Andrijono Andrijono
Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Eliminasi Human Papillomavirus (HPV) dan Respons Terapi pada Adenokarsinoma Serviks dan Karsinoma Sel Skuamos Serviks yang mendapat pengobatan Kemoradiasi TJOKROPRAWIRO, B. A.; HARTONO, P.; ANDRIJONO, ANDRIJONO; BUDIONO, BUDIONO; SUPRIANA, N.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 32, No. 2, April 2008
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (68.356 KB)

Abstract

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eliminasi DNA HPV risiko tinggi pada karsinoma sel skuamous serviks (KSS) dan adenokarsinoma serviks yang mendapat pengobatan kemoradiasi dan kaitannya dengan respons pengobatan. Bahan dan cara kerja: 22 penderita kanker serviks dengan jenis histopatologi adenokarsinoma dan 26 penderita kanker serviks dengan jenis histopatoloi KSS yang terdiri dari stadium IB-IIIB (FIGO) diambil sebagai sampel secara konsekutif dari penderita yang berkunjung dan dirawat di poliklinik dan ruangan onkologi ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta antara Juli 2005 dan Juli 2006. Pemeriksaan DNA HPV risiko tinggi dengan metode Hybrid Capture 2 (HC2) pada semua sampel tersebut menunjukkan hasil yang positif. Semua penderita mendapat pengobatan kemoradiasi. Pascakemoradiasi dilakukan penilaian respons pengobatan secara klinik dan pemeriksaan HC2 untuk melihat eliminasi DNA HPV risiko tinggi pada penderita tersebut. Hasil: Eliminasi DNA HPV risiko tinggi pada kanker serviks jenis adenokarsinoma lebih kecil dibanding dengan kanker serviks jenis KSS. Pascapemberian kemoradiasi, pada adenokarsinoma terjadi eliminasi DNA HPV 59,1% penderita dibanding dengan kelompok KSS di mana terjadi eliminasi DNA HPV risiko tinggi pada 76,9% penderita. Jenis Adenokarsinoma juga mempunyai angka persistensi DNA HPV risiko tinggi yang lebih besar (40,9%) dibanding dengan jenis KSS (23,1%). Penelitian ini menunjukkan respons pengobatan terhadap kemoradiasi antara kanker serviks dengan jenis adenokarsinoma dan KSS tidak berbeda dan hasil analisis menunjukkan bahwa antara respons terapi dan eliminasi DNA HPV risiko tinggi tidak terdapat hubungan. Pemeriksaan HC2 pascakemoradiasi masih bisa positif pada tumor dengan respons komplit. Kesimpulan: Persistensi DNA HPV risiko tinggi pascakemoradiasi lebih banyak terjadi pada kanker serviks jenis adenokarsinoma dibanding dengan jenis KSS. Untuk melihat apakah hal ini berkaitan dengan terjadinya rekurensi maka diperlukan penelitian dengan waktu pengamatan yang lebih lama. [Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-2: 105-15] Kata kunci: kanker serviks, HPV, kemoradiasi
Primary Prevention of Gynecologic Cancers ANDRIJONO, ANDRIJONO
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 30, No. 4, October 2006
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.631 KB)

