Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Pelatihan Teknik Food Fotografi dalam Meningkatkan Branding pada UMKM Prima Global Mart Bekasi Devy Putri Kussanti; Fifit Fitriansyah; Parlin Harbet; Jaka Atmaja
KREATIF: Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara Vol. 2 No. 4 (2022): Desember : Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/kreatif.v2i4.665

Abstract

Era new normal membuka kesempatan baru bagi UMKM, terutama industri makanan, untuk meningkatkan penjualan mereka melalui branding produk dengan cara fotografi food. Foto atau gambar dalam dunia visual marketing memiliki kekuatan untuk menarik pembeli. Sebagian besar pebisnis produk makanan dan minuman menggunakan jasa fotografer profesional dalam menghasilkan foto yang menarik. Namun, tidak semua pebisnis memiliki modal untuk menyewa jasa profesional tersebut, terutama pebisnis yang baru saja merintis usaha mereka. Food Photography dipilih sebagai salah satu metode untuk meningkatkan branding, hal ini karena; skill fotografi makanan dapat menghasilkan gambar–gambar makanan yang menarik bagi pelanggan., food photography dapat memperkuat brand bisnis kuliner, food photography dapat mempermudah dan mempercepat promosi bisnis kuliner, terutama bagi pebisnis muda dan rumahan. Kegiatan PM diadakan secara offline atau tatap muka pada hari libur agar tidak mengganggu waktu bekerja para UMKM Prima Global Mart Bekasi, sedangkan luaran dari kegiatan PM berupa press release di media cetak online dan juga jurnal Abdimas.
Representasi Hero Dalam Film Gundala: Analisis Semiotika Roland Bartes Jaka Jaka Atmaja; Amir; Teguh Tri Susanto; Khairul Rizal; Nuralam
Jurnal Media Penyiaran Vol. 2 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.837 KB) | DOI: 10.31294/jmp.v2i1.952

Abstract

Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada representasi seorang Hero yang ditampilkan dalam film Gundala diwakilkan oleh seorang tokoh bernama Sancaka. Penulis akan menggunakan beberapa adegan dalam film untuk mendukung analisis yang kemudian dikaitkan dengan beberapa teori yang ada. Gundala adalah satu film yang sangat penting untuk dijadikan objek penelitian dikarenakan kisahnya diangkat dari komik di era tahun 1969 an. Perubahan konteks dan konten Gundala dari tahun 1969 ke 2019 menjadi satu hal yang unik untuk diteliti saat ini. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini membahas mengenai bagaimana Representasi Hero dalam film Gundala: Analisis Seniotika Roland Barthes. berdasarkan makna atas tanda-tanda dalam teks film tersebut. Berkaitan dengan masalah penelitian dan metode yang digunakan maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif . Dengan memakai semiologi model Barthes maka analisis data akan dilakukan melalui dua tahap signifikasi, yaitu denotasi dan konotasi serta mitos. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan yaitu:Secara Denotasi Sancaka (Gundala) sebagai seorang Pahlawan yang cukup berpengaruh dalam berperan menolong para pedagang dipasar dan melindungi yang lemah.Secara konotasi Sancaka (Gundala) dalam film Gundala ini digambarkan sebagai sosok yang memiliki karakter petarung yang kuat yang didapat dari sebuah kekuatan petir. Secara mitos sosok hero yang identik dengan aksi superhero nya , selanjutnya penggambaran sosok Sancaka dengan karakter sederhana namun baik serta melindungi untuk masyarakat yang lemah dan tertindas. Kata Kunci: Representasi, Film Gundala, Semiotika Roland Barthes.
Representasi Budaya Bugis Makassar Dalam Film Tarung Sarung (Analisis Semiotika Roland Barthes) chepi nurdiansyah; Jamalulail Jamalulail; Ridzki Rinanto Sigit; Jaka Atmaja
Jurnal Media Penyiaran Vol. 2 No. 2 (2022): Desember 2022
Publisher : LPPM UBSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1511.957 KB) | DOI: 10.31294/jmp.v2i2.1707

