Enggano; (4) sistem gotong royong (gotong royong) dalam kehidupan sosial masyarakat suku Enggano; dan (5) lembaga perdamaian adat untuk menjaga ketertiban dan ketahanan dalam kehidupan sosial masyarakat suku Enggano.Kata Kunci: Hukum Adat Enggano, Model Kerukunan dan Toleransi
Studi Perbandingan Pembagian Warisan Menurut Sistem Hukum Waris Adat Kaum Dengan Sistem Hukum Waris Islam Di Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko Muslih, Akhmad; Sauni, Herawan; Sofyan, Tito
Jurnal Ilmiah Kutei Vol 22 No 2 (2023)
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jkutei.v22i2.31289

Abstract

This research aims to find knowledge about comparing inheritance distribution according to the traditional Kaum inheritance law system with the Islamic inheritance law system in Kota Mukomuko District, Mukomuko Regency. The method used is an empirical research method with comparative and qualitative approaches. The research results are as follows: First, in traditional inheritance, girls receive more inheritance assets than boys, except for high inheritance assets and sukang/soaring assets, because the people of Mukomuko City District adhere to the matrilineal principle in determining inheritance rights, low inheritance assets, livelihood assets, following matrilineal principles. Second, the division of inheritance in Islamic law has been stipulated in the Al-Qur'an in detail using mathematical calculations, as in the Al-Qur'an Surah An-Nisa verses (7), (11), (12), (33), and (176). Every heir from Dzawil Furudh, Ashabah, or Dzawil Arham gets a clear, systematic and unmixed share. In the principle of distribution of Islamic inheritance, sons receive a larger share than daughters; in principle, men are responsible for their children and wives; women have personal rights to their property, such as women's property from the results of their work, women's property is her property, apart from her husband's property. Third, the Kaum customary law system "privileges female heirs" with matrilineal principles, and the Islamic inheritance law system "privileges sons." there is an opinion that Islamic law follows patrilineal principles. The traditional Kaum inheritance law system is individual-collective. In contrast, the Islamic Law inheritance system is individual-bilateral, prioritizing balanced justice in life, placing the best and fairest principles in transferring a person's ownership after death to his heirs; all heirs get rights, without distinguishing between men and women, big or small.
Jurnal Hukum KAJIAN YURIDIS PENETAPAN LAHAN MASYARAKAT SEBAGAI TAMAN WISATA ALAM SEBLAT YURISDIKSI AIR RAMI KABUPATEN MUKOMUKO: Perlindungan Hukum Hak Atas Tanah Masyarakat dengan Ditetapkan Sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Putra, Deyan Ajian; Sauni, Herawan
University Of Bengkulu Law Journal Vol. 9 No. 2 (2024): OCTOBER
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/ubelaj.v9i2.38000

Abstract

Legal issues that occur in the community are related to land tenure issues. On the one hand, land rights are protected by legislation, especially customary rights and property rights. On the other hand, the designation of an area as a Nature Tourism Park must have a certain landscape uniqueness. However, empirical facts show that the designation of Dusun Pulau village community land into the Seblat TWA area is not in accordance with and does not meet the criteria for natural resources determined by law and allegedly does not pay attention to land rights owned by the community. This research examines the validity of the determination of community land into a natural tourist park, especially in the jurisdiction of Mukomuko district. The method used in this research is empirical law and supported by normative legal research with qualitative methods and utilising data collected through primary and secondary sources, literature reviews and interviews both directly and via telephone. The results showed that the Seblat TWA area in the jurisdiction of Mukomuko district did not have natural uniqueness that met the criteria contained in the applicable regulations, besides that the determination was allegedly carried out unilaterally without regard to land rights owned by the community. Keywords: Land rights, Nature Tourism Park (TWA), Validity.
Kebijakan Anggaran Pangan Berbasis Konstitusi Pangan Sauni, Herawan; Barus, Sonia Ivana; Masri, Esther; Ahmad Saifulloh, Putra Perdana
Jurnal Hukum Sasana Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Hukum Sasana: December 2024
Publisher : Faculty of Law, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31599/sasana.v10i2.3267