Abstract

Pendahuluan: Terdapat tiga jenis kanker yang banyak diderita oleh wanita dalam bidang ginekologi, yaitu kanker serviks, kanker ovarium dan kanker endometrium. Patofisiologi kanker serviks hampir dikenal dengan baik, sedangkan patofisiologi kanker ovarium mulai terbuka, dan patofisiologi kanker endometrium juga mulai diketahui. Dengan dasar tersebut dilakukan penelitian terhadap faktor risiko timbulnya kanker ginekologi. Pengenalan faktor risiko yang didapat dari penelitian epidemiologi menjadi dasar untuk melakukan upaya pencegahan primer kanker ginekologi. Pencegahan primer dilakukan dengan memberikan nasihat dan terapi yang mempunyai pengaruh menurunkan risiko timbulnya kanker ginekologi. Tujuan: Menyampaikan kebijakan pencegahan primer kanker ginekologi berdasarkan hasil penelitian epidemiologi. Bahan dan cara kerja: Kajian pustaka. Hasil: Kanker serviks risikonya dapat diturunkan dengan menghindari pola pasangan ganda, menghindari merokok, mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C. Kanker ovarium risikonya dapat diturunkan dengan memberi kontrasepsi oral, menyusui, sterilisasi ataupun histerektomi. Kanker endometrium dapat diturunkan risikonya dengan memberikan kontrasepsi oral kombinasi, menurunkan berat badan. Kesimpulan: Dapat dilakukan upaya menurunkan risiko timbulnya kanker ginekologi melalui pencegahan primer. [Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-4: 245-8] Kata kunci: pencegahan primer, kanker ginekologi
Measurement of Vitamin A Level in Patients with Malignant and Benign Ovarian Tumors ANDRIJONO, ANDRIJONO; DJAENUDIN, A.; MUHILAL, M.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 30, No. 2, April 2006
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Tumor ovarium ganas adalah salah satu tumor ganas ginekologi yang mempunyai angka kematian tertinggi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui etiologi atau faktor risiko tumor ovarium ganas. Beberapa penelitian dilakukan seperti faktor genetik, kontaminasi kimiawi, penggunaan kontrasepsi. Penelitian faktor predisposisi sangat penting dalam upaya untuk mencegah terjadinya tumor ganas ovarium. Vitamin A adalah vitamin yang bekerja mengatur proliferasi sel dan diferensiasi sel. Defisiensi vitamin A diduga menyebabkan gangguan metabolisme p53 sehingga proliferasi tidak dapat dikendalikan atau dikontrol. Tujuan: Membandingkan kadar vitamin A pada pasien tumor ganas ovarium dengan tumor ovarium jinak. Tempat: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Bahan dan cara kerja: Penelitian potong lintang pada kasus tumor ganas ovarium dan tumor ovarium jinak yang memenuhi kriteria penerimaan. Contoh darah diambil dari kedua kelompok dan dilakukan pemeriksaan kadar vitamin A. Kadar vitamin A diperiksa dengan HPLC (high performanced liquid chromatography). Dengan proporsi pengaruh tumor ovarium jinak 0,1 dan risiko relatif 3, dibutuhkan sampel 39 kasus setiap grup. Dilakukan analisis statistik secara Anova untuk menilai adakah perbedaan kadar vitamin A pada kedua kelompok. Hasil: Sejumlah 71 kasus yang masuk dalam penelitian untuk dianalisis. Faktor paritas tampak adanya peningkatan risiko sebesar 2,1 kali pada paritas yang meningkat setelah paritas tiga. Faktor keluarga yang menderita tumor ganas ovarium terdapat hanya pada kelompok tumor ovarium ganas. Kadar vitamin A pada tumor ganas ovarium sebesar 28,2 μg/100 ml dengan standar deviasi 7,3 μg/100 ml, sedangkan kadar vitamin A rata-rata pada kelompok tumor ovarium jinak 33,5 μg dengan standar deviasi 8 μg/100 ml. Perbedaan ini secara statistik bermakna. Kesimpulan Terdapat perbedaan bermakna, kadar vitamin A ratarata dari penderita tumor ovarium ganas pada penelitian ini, yaitu 28,3 μg/100 ml dibandingkan dengan 33,5 μg/100 ml kadar rata-rata tumor ovarium jinak. [Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-2: 124-7] Kata kunci: tumor ovarium, vitamin A.
Perbandingan Kadar Laktat Dehidrogenase pada Asites yang disebabkan Kanker Ovarium dengan Asites Nonmaligna (Laporan Pendahuluan) TANGDIALLA, A. F.; ANDRIJONO, ANDRIJONO; PRIHARTONO, J.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 32, No. 2, April 2008
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.95 KB)

