Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Bentuk Lingual dan Makna Konotasi pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade dalam Album Masih Ada Waktu : Lingual Form and Connotation Meaning in The Song Lyrics Of Ebiet G. Ade in “Masih Ada Waktu” Album Maya Ariska Damayanti; Saharudin; I Nyoman Sudika
Jurnal Bastrindo Vol. 1 No. 1 (2020): Edisi Juni 2020
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v1i1.10

Abstract

Abstrak: Ada dua hal yang menjadi permasalahn dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana bentuk lingual yang terdapat pada lirik lagu Ebiet G. Ade dalam album “Masih Ada Waktu”. Kedua, bagaimana makna konotasi pada setiap bentuk lingual yang bermakna konotasi pada lirik lagu tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi bentuk lingual bermakna konotasi yang terdapat pada lirik lagu dalam album tersebut serta mendeskripsikan makna konotasi pada setiap bentuk lingual tersebut. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi dan metode simak. Sementara itu, metode analisis data yang digunakan adalah metode padan intralingual dan ekstralingual. Hasil analisis data disajikan secara informal atau penyajian dengan kata-kata biasa. Data-data yang ditemukan berupa bentuk lingual morfologi dan sintaksis. Setelah dilakukan analisis makna konotasi ditemukan bahwa lagu-lagu dalam album tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan seperti nilai keagamaan dan sosial. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memberikan nasihat kepada pendengar agar tetap bersyukur atas segala nikmat Tuhan serta selalu patuh dan taat pada aturan dan perintah Tuhan. Selain itu, lagu-lagu tersebut juga memperingati kita untuk segera bertaubat pada Tuhan selagi masih ada kesempatan serta memasrahkan hidup dan mati kita pada-Nya karena hanya Tuhanlah Sang Pemberi Pertolongan dan Pemberi Cinta Yang Maha Luas. Abstract: There are two things that become the problem in this study. First, how the lingual form in the song lyrics of Ebiet G. Ade in the "Masih Ada Waktu" album. Second, how the connotation meaning of each lingual form which means connotation in the song lyrich of the album. The purpose of this study is to identify meanin connotations of lingual forms were  found in the song lyrics in the album and describe the connotation meaning in each of those lingual forms. The method used in data collection is the documentation method and refer to the method. Meanwhile, the data analysis method used is the intralingual and extralingual equivalent method. The results of data analysis are presented informally or presented in ordinary words. The data found wete lingual form of morphology and syntax. After analyzing the connotation meaning it was found that the songs in the album contained life values ??such as religious and social values. In addition, the songs also provide advice to listeners to remain grateful for all the blessings of God and always obey and obey God's rules and commands. In addition, these songs also warn us to immediately repent to God while there is still a chance and surrender our life and death to Him because only God is the Giver of Relief and the Giver of Love in the Most Widespread.
Leksikon Etnomedisin dalam Pengobatan Tradisional Sasak: Kajian Antropolinguistik Pahrudin Arrozi; NFN Burhanuddin; NFN Saharudin
MABASAN Vol. 14 No. 1 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i1.308

Abstract

Penelitian ini bertempat di Desa Sengkerang dialek Meno-Mene, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan leksikon etnomedisin dalam pengobatan tradisional Sasak. Pendekatan teoretis yang digunakan adalah pendekatan antropolinguistik. Sementara itu, pendekatan metodologis penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, wawancara dan metode simak dengan teknik dasar berupa teknik sadap dan catat. Hasil penelitian ini pertama, leksikon etnomedisin dalam pengobatan tradisional Sasak di Desa Sengkerang diklasifikasikan menjadi dua bentuk, yaitu kata dan frasa. Kedua, terdapat tiga pandangan budaya leksikon etnomedisin dalam pengobatan tradisional Sasak, yaitu adanya keselarasan masyarakat Sasak di Desa Sengkerang dengan alam, adanya keselarasan nilai keagamaan, dan cerminan ekonomis; ketiga, masyarakat Sasak mewariskan pengetahuanya tentang pengobatan tradisional secara turun-temurun, baik dari mulut ke mulut maupun dalam bentuk tulisan.  
Tindak Tutur Ilokusi dalam Talkshow Indonesia Lawyers Club Azanul Islam; Burhanuddin; Saharudin
MABASAN Vol. 15 No. 2 (2021): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v15i2.458

