Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

EFISIENSI PROSES PRODUKSI BATIK MELALUI PENERAPAN MESIN PENGERING BATIK DAN KOMPOR PEMANAS LILIN BATIK SEMI OTOMATIS Budijono, Agung Prijo; Kurniawan, Wahyu Dwi
Otopro Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/otopro.v13n1.p30-34

Abstract

Permasalahan utama yang dihadapi UKM produsen batik yaitu pada saat musim hujan pasti mengalami kendala dan hambatan pada proses pengeringan batik tulis. Selama ini proses pengeringan batik tulis dilakukan secara konvensional yaitu dikeringkan dengan mengandalkan panas sinar matahari sehingga membutuhkan waktu relatif lama (± 1,5 jam). Namun apabila cuaca dalam kondisi mendung atau hujan proses pengeringan bisa membutuhkan waktu 3-4 jam. Dengan kata lain pada saat mendung atau hujan produksi batik akan terhambat secara signifikan hal ini akan berakibat pelanggan akan sering komplain. Selain itu, untuk pemanas lilin batik masih menggunakan kompor gas konvensional yang suhunya tidak terkontrol, jika lilin batik terlalu panas maka kompor harus dimatikan dan jika lilin batik terlalu dingin maka harus menyalakan kembali sehingga kurang efisien. Target yang ingin dicapai dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan efisiensi waktu proses pengeringan minimal 2 kali lebih cepat dari sebelumnya dan untuk meningkatkan efisiensi konsumsi LPG sebesar 25% dari sebelumnya. Luaran kegiatan ini yaitu mesin pengering batik semi otomatis, kompor pemanas lilin semi otomatis dan publikasi ilmiah. Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut yaitu dengan merancang, manufaktur, assembly dan menerapkan mesin pengering batik printing semi otomatis dan penerapan kompor pemanas lilin batik semi otomatis. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, pihak mitra sangat bersyukur dengan adanya kegiatan ini karena usaha yang selama ini mereka rintis dapat berkembang lebih maju. Berdasarkan hasil uji fungsi yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa mesin pengering batik semi otomatis dan kompor pemanas lilin batik semi otomatis dapat bekerja dengan baik dengan uraian sebagai berikut: (1) Suhu dalam ruang pengering dapat dikontrol sesuai kebutuhan (50 ± 5 o Celcius); (2) Proses pengeringan hanya membutuhkan waktu 1 jam yang tidak terganggu oleh cuaca; (3) Konsumsi gas LPG dalam sekali proses pengeringan sebesar 500 gr; (4) Suhu pemanas lilin batik dapat terkontrol dan terjaga sesuai kebutuhan (125 ± 2 oC); dan (5) Konsumsi gas LPG pada proses pemanasan lilin menjadi lebih hemat 30%, yang awalnya membutuhkan 80 gr/jam menjadi 50 gr/jam.
PENERAPAN MESIN PENGADUK PAKAN TERNAK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PROSES PENGADUKAN PAKAN TERNAK Budijono, Agung Prijo; Suwito, Djoko; Kurniawan, Wahyu Dwi
Otopro Vol 14, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/otopro.v14n1.p1-5

Abstract

Bapak Sunarko merupakan salah satu peternak ayam arab sekaligus produsen telor ayam arab yang beralamat di Desa Ringinrejo Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri yang. Permasalahan yang selama ini dihadapi Bapak Sunarko yaitu belum adanya teknologi untuk mengaduk pakan ternak, karena selama ini proses pencampuran pakan dilakukan secara konvensional yaitu dengan menggunakan sekop tangan yang membutuhkan waktu relatif lama (60 kg/15 menit). Tujuan dalam kegiatan ini yaitu proses pengadukan pakan menjadi lebih praktis dan efisien dengan indikator minimal 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Untuk membantu menyelesaikan permasalahan Bapak Sunarko maka dilakukan dengan cara merancang, membuat dan menerapkan mesin pengaduk pakan ternak. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan setelah menerapkan mesin pengaduk pakan ternak. Penerapan mesin pengaduk pakan ternak dapat mengatasi permasalahan pihak mitra, dimana proses pengadukan 60 kg pakan membutuhkan waktu 15 menit tetapi dengan menggunakan mesin pengaduk pakan ternak hanya membutuhkan 5 menit. Selain itu, produk yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas karena pakan akan tercampur secara merata bila dibandingkan dengan cara manual yang mengandalkan tenaga manusia dan peralatan sekop tangan. Adanya mesin pengaduk pakan ternak, juga meringankan beban kerja karyawan karena tanpa perlu repot-repot mengaduk-aduk campuran pakan dengan menggunakan sekop yang menguras tenaga dan waktu. 
ANALISA PENENTUAN KEBUTUHAN DAYA MOTOR PADA MESIN PEMARUT SINGKONG Soeryanto, Soeryanto; Budijono, Agung Prijo; Ardiansyah, Redy
Otopro Vol 14, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/otopro.v14n2.p54-58