Abstract

Tujuan: Membuktikan manfaat pemeriksaan kadar LDH untuk membedakan asites maligna dengan asites nonmaligna. Tempat: Kamar operasi ginekologi bedah pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, poliklinik Penyakit Dalam dan ruang pera-watan Penyakit Dalam IRNA B RSUPNCM, Jakarta. Bahan dan cara kerja: Analisis potong lintang dengan membandingkan kadar LDH dalam asites kanker ovarium dengan kadar LDH dalam asites nonmaligna. Diambil sampel cairan asites pasien kanker ovarium dan asites pasien bukan kanker dengan cara paresintesis/ aspirasi saat operasi sebanyak 10 cc. Pada asites yang terkumpul, dilakukan pemeriksaan kadar LDH dengan cara enzimatik. Hasil: Data kadar LDH diperoleh dari 17 pasien kanker ovarium (delapan kasus stadium IA, 3 kasus stadium IB, 1 kasus stadium IC, dan 5 kasus stadium IIIC; delapan puluh dua persen dari kasus merupakan adenokarsinoma, sisanya 12% kasus jenis sel granulosa dan 6% kasus dengan germ cell) dan 9 pasien bukan kanker (empat kasus sirosis hepatis, 2 kasus gagal jantung, 1 kasus peritonitis tuberkulosis dan 2 kasus kista jinak ovarium) dengan karakteristik kelompok usia terbanyak 30 - 50 tahun. Didapatkan kadar LDH asites pada pasien kanker ovarium lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kadar LDH asites pasien bukan kanker (p
Uji klinik kemoradiasi dibanding radiasi terhadap respons infeksi hPV dan respons klinik pada karsinoma sel skuamos serviks uteri ISKANDAR, M.; ANDRIJONO, ANDRIJONO; SUPRIANA, N.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 32, No. 4, October 2008
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.821 KB)

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui apakah ekspresi virus HPV berpengaruh terhadap keberhasilan terapi Karsinoma Skuamos sel Serviks Uteri (KSSU). Penelitian ini menggunakan rancangan Studi Intervensi tanpa kontrol, kuasi eksperimental. Bahan dan cara kerja: Subjek adalah penderita KSU stadium lanjut yang mendapat kemoradiasi dan radiasi saja. Hasil: Dari 45 penderita KSU yang memenuhi syarat penelitian. Dua puluh tujuh penderita mendapat Kemoradiasi sedangkan yang hanya mendapat radiasi adalah 28 penderita. Dari pemeriksaan HC-II sebelum dilakukan terapi, dari kelompok kemoradiasi hanya 1 penderita (2,7%) dengan HPV negatif, sedang kelompok radiasi saja, semua didapatkan HPV positif sebelum dilakukan terapi. Dari kelompok kemoradiasi 8 penderita ( 29,6%) didapatkan parsial respons, sedangkan 7 penderita (25%) dengan parsial respons dari kelompok radiasi saja. Setelah terapi, 12 penderita (42,9%) didapatkan HPV masih positif pada kelompok radiasi saja, dibandingkan 6 penderita (22,2%) dari kelompok kemoradiasi. Dari kelompok persistensi HPV ini didapatkan 4 penderita (22,2%) dengan parsial respons dibandingkan 11 penderita (29,7%) dari kelompok HPV negatif pascaterapi. Kesimpulan: Ada kecenderungan kemoradiasi lebih punya pengaruh terhadap persistensi HPV. 22,2% penderita pada kelompok kemoradiasi mempunyai persistensi HPV dibandingkan 42,9 % pada kelompok radiasi saja. Secara statistik perbedaan ini tidak bermakna (P
Kajian pemberian neoadjuvant kemoterapi pada karsinoma ovarium stadium lanjut di RS Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2000 - 2005 FAUZIAH, I.; ANDRIJONO, ANDRIJONO
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 2, April 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.702 KB)