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam Talkshow Indonesia Lawyers Club dengan tema “75 tahun Indonesia maju”. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang mengandung ilokusi yang diucapkan oleh pembawa acara dan narasumber pada acara Talkshow Indonesia Lawyers Club. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak bebas libat dan teknik catat, sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan ekstralingual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Fungsi tindak tutur ilokusi yang ditemukan yaitu: (1) fungsi memberitahukan, (2) menyimpulkan, (3) mengemukakan pendapat, (4) mengklaim, (5) mengajak, (6) meminta, (7) memerintah, (8) melarang, (9) menyarankan, (10) mengharapkan, (11) mengucapkan terima kasih, (12) meminta maaf, (13) menyalahkan, (14) mengkritik, (15) mengucapkan selamat, (16) memuji, (17) menyindir, (18) menjanjikan, (19) mengancam, (20) menolak, (21) bersumpah. Jenis tindak tutur yang paling dominan adalah tindak tutur jenis ekspresif, dan fungsi tindak tutur yang paling dominan adalah fungsi mengucapkan terima kasih.
PENYULUHAN PENGGUNAAN PUNGTUASIPADA KARYA TULIS SISWA KELAS XI IPAMADRASAH ALIYAHRAUDLATUSSHIBYAN NW BELENCONG GUNUNG SARI Saharudin Saharudin; Agus Saputra; Khusnul Khotimah; Arif Nasrullah; Rahmad Hidayat
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 1, No 1 (2018): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.619 KB) | DOI: 10.31764/jces.v1i1.67

Abstract

Abstrak: Kegiatan Penyuluhan Penggunaan Pungtuasi pada Karya Tulis Siswa Kelas XI IPA MA Raudlatusshibyan NW Belencong Gunung Sari dilaksanakan dengan dasar sering abainya penutur bahasa Indonesia terhadap aturan berbahasa Indonesia lisan dan tulis. Pengabaian aturan itu dilakukan secara sadar dan tidak sadar. Pengabaian aturan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat awam, tetapi juga dilakukan oleh kaum terpelajar di lingkungan perguruan tinggi serta instansi-instansi pemerintah.Kegiatan dilaksanakan di MA Raudlatusshibyan NW Belencong dengan melibatkan siswa kelas XI IPA.  Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian materi, diskusi, dan pemecahan masalah dalam bentuk soal-soal. Materi penyuluhan adalah penggunaan pungtuasi berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sesuai dengan Permendikbud nomor 50 tahun 2015.            Kegiatan penyuluhan dapat dikatakan berhasil berdasarkan serapan peserta terhadap materi yang dibuktikan dengan kemampuan peserta dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Peserta merasa kegiatan semacam ini penting karena membuat mereka sadar bahwa penggunaan pungtuasi yang mereka pahami sebelumnya masih terdapat banyak kekeliruan. Untuk itu, kegiatan semacam ini perlu digalakkan demi terjaganya bahasa Indonesia yang baik, terutama benar.Kata Kunci: penyuluhan, penggunaan pungtuasi, karya tulis.Abstract: Elucidation activity of Punctuation Usage on Student Writing Class XI IPA MA Raudlatusshibyan NW Belencong Gunung Sari is implemented on the basis of frequent Indonesian speakers’ misuses on Indonesian oral and written rules. The ignorance of the rules is done consciously and unconsciously. The ignorance of rules is not only done by ordinary people, but also done by educated people in the environment of universities and government agencies.The activity was held in MA Raudlatusshibyan NW Belencong by involving students of class XI IPA. Activities are carried out in the form of giving materials, discussion, and problem solving in the form of questions. The extension material is the use of punctuation based on the Spelling General Guidelines of Indonesia in accordance with Permendikbud number 50 of 2015.This elucidation activity can be said to succeed based on participants' absorption of the material as evidenced by the ability of participants in solving the given problem. Participants feel this kind of activity is important because it makes them aware that the use of punctuations that they understand before there are still many mistakes. For that, this kind of activity should be encouraged in order to maintain good Indonesian usage.Keywords:elucidation, punctuation usage, academic writing.
Konstruksi Perempuan Dalam Lagu-Lagu Berbahasa Sasak: Studi Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Jusratul Aini; Burhanudin Burhanudin; Saharudin Saharudin
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 5, No 3 (2021): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jisip.v5i3.2196