Abstract

Singkong memiliki peranan penting sebagai bahan baku makanan pokok, bahan industri, bahan makanan ternak, maupun sebagai komoditas ekspor. Untuk komoditas ekspor biasanya singkong diolah terlebih dahulu menjadi tepung tapioka. Salah satu tahapan proses pembuatan tepung tapioka yaitu proses pemarutan singkong yang dapat dilakukan menggunakan mesin pemarut singkong. Tujuan dalam kegiatan ini yaitu menganalisa kebutuhan daya motor pada mesin pemarut singkong. Metode yang digunakan diantaranya studi literatur dan observasi di lapangan. Berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa daya yang diperlukan adalah 0,08 HP, jika diketahui efisien akibat transmisi sabuk sebesar 98% maka daya yang sebenarya dibutuhkan adalah 0,08 HP : 98% = 0.082 HP. Jika dipilih motor dengan daya 0,25 HP, dengan efisiensi motor dengan beban penuh sebesar 66% maka daya motor yang sebenarnya adalah 0,25 HP >< 66% = 0,165 HP. Dari perhitungan tersebut maka motor dengan daya 0,25 HP dapat digunakan untuk menggerakkan mekanisme pemarut.
IMPLEMENTASI MESIN PENGIRIS KERIPIK TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM TEMPE Ibrohim, Ibrohim; Pramono, Made; Budijono, Agung Prijo; Kurniawan, Wahyu Dwi
Indonesian Journal of Engineering and Technology (INAJET) Vol 2, No 1 (2019): September
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/inajet.v2n1.p1-10

Abstract

Tempe chips is one snack that is popular with all groups. During this time the process of slicing tempe chips is still using the conventional method using a hand knife. This resulted in the ineffectiveness of the process of slicing the tempe stem which is the basic ingredient of tempe chips with a relatively long duration of ± 30 slices/minute. Besides that, ± 10% -15% slices have varied thicknesses and are relatively thick (3mm), which causes crispy tempe chips. Due to constraints in the process of cutting tempeh, SMEs can only produce 10kg / day and cannot meet market needs that reach twice the current SME production. In addition, because the cutting process is done manually, it requires a large amount of power, a long time, not hygienic and prone to work accidents. To overcome the problems of partners, the partner SMEs will be assisted through the design of tempe chip slicing machines. The method of carrying out this activity is designing, manufacturing, assembly, testing of machines, handover of machines, training in operation and maintenance of machines, and periodic monitoring. Based on the results of implementation in the SME tempe chips manufacturer, the tempe chip slicing machine really helped solve the problem of the tempe chips SME producer. This can be seen from the practicality of the slicing process which requires a relatively fast time of 60 slices / minute so that employees are not easily exhausted. It also improves the quality of tempe chips, where uniform thickness of tempe chips is 2mm and is more hygienic because the machine material is made of foodgrade stainless steel standards. Some of these advantages have an impact on production capacity that has doubled from 10kg / day to 20 kg / day.
Efisiensi Proses Produksi Batik Melalui Penerapan Mesin Pengering Batik Dan Kompor Pemanas Lilin Batik Semi Otomatis Budijono, Agung Prijo; Kurniawan, Wahyu Dwi
Otopro Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/otopro.v13n1.p30-34