Abstract

Penelitian ini membahas tentang budaya adat bugis makasar yang di representasikan dalam film Tarung Sarung. Sigajang laleng Lipa merupakan sebuah tradisi dalam menyelesiakan suatu masalah. Dua perwakilan yang bertikai akan meyelesaikan masalah saling tikam dalam sebuah sarung. Cara ini adalah cara paling terakhir apabila musyawarah mufakat tidak menemui titik terang. Orang bugis meyakini apabila badik telah keluar dari sarungnya, pantang di selip dipinggang sebelum terhujam di tubuh lawan. Beraangkat dari permasalahn tersebut maka penelitian in bertujuan untuk mengidentifikasi simbol-simbol Sigajang Laleng Lipa dalam film Tarung Sarung. Untuk memahami fenomena tersebut peneliti menggunakan kajian semiotika dari perspektif Roland Barthes, yakni mengetahui Petanda (makna konotatif), Penanda (makna denotative), dan Mitos (cerita dibalik makna) yang mempresentasikan dalam film Tarung Sarung tersebut. Dari hasil penelitian di temukan bahwa dalam film Tarung Sarung representasi Sigajang Laleng Lipa  adalah simbol adat Bugis Makassar dalam menyelesaikan. Keyword: Representasi, Tarung Sarung, Semiotika Roland Barthes.  
Media Sosial Instagram Sebagai Pembentukan Self Image Pada Remaja Vina Elfariani; Devy Putri Kussanti; Dhefine Armelsa; Jaka Atmaja; Faqihar Risyan
Jurnal Komunikasi Vol 15, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jkom.v15i1.22879

Abstract

Perubahan dalam hubungan sosial dan semua perubahan dalam masyarakat, termasuk nilai, sikap dan pola perilaku kelompok sosial. Perubahan sosial yang positif, seperti mempermudah mendapatkan informasi, membawa manfaat sosial dan ekonomi. Sementara itu, perubahan sosial biasanya bersifat negatif, seperti munculnya kelompok-kelompok sosial atas nama agama, suku dan pola perilaku tertentu yang terkadang menyimpang dari norma yang ada. Fenomenologi adalah metode penelitian dari pendeketan kualitatif yang digunakan oleh peneliti. Media sosial Instagram sebagai sarana modifikasi citra diri, media Instagram ini dapat memenuhi kebutuhan pemiliknya. Responden penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika angkatan tahun 2019 yang menggunakan media sosial Instagram yaitu berjumlah 5 Mahasiswa. 
TV DOCUMENTARY FILM JOURNAL NEGLASARI RIVER "RIVER OF A THOUSAND BENEFITS" Tuty Mutiah, Mutiah; Andi Setyawan; Fajar Muharam; Jaka Atmaja; Marlina Rahmi
NIVEDANA : Jurnal Komunikasi dan Bahasa Vol. 4 No. 2 (2023): NIVEDANA: Jurnal Komunikasi & Bahasa
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/nivedana.v4i2.989

