Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

RENDEMEN, pH, DAN PROFIL FITOKIMIA POLLARD SEBAGAI SUMBER BETAIN PADA LAMA MASERASI BERBEDA DENGAN PELARUT METANOL Febria, Najwa Ezza; Mushawwir, Andi; Abun, Abun
Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman Vol 13 No 2 (2025): Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman
Publisher : Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/ajitt.2025.13.2.95-101

Abstract

Pollard merupakan hasil samping penggilingan gandum yang berpotensi sebagai sumber betain alami untuk pakan fungsional. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh lama maserasi pollard menggunakan pelarut metanol terhadap rendemen, pH, dan profil fitokimia. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengujian Bioteknologi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan waktu maserasi (24, 36, 48, dan 72 jam) dan lima ulangan. Data rendemen dan pH dianalisis menggunakan ANOVA dan uji Duncan, serta data profil fitokimia dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama maserasi selama 48 jam menghasilkan rendemen tertinggi sebesar 6,60% dan menghasilkan pH maserasi dan ekstrak tertinggi. Profil fitokimia menunjukkan kandungan senyawa bioaktif paling optimal pada lama maserasi 48 jam, sementara pada perlakuan 72 jam mengalami penurunan kandungan senyawa bioaktif. Disimpulkan bahwa lama maserasi selama 48 jam merupakan waktu optimal untuk memperoleh ekstrak pollard. ABSTRACT Pollard is a byproduct of wheat milling that has the potential to be a source of natural betaine for functional feed. This study aims to analyze the effect of pollard maceration time using methanol solvent on yield, pH, and phytochemical profile. The study was conducted at the Biotechnology Research and Testing Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University, using a Completely Randomized Design (CRD) with four maceration time treatments (24, 36, 48, and 72 hours) and five replications. Yield and pH data were analyzed using ANOVA and Duncan's test, and phytochemical profile data were analyzed qualitatively. The results showed that a maceration time of 48 hours produced the highest yield of 6.60% and produced the highest maceration pH and extract. The phytochemical profile showed the most optimal bioactive compound content at a maceration time of 48 hours, while the 72-hour treatment experienced a decrease in bioactive compound content. It was concluded that a maceration time of 48 hours is the optimal time to obtain pollard extract.
KECERNAAN RANSUM AYAM BROILER DENGAN PENAMBAHAN MIKROKAPSUL EKSTRAK LIMBAH IKAN PATIN FERMENTASI Rinaldi, Muhamad Agus; Abun, Abun; Rusmana, Denny
Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman Vol 13 No 2 (2025): Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman
Publisher : Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/ajitt.2025.13.2.157-166

Abstract

Industri pengolahan ikan patin di Indonesia menyisakan limbah yang dapat dijadikan sebagai pakan suplemen ayam broiler, tetapi diperlukan fermentasi untuk menurunkan kandungan lemaknya dan mikroenkapsulasi untuk melindungi kandungan nutriennya dari kerusakan oksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penambahan mikrokapsul ekstrak limbah ikan patin fermentasi (MELIPF) dan mendapatkan level penambahan MELIPF yang menghasilkan nilai kecernaan Bahan Kering (KcBK), Bahan Organik (KcBO), dan protein (KcP) ransum tertinggi ayam broiler. Sebanyak 80 ekor ayam broiler strain Cobb500 diberi ransum dengan perlakuan penambahan MELIPF 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Sampel ransum dan feses dianalisis kandungan BK, BO, dan proteinnya serta lignin sebagai indikator. Data yang diperoleh dianalisis ragam menggunakan rancangan acak lengkap dilanjut dengan uji beda nyata terkecil untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan MELIPF berpengaruh terhadap nilai KcBK, KcBO, dan KcP ransum ayam broiler. Penambahan MELIPF 0,5%, 1%, dan 2% berpengaruh nyata (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan 0% MELIPF pada KcBK dan KcBO, sedangkan penambahan 2% MELIPF berpengaruh nyata (p<00,05) lebih rendah dibandingkan dengan 0% MELIPF pada KcP. Penambahan 1,5% MELIPF menghasilkan nilai KcBK, KcBO, dan KcP ransum ayam broiler tertinggi. ABSTRACT The catfish processing industry in Indonesia generates waste that can be used as supplementary feed for broiler chickens, but it requires fermentation to reduce fat and microencapsulation to protect nutrients from oxidation. This study aimed to determine the effect of additional fermented catfish waste extract microcapsules (FCWEM) and obtain the optimal level of FCWEM addition that produces the highest digestibility ​​of Dry Matter (DM), Organic Matter (OM), and protein in broiler chicken rations. 80 Cobb500 strain broiler chickens were given rations with FCWEM addition treatments of 0%, 0.5%, 1%, 1.5%, and 2%. Ration and feces samples were analyzed for their DM, OM, protein, and indicator lignin. Data obtained were analyzed for variance with a completely randomized design, followed by the least significant difference test to determine differences between treatments. Results showed the addition of FCWEM affected the digestibility of DM, OM, and protein in broiler chicken rations. The addition of FCWEM 0.5%, 1%, and 2% had a significantly lower effect (p<0.05) compared to 0% FCWEM on digestibility DM and OM, while the addition of 2% FCWEM had a significantly lower effect (p<0.05) compared to 0% MELIPF on digestibility protein. The addition of 1.5% FCWEM produced the highest digestibility ​​of DM, OM, and protein in broiler chicken rations.