Abstract

Tujuan: Mengevaluasi pemberian perioperatif neoadjuvant kemoterapi pada penderita karsinoma ovarium stadium lanjut di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, serta mengetahui pencapaian sitoreduksi optimal, morbiditas pembedahan dan kualitas hidup. Rancangan/rumusan data: Studi retrospektif deskriptif pada pasien karsinoma ovarium lanjut yang mendapat neoadjuvant kemoterapi antara 1 Januari 2000 hingga 30 Juni 2006. Bahan dan cara kerja: Data diambil secara berurutan dari status penderita karsinoma ovarium stadium lanjut yang ada di catatan medik rawat inap dan rawat jalan di bagian Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta antara 1 Januari 2000 hingga 30 Juni 2006. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program statistik SPSS 12. Hasil: Didapatkan 29 pasien selama kurun waktu penelitian. Pemilihan pasien yang akan diberi neoadjuvant kemoterapi tidak berdasarkan pada nilai CA 125 > 500 U/mL, serta tidak berdasarkan temuan ascites dan efusi pleura. Kemungkinan berdasarkan dari keadaan umum pasien, sayangnya data tersebut tidak diperoleh pada penelitian ini karena ketidaklengkapan data. Dari 29 pasien tersebut, 8 pasien respon terhadap terapi dan kemudian dilakukan pembedahan. Pencapaian sitoreduksi optimal pasien karsinoma stadium lanjut yang diberikan neoadjuvant kemoterapi sebesar (37,5%), lebih tinggi dibandingkan penelitian multicenter pada terapi konvensional yang hanya 20-30%. Namun, belum dapat dilihat bahwa pemberian neoadjuvant kemoterapi juga dapat menurunkan morbiditas pembedahan dan memperbaiki kualitas hidup pada pasien dengan keadaan umum buruk, karena ketidaklengkapan data. Kesimpulan: Sitoreduksi optimal dilakukan pada 37,5% pasien yang mendapat neoadjuvant kemoterapi, lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian dengan terapi konvensional. Belum didapatkan perbedaan dalam hal morbiditas dan perbaikan kualitas hidup. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-2: 86-91] Kata kunci: karsinoma ovarium stadium lanjut, neoadjuvant kemoterapi, residu tumor, perdarahan, perawatan ICU, kualitas hidup
Manajemen Risiko Klinik UTAMI, T. W.; ANDRIJONO, ANDRIJONO; KAMPONO, N.; JUNIZAF, JUNIZAF
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 30, No. 3, July 2006
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.159 KB)

Abstract

Tujuan: Memberi pemahaman tentang manajemen risiko klinik. Bahan dan cara kerja: Kajian literatur. Hasil: Manajemen risiko klinik merupakan proses yang terencana dan sistematik untuk menurunkan dan atau mengendalikan kemungkinan kerugian akibat segala risiko yang ada dalam manajemen pasien. Manajemen risiko melibatkan kultural, proses, dan struktur yang ditujukan ke arah manajemen efektif dan pengendalian efek samping. Prinsipnya adalah identifikasi akar permasalahan, mengarah pada penilaian risiko medik dalam situasi klinik untuk dapat mengambil langkah yang rasional dalam rangka mengontrol risiko. Tahap-tahap manajemen risiko terdiri dari identifikasi, analisa, pengendalian, evaluasi risiko, yang ditujukan untuk menurunkan risiko serta morbiditas dan mortalitas. Pada dasarnya, tahapan tersebut berlaku dalam setiap kasus medik, namun pada situasi gawat darurat diperlukan kecepatan dan kecermatan yang tinggi untuk memecahkan masalah klinik serta menentukan tindakan dan terapi yang tepat dalam situasi yang terbatas. Kesimpulan: Manajemen risiko klinik merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi, mengontrol, memonitor, serta meminimalisasi semua aspek risiko melalui proses yang terencana dan sistematik untuk menurunkan dan atau mengendalikan kemungkinan kerugian akibat risiko yang ada dalam manajemen pasien sehingga terwujud sistem pelayanan medik yang aman, efektif, dan berkualitas. Dalam menjalankan praktik kedokteran harus senantiasa berdasarkan pedoman pelayanan yang berlaku serta pokok-pokok etika kedokteran sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia. [Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-3: 141-4] Kata kunci: manajemen risiko klinik.
Study of Apoptosis Induction of Hydatidiform Mole Trophoblastic Cell by the Administration of Retinoic Acid ANDRIJONO, ANDRIJONO; HEFFEN, W. L.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 32, No. 2, April 2008
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.182 KB)