Abstract

This study purposed to explain the women’s construction  in Sasak traditional songs according on Nourman Fairclough's critical discourse analysis with an analysis focus on three aspects, namely text structure, discourse practice, and sociocultural practice. This research is a qualitative descriptive research. Data were collected using observation and interview methods. The results of the research on the structure of the text construct women as bebalu 'widow' and dedare 'girl'. Bebalu is constructed as a woman who is weak, suffering, the material for gossip, no self-awareness, awry, easily fooled by men, the object of ridicule. get married quickly, favored by men, thickly dressed, slut, like to divorce, likes to be ogled and seduced by men, likes to dress up, and easily moving on. Meanwhile, dedare is constructed as a woman who likes someone's husband, mistress, unfeeling, selfish, and a love slave. The discourse practice dimension of the production process, male dominance in the Sasak music industry provides flexibility in constructing women from a male perspective and commercial factors require the music industry to create songs that are loved by the public. Meanwhile, the process of consuming texts by fans of Sasak songs accepts and considers what is constructed in the song as something that is in accordance with reality, natural, and entertaining. In terms of sociocultural practice, patriarchal cultural factors and high public interest provide space for the music industry to be bolder in producing gender-biased songs.
PERILAKU LIMINAL MASYARAKAT SASAK-LOMBOK DALAM BÊKAYAQ BAU NYALÉ DAN PATAQ PARÉ Saharudin Saharudin
SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities Vol 1, No 1 (2016): NOVEMBER
Publisher : Unit Penelitian dan Publikasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.584 KB) | DOI: 10.22146/sasdayajournal.17036

Abstract

This paper studied the socio-psychological issues found in the cultural event bêkayaq bau nyalé and bêkayaq pataq paré among Sasak agrarian society in the southern of the Lombok Island. The study examined the language used in the two types of bêkayaqs (reverberate poem activities) used an ethnopoetic perspective. The socio-psychological problems of the people were revealed and explained by an ethnohermeneutic and process analysis perspectives. Data were collected by observation and interview techniques. The results showed that the tradition of bêkayaq bau nyalé and pataq paré were not only verbal-artistic expressions, but also had a deep implication for the disclosure of the socio-cultural pressures of the culprit during their life in which they had to obey the obligations of the social and cultural normative structures. Through bêkayaq, they could remove their burdens (though it was only temporal). The main purpose of bêkayaq was to create a liminal world between women and men, at least in public area communication. The changes in the orientation of bau nyale, the inclusion of structural context (power), and the rationalization of rice farming, had an impact on people's behavior changes to the actors of bêkayaq.
Hibriditas Kebahasaan dalam “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: Sebuah Kajian Etnopuitika: Linguistic Hybridity in “Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru”: An Ethnopuitics Study Saharudin Saharudin; Sapiin Sapiin; Muhammad Syahrul Qodri; Rahmad Hidayat
Jurnal Bastrindo Vol. 3 No. 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jb.v3i1.677