Abstract

Anomali anggaran ketahanan pangan terjadi karena dalam Regulasi Pangan tidak ada standar baku tentang Ketahanan Pangan. Berbeda dengan anggaran pendidikan dalam APBN wajib dianggarkan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Penulis berkesimpulan urgensinya anggaran ketahanan pangan untuk pemerataan peningkatan produktivitas, sehingga kapasitas produksi dapat meningkat. sehingga ketahanan pangan tetap terjaga dan distribusi panen lebih merata. Sehingga hal tersebut akan memberikan potensi dampak positif dalam ketahanan pangan. Untuk menjaga agar penataan anggaran tetap sesuai dengan peruntukkannya, maka review rencana anggaran sebelum dilaksanakan tetap diperlukan agar spending review bisa lebih akurat. Fokus utama spending review adalah untuk efisiensi anggaran. Spending review secara lugas menyebut angka yang harus dihemat karena terdapat inefisiensi anggaran. Oleh karena itu, angka inefisiensi yang dihasilkan spending review dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan anggaran. Ke depan, penataan anggaran yang sudah semakin baik ini perlu diikuti oleh implementasi yang efektif. Dalam hal ini tentu diperlukan koordinasi dan sinergi yang konkrit antarpihak terkait, terutama antara pemerintah di tingkat pusat dan kabupaten/kota. Sinergitas ini perlu terus dibangun dan dimantapkan dalam pembangunan nasional secara berkelanjutan.  
Beyond Borders: Shedding Light on Foreign Bribery through an Islamic Legal Lens Sauni, Herawan; Fernando, Zico Junius; Putra, David Aprizon; Virdaus, Saivol; Hardinanto, Aris
AL-ISTINBATH : Jurnal Hukum Islam Vol 9 No 2 (2024)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/jhi.v9i2.9752

Abstract

This research examines the urgency and challenges of eradicating foreign bribery in Indonesia, utilizing the perspective of Islamic law as an ethical and moral framework. Although Indonesia has committed to the eradication of corruption through ratification of the United Nations Convention against Corruption (UNCAC) and participation in the G20 Anti-Corruption Working Group, the persistence of a stagnant Corruption Perception Index (CPI) score and the absence of specific regulations on foreign bribery indicate a gap between international commitments and domestic implementation. Through a normative legal method, this research analyzes the legal framework and corruption eradication practices in comparison to the principles of fairness, transparency, and accountability in Islamic law. The results show that there are significant gaps in the regulation and practice of combating corruption, especially in relation to combating foreign bribery. This research recommends reforming regulations that not only meet international standards but also accommodate ethical and moral values from Islamic law, as well as emphasizing the importance of international cooperation based on the principle of solidarity in goodness. Efforts to eradicate foreign bribery in Indonesia require a comprehensive approach, combining legal reform, integration of Islamic values, and strengthening international cooperation, to increase the effectiveness of the fight against corruption and strengthen integrity and public trust.
Perlindungan Petani Pemilik Tanah Terhadap Investor Sauni, Herawan; Ningsih, Fiky Nurita
Jurnal Akuntansi Hukum dan Edukasi Vol 2, No 1 (2025): Mei 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jahe.v2i1.5988

Abstract

Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia,Kepada para petani, adapun metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis Normatif, empiris, sehingga mendapatkan hasil Penelitian sebagai berikut untuk memperoleh kepastian hukum, wajib membentuk Lembaga Tani untuk selanjutnya mengajukan permohonan hak secara tertulis atas tanah yang telah dikuasai dengan mohon rekomendasi dari Bupati Buleleng dan dilanjutkan permohonannya kepada Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng, sebagaimana bagan No.7 tentang Proses Pendaftaran Tanah dengan status Hak Pakai Komunal (HPK) yang berlandaskan pada Pasal 61 PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997. Dan Kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng hendaknya melaksanakan Politik Agraria dalam bidang landreform secara maksimal (sesuai dengan tujuan undang-undang) dan konsisten dengan cara mengeluarkan rekomendasi sebagai dasar permohonan hak atas tanah yang diajukan kepada Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan.
Peran Pemerintah dalam Kebijakan Agraria dan Perlindungan Hak Petani Pemilik Tanah Jaya, Surya Asman; Sauni, Herawan
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 12 No. 4 (2025): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v12i4.12796