Abstract

Pendahuluan: Molahidatidosa merupakan kehamilan abnormal yang pada pemeriksaan histologi didapatkan proliferasi sel trofoblas. Sejumlah 80% penderita molahidatidosa akan mengalami regresi pascaevakuasi. Regresi spontan pascaevakuasi disebabkan karena sel trofoblas mempunyai aktivitas apoptosis. Sejumlah 20% penderita molahidatidosa menderita degenerasi keganasan yang secara klinis disebut PTG (Penyakit Trofoblas Ganas). Degenerasi keganasan ini mungkin disebabkan karena aktivitas proliferasi yang dominan sehingga proliferasi terjadi berkelanjutan pascaevakuasi. Mekanisme apoptosis pada molahidatidosa belum diketahui sepenuhnya. Asam retinoat yang merupakan zat aktif retinol atau vitamin A mempunyai aktivitas merangsang arest siklus sel dan merangsang apoptosis. Menarik untuk diteliti, apakah pemberian asam retinoat pada sel trofoblas molahidatidosa juga menginduksi apoptosis. Penelitian ini bertujuan membuktikan peningkatan aktivitas apoptosis pada sel trofoblas molahidatidosa yang diberikan asam retinoat. Penelitian ini memberi manfaat sebagai dasar penelitian kemoprevensi vitamin A pada molahidatidosa. Bahan dan cara kerja: Penelitian menggunakan spesimen kultur sel trofoblas molahidatidosa. Kultur sel trofoblas diperoleh dengan mengkultur sel trofoblas yang diperoleh dari gelembung molahidatidosa. Kultur dengan media RPMI. Pada usia 24 jam, dilakukan perlakuan dengan pemberian ATRA (all transretinoic acid) dengan dosis 50 μg/ml, 100 μg/ml, 150 μg/ml dan 200 μg/ml. Pelarut yang digunakan adalah DMSO (dimethyl sulfoxide). Dilakukan analisis aktivitas apoptosis dengan flowcytometry pada 24 jam pascaperlakuan. Aktivitas apoptosis tergambar pada sitogram di kwadran kanan bawah, sedangkan jumlah sel hidup pada kwadran kiri bawah. Perhitungan sel dilakukan pada 1000 sel. Hasil: Persentase apoptosis pada kontrol 60,64% sel hidup 7,09%. Persentase apoptosis pada 50 μg/ml 89,45%, 100 μg/ml sejumlah 87,23%, 150 μg/ml sejumlah 94.635 dan pada 200 μg/ml sejumlah 94,83%. Sedangkan sel hidup pada 50 μg/ml sejumlah 5,04%, pada 100 μg/ml 5,71%, pada 150 μg/ml sejumlah 3,14% dan pada 200 μg/ml sejumlah 2,66%. Kesimpulan: Terdapat peningkatan persentase jumlah sel yang apoptosis dan penurunan sel yang hidup pada sel trofoblas yang diberikan ATRA. [Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-2: 99-104] Kata kunci: apoptosis, molahidatidosa, sel trofoblas, asam retinoat
Hubungan ekspresi Her-2/neu dan p53 terhadap respons terapi dan kelangsungan hidup penderita kanker ovarium jenis epitel HIDAYAT, Y. M.; ANDRIJONO, ANDRIJONO; MIHARDJA, S. G.; SIREGAR, B.
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 32, No. 4, October 2008
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.013 KB)