Abstract

Permasalahan utama yang dihadapi UKM produsen batik yaitu pada saat musim hujan pasti mengalami kendala dan hambatan pada proses pengeringan batik tulis. Selama ini proses pengeringan batik tulis dilakukan secara konvensional yaitu dikeringkan dengan mengandalkan panas sinar matahari sehingga membutuhkan waktu relatif lama (± 1,5 jam). Namun apabila cuaca dalam kondisi mendung atau hujan proses pengeringan bisa membutuhkan waktu 3-4 jam. Dengan kata lain pada saat mendung atau hujan produksi batik akan terhambat secara signifikan hal ini akan berakibat pelanggan akan sering komplain. Selain itu, untuk pemanas lilin batik masih menggunakan kompor gas konvensional yang suhunya tidak terkontrol, jika lilin batik terlalu panas maka kompor harus dimatikan dan jika lilin batik terlalu dingin maka harus menyalakan kembali sehingga kurang efisien. Target yang ingin dicapai dari kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan efisiensi waktu proses pengeringan minimal 2 kali lebih cepat dari sebelumnya dan untuk meningkatkan efisiensi konsumsi LPG sebesar 25% dari sebelumnya. Luaran kegiatan ini yaitu mesin pengering batik semi otomatis, kompor pemanas lilin semi otomatis dan publikasi ilmiah. Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut yaitu dengan merancang, manufaktur, assembly dan menerapkan mesin pengering batik printing semi otomatis dan penerapan kompor pemanas lilin batik semi otomatis. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, pihak mitra sangat bersyukur dengan adanya kegiatan ini karena usaha yang selama ini mereka rintis dapat berkembang lebih maju. Berdasarkan hasil uji fungsi yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa mesin pengering batik semi otomatis dan kompor pemanas lilin batik semi otomatis dapat bekerja dengan baik dengan uraian sebagai berikut: (1) Suhu dalam ruang pengering dapat dikontrol sesuai kebutuhan (50 ± 5 o Celcius); (2) Proses pengeringan hanya membutuhkan waktu 1 jam yang tidak terganggu oleh cuaca; (3) Konsumsi gas LPG dalam sekali proses pengeringan sebesar 500 gr; (4) Suhu pemanas lilin batik dapat terkontrol dan terjaga sesuai kebutuhan (125 ± 2 oC); dan (5) Konsumsi gas LPG pada proses pemanasan lilin menjadi lebih hemat 30%, yang awalnya membutuhkan 80 gr/jam menjadi 50 gr/jam.
PENERAPAN MESIN PENGADUK PAKAN TERNAK UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PROSES PENGADUKAN PAKAN TERNAK Budijono, Agung Prijo; Suwito, Djoko; Kurniawan, Wahyu Dwi
Otopro Vol 14, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/otopro.v14n1.p1-5

Abstract

Bapak Sunarko merupakan salah satu peternak ayam arab sekaligus produsen telor ayam arab yang beralamat di Desa Ringinrejo Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri yang. Permasalahan yang selama ini dihadapi Bapak Sunarko yaitu belum adanya teknologi untuk mengaduk pakan ternak, karena selama ini proses pencampuran pakan dilakukan secara konvensional yaitu dengan menggunakan sekop tangan yang membutuhkan waktu relatif lama (60 kg/15 menit). Tujuan dalam kegiatan ini yaitu proses pengadukan pakan menjadi lebih praktis dan efisien dengan indikator minimal 2 kali lebih cepat dari sebelumnya. Untuk membantu menyelesaikan permasalahan Bapak Sunarko maka dilakukan dengan cara merancang, membuat dan menerapkan mesin pengaduk pakan ternak. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan setelah menerapkan mesin pengaduk pakan ternak. Penerapan mesin pengaduk pakan ternak dapat mengatasi permasalahan pihak mitra, dimana proses pengadukan 60 kg pakan membutuhkan waktu 15 menit tetapi dengan menggunakan mesin pengaduk pakan ternak hanya membutuhkan 5 menit. Selain itu, produk yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas karena pakan akan tercampur secara merata bila dibandingkan dengan cara manual yang mengandalkan tenaga manusia dan peralatan sekop tangan. Adanya mesin pengaduk pakan ternak, juga meringankan beban kerja karyawan karena tanpa perlu repot-repot mengaduk-aduk campuran pakan dengan menggunakan sekop yang menguras tenaga dan waktu. 
Implementasi Mesin Pengiris Keripik Tempe Untuk Meningkatkan Produktivitas UKM Tempe Ibrohim, Ibrohim; Pramono, Made; Budijono, Agung Prijo; Kurniawan, Wahyu Dwi
Indonesian Journal of Engineering and Technology (INAJET) Vol 2, No 1 (2019): September
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/inajet.v2n1.p1-10

Abstract

Tempe chips is one snack that is popular with all groups. During this time the process of slicing tempe chips is still using the conventional method using a hand knife. This resulted in the ineffectiveness of the process of slicing the tempe stem which is the basic ingredient of tempe chips with a relatively long duration of ± 30 slices/minute. Besides that, ± 10% -15% slices have varied thicknesses and are relatively thick (3mm), which causes crispy tempe chips. Due to constraints in the process of cutting tempeh, SMEs can only produce 10kg / day and cannot meet market needs that reach twice the current SME production. In addition, because the cutting process is done manually, it requires a large amount of power, a long time, not hygienic and prone to work accidents. To overcome the problems of partners, the partner SMEs will be assisted through the design of tempe chip slicing machines. The method of carrying out this activity is designing, manufacturing, assembly, testing of machines, handover of machines, training in operation and maintenance of machines, and periodic monitoring. Based on the results of implementation in the SME tempe chips manufacturer, the tempe chip slicing machine really helped solve the problem of the tempe chips SME producer. This can be seen from the practicality of the slicing process which requires a relatively fast time of 60 slices / minute so that employees are not easily exhausted. It also improves the quality of tempe chips, where uniform thickness of tempe chips is 2mm and is more hygienic because the machine material is made of foodgrade stainless steel standards. Some of these advantages have an impact on production capacity that has doubled from 10kg / day to 20 kg / day.
Optimizing regenerative braking on electric vehicles using a model-based algorithm in the antilock braking system Budijono, Agung Prijo; Sutantra, I Nyoman; Pramono, Agus Sigit
International Journal of Power Electronics and Drive Systems (IJPEDS) Vol 14, No 1: March 2023
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijpeds.v14.i1.pp131-139