Abstract

Isu perlindungan hukum bagi petani pemilik tanah dalam interaksi dengan investor dan peran pemerintah merupakan hal yang penting dalam pembangunan ekonomi dan pengelolaan tanah di Indonesia. Meskipun terdapat kerangka hukum agraria, ketimpangan kekuatan antara petani dan investor kerap menciptakan ketidakadilan dalam perjanjian tanah. Pemerintah memiliki peran strategis dalam memastikan kebijakan agraria yang adil dan berimbang. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis bentuk perlindungan hukum bagi petani dalam menghadapi investor, serta menilai keberpihakan pemerintah melalui kebijakan agraria yang berlaku. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui studi literatur terhadap regulasi yang relevan dan data sekunder. Dengan demikian, tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai tantangan serta solusi dalam perlindungan hukum petani pemilik tanah.
PERLINDUNGAN PETANI PEMILIK TANAH TERHADAP INVESTOR Zahara, Desi; Sauni, Herawan
Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan Vol. 12 No. 4 (2025): Causa: Jurnal Hukum dan Kewarganegaraan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3783/causa.v12i4.12806

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap petani pemilik tanah dalam menghadapi tekanan dari investor di Indonesia. Meskipun negara telah mengatur perlindungan hak petani melalui berbagai peraturan perundang-undangan, pelaksanaan perlindungannya sering terhambat oleh berbagai kendala, baik dari segi regulasi maupun implementasi di lapangan. Beberapa kendala utama yang dihadapi petani antara lain kurangnya pemahaman hukum, ketidakjelasan regulasi, pengawasan yang lemah, serta ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap investor. Penelitian ini mengkaji berbagai studi kasus yang menggambarkan bagaimana ketimpangan kekuatan antara petani dan investor menyebabkan petani sering kali terjebak dalam perjanjian yang merugikan mereka. Berdasarkan analisis tersebut, penelitian ini memberikan rekomendasi untuk memperbaiki sistem perlindungan hukum dengan memperkuat pengawasan, meningkatkan literasi hukum petani, dan memberikan akses keadilan yang lebih mudah.
Perlindungan Hukum Petani Pemilik Tanah terhadap Investor dan Negara Alkhairi, Hafizd; Sauni, Herawan
Jurnal Kajian Hukum Dan Kebijakan Publik | E-ISSN : 3031-8882 Vol. 2 No. 2 (2025): Januari - Juni
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62379/1sbyv362

Abstract

Isu perlindungan hukum bagi petani pemilik tanah dalam hubungan mereka dengan investor dan peran pemerintah merupakan hal penting dalam pembangunan agraria di Indonesia. Meskipun terdapat kerangka hukum seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, pelaksanaannya masih belum efektif, terutama dalam melindungi petani penggarap yang tidak memiliki hak kepemilikan formal. Ketimpangan kekuatan antara petani dan investor seringkali menyebabkan ketidakadilan dalam pengelolaan tanah. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin perlindungan petani sekaligus menjaga kepentingan ekonomi nasional. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan dan studi literatur. Hasil analisis menunjukkan bahwa lemahnya implementasi, kurangnya keterlibatan petani, dan ketimpangan akses terhadap keadilan menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, diperlukan regulasi inklusif, peran aktif pemerintah daerah, serta kompensasi yang adil demi mewujudkan keadilan agraria secara nyata.
Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah Di Kecamatan KaurSelatan Safitri, Indah; Sauni, Herawan
Jurnal Kajian Hukum Dan Kebijakan Publik | E-ISSN : 3031-8882 Vol. 2 No. 2 (2025): Januari - Juni
Publisher : CV. ITTC INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62379/wpq66g98

Abstract

The relevance and benefits of land are very important for human survival, because this is a fundamental factor for human life. This can be seen from the large number of land settlements that we experienced in ancient times. These disputes are part of the social structure of all communities, although heredity manifests itself in different ways. This research uses an empirical legal research approach which is based on the use of primary and secondary data. Primary data was collected from analysis of conflicts related to overlapping property rights certificates. This information includes details about the parties involved, the circumstances surrounding the conflict, and the outcome of the resolution. Secondary Data isobtained from research available in the library, which serves as the basis for analysis. The study reveals that conflicts that occur in different communities include inheritance settlements, grants, and land sales. The elements that encourage the emergence of wider land conflicts include high economic value, increased public awareness, land availability with population growth, and poverty. Conflict resolution in society can be broadly classified into two ways, namely through the judicial process (litigation) and outside the judiciary (nonlitigation). The non-litigation settlement system that is often used by the community includes two methods, namely negotiation, where the settlement process involves interested parties byutilizing the help of a third party as a mediator (middleman) and a facilitation system, namely a settlement method that involves both parties to the dispute looking for a way out with the help of a facilitator.