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui adanya over ekspresi Her-2/neu dan p53 pada penderita kanker ovarium jenis epitel yang telah dilakukan operasi dan kemoterapi di RSCM dan hubungannya dengan derajat keganasan histopatologi, respons kemoterapi dan survival 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun. Bahan dan cara kerja: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan historical cohort untuk mendapatkan gambaran prevalensi over ekspresi Her-2/neu dan p53 pada penderita tumor ganas ovarium jenis epitel, faktor-faktor risiko klinis, derajat keganasan histopatologis dan bagaimana hubungan faktor-faktor risiko tersebut dengan keberhasilan terapi yang telah diberikan dan survival 1 tahun, 2 tahun, dan 5 tahun di RSCM dari Januari 1999 sampai Desember 2003. Hasil: Sejak Januari 1998 sampai 31 Desember 2003, dapat dikumpulkan 178 kasus kanker ovarium jenis epitel sesuai pemeriksaan histopatologi di Bagian Patologi Anatomi FKUI. Dari 178 kasus tersebut yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 34 kasus (telah memenuhi minimal sampel 30 kasus). Pada analisa data demografi ternyata insidensi terbanyak pada usia ratarata penderita 45,7 tahun dan sebagian besar kasus datang ke RSCM pada stadium lanjut 64,7% dengan jenis tipe sel yang mempunyai perangai buruk 41,4% (clear cell/small cell, adenocarcinoma, dan undifferentiated). Pada penelitian ini didapatkan angka survival penderita karsinoma ovarium, survival ≥ 1 tahun (70,5%), survival ≥ 3 tahun (47,1%), dan survival ≥ 5 tahun (41,2%), sedangkan prevalensi over ekspresi pada subjek penelitian sebanyak 8,8%, lebih rendah dari yang didapatkan peneliti-peneliti lain. Ekspresi protein gen p53 positif (+1, +2, +3) didapatkan sebanyak 50% dan negatif ekspresi 50%. Pada analisa korelasi dengan berbagai variabel klinis, yakni tipe sel, diferensiasi sel, stadium, respons kemoterapi, lama bebas penyakit dan survival 1 tahun, 2 tahun, dan 5 tahun tidak tampak perbedaan yang berarti, distribusi pada ekspresi Her-2/neu dan p53 positif dan negatif hampir merata. Tidak terbukti adanya perbedaan yang bermakna dengan p > 0,05. Sedangkan hubungan variabel klinis dengan respons kemoterapi dan survival pada penelitian ini memperlihatkan perbedaan yang cukup bermakna misalnya pada pembedahan komplit memberikan angka survival 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun yang lebih baik dibandingkan sitoreduksi sub-optimal terbukti dengan analisa statistik koefisien korelasi rank spearman didapatkan angka rs = 0,450 dengan p = 0,011 (p < 0,05). Kesimpulan: Ditemukan angka prevalensi over ekspresi protein gen Her-2/neu di RSCM (+2) 8,8% dan ekspresi protein gen p53 50%. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara over ekspresi protein gen Her-2/neu dan p53 dengan gambaran diferensiasi sel, respons kemoterapi dan survival, akan tetapi didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel klinis jenis tindakan operasi, stadium, dan diferensiasi sel dengan respons kemoterapi dan survival. [Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-4: 193-205] Kata kunci: over ekspresi, Her-2/neu, p53, respons kemoterapi, survival.
Level of Retinol Deposit and Cervical Cancer Utami, Tofan W; Ibrahim, Fera; Purwoto, Gatot; Tiffani, Wely L; Aziz, Muhammad F; Andrijono, Andrijono
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 5, No. 1, January 2017
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.483 KB) | DOI: 10.32771/inajog.v5i1.465

Abstract

Objective: To analyze level of retinol deposit sufficiency in the natural history of cervical cancer. Methods: Serum retinol level was measured by ELISA from peripheral blood of subjects with normal cervix, cleared and persistent high risk human papilloma virus (HR-HPV) subclinical infection, and cervical cancer who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. The study was held in Dr. Cipto Mangunkusumo and Fatmawati Hospital, Jakarta, within 2 years (August 2013- 2015). Blood was taken twice, consisting of post-8-hour fasting blood and 2 hours after 6000 IU retinyl palmitate oral administration. Results: Of 47 total samples, sufficient level of retinol deposit in normal cervix, cleared and persistent HR-HPV subclinical infection, and cervical cancer group was 85.0% (reference), 75.0% (OR 1.89), 33.3% (OR 11.33), and 75% (OR 1.89); respectively. Statistically, there was no significant difference from sufficiency level of retinol deposit between normal cervix and clearance HR-HPV subclinical infection (p=0.628), normal cervix and persistent HR-HPV subclinical infection (p=0.078), normal cervix and cervical cancer (p=0.433), cervical cancer and clearance HR-HPV subclinical infection (p=1.000), cervical cancer and persistent HR-HPV subclinical infection (p=0.430), persistent and clearance HR-HPV subclinical infection group (p=0.740). Conclusion: This study proves that normal cervix group has the highest level of retinol deposit sufficiency; however, it cannot be stated that cervical cancer group has less sufficiency level. Persistent HR-HPV subclinical infection group has the lowest level of retinol deposit (OR 11.33). There is no association between sufficient level of retinol deposit and clearance of HR-HPV. [Indones J Obstet Gynecol 2017; 5-1: 46-54] Keywords: cervical cancer, HR-HPV clearance, retinol deposit