Abstract

The regenerative braking effectiveness of electric vehicles (EVs), with 8-25% range, requires designers to produce better braking systems. The antilock braking system (ABS) was chosen because it offers various advantages, such as enhanced safety considerations, vehicle maneuverability, and so on. The measurement findings revealed that ABS took longer to stop the wheels with the same wheel rotation speed. Because of the lesser differentiation of magnetic flux to time, it created lower induced emf in the generator. ABS 50 Hz performance was 19.5% at 4500 pm, whereas hydraulic brake performance was 21% at the same speed. ABS used model-based algorithms (MBAs) to boost the friction frequency with the wheels from 10 to 50 Hz. As the frequency increased, the ABS graph approached the hydraulic graph, and the ABS performance improved. Although ABS loses to hydraulics in stopping wheel rotation, it gains in saved energy and battery temperature. Longer wheel stop-times allow the rotational kinetic energy of the wheel more time to be converted into electricity.
Topology Study of Milking Machine Based Parametric Modeling Drastiawati, Novi Sukma; Ridlwan, Ahmad Ajib; Handajani, Sri; Iskandar, Iskandar; Arif, Muamar Zainul; Kurniawan, Wahyu Dwi; Budijono, Agung Prijo; Habib, Bidya Nur
Logistic and Operation Management Research (LOMR) Vol. 2 No. 2 (2023): Logistic and Operation Management Research (LOMR)
Publisher : Research Synergy Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31098/lomr.v2i2.1615

Abstract

The large market for cow's milk makes the order capacity for cow's milk high and will increase the milking process. In the production process, especially the milking process, people still manually use their hands, so fatigue often occurs, especially in people with more than 2 livestock. This causes the production process to be ineffective and the production results are also limited. Creating an automatic milking machine equipped with a milk can, a vacuum tube and a hose. Besides, a topology study will also be carried out based on the model of the machine. The three-unit component will affect the performance of the Milking Machine, especially the milk collector and milk can. Their size needs to be analyzed to get the optimum one. Optimization results for the topology of the milk collector bore diameter showed that the milk flow rate in the milk collector at a bore diameter of 9mm was 6,154 ltr/min, at a bore diameter of 14 mm was 26,566 ltr/min and at a bore diameter of 19mm was 66,128 ltr/min (conditions without being connected to hose). The shape of a milk can with a reduction of 30% from the initial weight, which is 3,358 kg to 2,350 kg, is owned by a milk can with the most optimal cone-dome tube shape. The difference in weight with the tube is generally 1,008 kg. The quantity flow when installed with a 2m long hose is 6,729 ltr/min
Implementation of Tempeh Fermentation Room to Optimize the Tempeh Fermentation Process Equipped with Temperature and Air Humidity Controls Suwito, Djoko; Umaroh, Susi Tri; Kurniawan, Wahyu Dwi; Hidayatullah, Rachmad Syarifudin; Budijono, Agung Prijo
THE SPIRIT OF SOCIETY JOURNAL : International Journal of Society Development and Engagement Vol 8 No 1: September 2024
Publisher : LPPM of NAROTAMA UNIVERSITY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29138/scj.v8i1.3096

Abstract

Abstract: The production of tempeh in Indonesia, particularly in SMEs located at Jalan Raya Sepande No.45 Sidoarjo, still faces challenges in the manual fermentation process, especially during unstable weather conditions. Suboptimal fermentation can lead to a decline in production quality. This community service activity aims to improve the quality and capacity of tempeh production through technological innovation. The method used is a participatory approach involving training, mentoring, and discussions between the proposing team and partners. The resulting solution includes the application of appropriate technology, such as a fermentation room equipped with temperature and humidity control, as well as improvements in packaging and digital marketing. The results of this activity show an increase in production quality and quantity, income, and the human resource capacity of the partners. The conclusion of this activity is that the participatory approach and technological innovation can significantly enhance production efficiency and partner welfare.