Abstract

This documentary was made to document the activities of the community along the Neglasari riverbank which is considered unique and interesting in the midst of modern settlement development. Neglasari River is an irrigation river that is part of the Cisadane River. The existence of this river is very close to the activities and needs of the surrounding community. The main function of Neglasari River is as an irrigation river that flows vegetable and rice plantations along the riverbanks. Vegetable plantations are the main commodity of this area, so irrigation from the Neglasari river is vital to the sustainability of plantations and agriculture of the surrounding community. In addition to these benefits, the Neglasari river is also a resource that is widely used by the surrounding community to meet their daily needs, such as bathing, washing clothes, washing vegetables from the plantation harvest, playing facilities for children, and even washing motorized vehicles. These community activities are carried out not because they do not have water resources at home, even some residents' houses look quite livable with adequate toilet facilities. This is due to cultural factors that have long been practiced by the surrounding community. Since childhood they have used the river to fulfill their daily needs, and this is still maintained and carried out until now. he main factor of community activities in the river is still ongoing because they can interact with fellow residents, and are not bored if they have to take care of household chores at home alone.
SIMULACRUM PEMANFAATAN ARTIFICIAL INTELLIGANCE PADA KAMPANYE POLITIK PILPRES DAN WAPRES 2024 MELALUI VIDEO TIKTOK Triartanto, A. Yudo; Mutiah, Tuty; Adhi Dharma Suriyanto; Jaka Atmaja; Chepi Nurdiansyah; Fitriyanto
NIVEDANA : Jurnal Komunikasi dan Bahasa Vol. 5 No. 2 (2024): NIVEDANA: Jurnal Komunikasi & Bahasa
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/nivedana.v5i2.1311

Abstract

Digital systems and networks (internet), which have increasingly developed recently, have triggered various technological innovations. One of the innovations that has received great attention from citizens of the world - indications are that there are various technological discoveries through applications on cellphones - is the presence of Artificial Intelligence (AI) technology. In formats in the media realm - whether films, videos, photos, music or text - AI technology has been presented and used with its sophistication. Although the use of AI actually becomes a simulacrum in text messages - borrowing the concept of simulacrum from Jean Baudrillard - in a number of cinema films and social media. Specifically on social media, AI technology is being used by a number of political parties and success teams or spin doctors from each pair of presidential and vicepresidential candidates in 2024 in delivering their political campaigns. The content of political campaign messages published on social media regarding the election of presidential and vicepresidential candidates (presidential and vice presidential candidates) - including Facebook, YouTube, effective in the context of delivering communication messages. The range of communication or political campaign messages that are appropriate and effective - via cell phones or mobile phones and laptops - is able to reach and shape personal perceptions through cognitive, affective and conative structures or behavior towards potential voters. Although, this research only examines political campaigns using the concept of simulacrum theory and political communication (campaigns) on short videos tens of seconds long that utilize AI technology and are distributed on social media regarding the election of presidential and vice presidential candidates, especially TikTok - considering this social media has penetration and is the highest usage choice – regarding the election of presidential and vice presidential candidates for the period 2024 – 2029.
KERAGAMAN DAN INKLUSI DALAM KAMPANYE KOMUNIKASI KONTEN HABIB JAFAR Roosita Cindrakasih; Riastri Novianita; Ahmad Jurnaidi Wahidin; Abdul Aziz; Jaka Atmaja
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 4 (2024): Special Issue Vol. 7 No. 4 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i4.37110

Abstract

Penelitian ini berfokus pada strategi dakwah kontemporer yang dilakukan oleh Habib Husein Ja'far al-Hadar, khususnya dalam memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan ajaran Islam kepada generasi milenial di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Habib Jafar menghadapi keberagaman agama dan mempromosikan moderasi beragama melalui pendekatan komunikasi modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan studi pustaka, di mana data diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, dan konten digital. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai strategi komunikasi yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Habib Jafar berhasil memanfaatkan media sosial, seperti Instagram, dengan pendekatan yang relevan dan komunikatif bagi kaum muda. Gaya komunikasi yang humoris, bahasa sederhana, dan penggunaan visual menarik terbukti efektif dalam menyampaikan pesan keagamaan, menciptakan interaksi positif, dan memperkuat moderasi beragama. Penelitian ini juga mengungkap tantangan yang dihadapi, seperti kritik dan potensi efek bumerang, yang menunjukkan pentingnya strategi komunikasi kontekstual. Secara teoretis, penelitian ini memperkaya diskusi tentang moderasi beragama, dan secara praktis, memberikan referensi bagi penyebaran dakwah yang inklusif dan relevan di era digital