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk struktur dan bunyi bahasa puitika-pentas teks Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru (WRMPB) dan menjelaskan pernik-pernik budaya lokal yang mewarnai teks WRMPB ketika dilisankan/dinyanyikan. Secara metodologis, metode pengumpulan data (baik data primer maupun sekunder) dalam penelitian ini mencakup studi kepustakaan (khususnya yang terkait dengan data teoretis), observasi partisipasi, wawancara mendalam, rekaman (audiovisual), foto, dan transkripsi-penerjemahan. Sementara metode analisis data menggunakan metode analisis puitika yang dikemukakan Tedlock (1992), yakni membuat konvensi-konvensi ortografis baru dan menambahkannya ke dalam sistem tulisan yang ada (dari teks WRMPB saat dilisankan) yang dilanjutkan dengan analisis intertekstual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi the art of sounding the narrative texts ‘seni pengucapan teks’, teks WRMPB memiliki konvensi-konvensi ortografis baru yang sekaligus melekat dalam sistem tulisan yang ada. Sementara dari segi budaya lokal yang mewarnai bahasa dan pentas sastra teks WRMPB, kearifan lokal Sasak-Lombok menjadi salah satu fitur penguat dan pengunci teks tersebut. Misalnya, kearifan lokal berupa sesenggak ‘peribahasa’, idiom, dan sejenisnya dipakai untuk mengunci maksud bait-bait tertentu. Ini merupakan wujud kesadaran pengarang bahwa dalam bahasa lokal terkandung nilai-nilai, konsep-konsep, dan ciri-ciri budaya tertentu yang tidak ada pada bahasa lain. Dengan demikian, pengetahuan lokal berperan besar dalam mewadahi totalitas kandungan maksud teks tersebut. Abstract: This study aims to identify the elements that make up the structure and sound of the poetic language of the text of the Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru  (WRMPB) and explain the local cultural trinkets that color the WRMPB text when it is spoken. Methodologically, the data collection methods (both primary and secondary data) in this study include literature study (especially those related to theoretical data), participatory observation, in-depth interviews, recordings, photographs, and transcription-translation. Meanwhile, the data analysis method uses the poetic analysis method proposed by Tedlock (1992), namely making new orthographic conventions and adding them to the existing writing system (from the WRMPB text when it is spoken) followed by intertextual analysis. The results show that from the point of view of the art of sounding the narrative texts, the WRMPB text has new orthographic conventions which are at the same time inherent in the existing writing system. Meanwhile, in terms of local culture that characterizes the language and literary performances of the WRMPB text, the local wisdom of Sasak-Lombok is one of the reinforcing and locking features of the text. For example, local wisdom in the form of proverbs, idioms, and the like is used to lock the meaning of certain verses. This is a manifestation of the author's awareness that the local language contains certain values, concepts, and cultural characteristics that do not exist in other languages. Thus, local knowledge plays a major role in accommodating the totality of the content of the text's intent.
PENGARUH MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI Heru Sudriansyah; Burhanuddin Burhanuddin; Saharudin Saharudin
Paedagoria : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan Vol 13, No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/paedagoria.v13i2.9122

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bermaksud mengetahui pengaruh minat baca terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa di SMAN 1 Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara minat baca terhadap hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Jereweh sejumlah 110 siswa, sehingga sampel penelitian menjadi 86 siswa mengikuti tabel Krejcie dan Morgan dengan taraf kesalahannya 5%. Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang digunakan untuk mendapatkan nilai minat baca dan raport untuk mendapatkan nilai kognitif maupun psikomotorik. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) dianalisis menggunakan bantuan program SPSS 26. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data, dapat diperoleh hasil bahwa minat baca memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia yang lebih rendah daripada probabilitas 0.05.Abstract: This study aims to determine the effect of reading interest on students' Indonesian learning outcomes at SMAN 1 Jereweh, West Sumbawa Regency, West Nusa Tenggara. This study aims to determine the significant influence between reading interest on students' cognitive and psychomotor learning outcomes in Indonesian subjects. The population in this study were 110 students of class XI SMAN 1 Jereweh, so the research sample was 86 students following the Krejcie and Morgan table with an error rate of 5%. This research is a quantitative descriptive with data collection methods using a questionnaire that is used to get the value of reading interest and report cards to get cognitive and psychomotor values. The analytical technique used in this study is Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) analyzed using the SPSS 26 program. Furthermore, based on the results of data analysis, it can be seen that reading interest has a positive and significant influence on Indonesian language learning outcomes which is lower than the probability of reading. 0.05.
WUJUD BUDAYA SASAK DALAM NOVEL SANGGARGURI: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Lalu Yusril Aman; Saharudin; Muh. Khairussibyan
MABASAN Vol. 16 No. 2 (2022): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v16i2.534

Abstract

Tujuan tulisan ini adalah mendeskripsikan wujud budaya Sasak yang terdapat dalam novel Sanggarguri dan menjelaskan fungsi wujud budaya Sasak tersebut bagi masyarakat setempat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan tahapan: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan tiga wujud budaya Sasak dalam novel Sanggarguri, yaitu (1) wujud gagasan berupa sêsênggak, awik-awik atau hukum adat, dan sênggeger; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) yang berupa bêsêlam, ziarah makam, sembeq, pêrêbaq jangkih, bêtabêq dan mênyilaq, mulut adat (maulid Nabi Muhammad secara adat), sêntulak, dan roah; dan (3) wujud artefak (karya/material) berupa tabaq, rantok, tas gêgandek, kêmaliq, bêrugaq (sêkênêm), batu têtandan, tetunjang, opak ambon, ancak, takêpan, sedah lanjaran, pakaian adat Sasak (dodot, sapuq, kemben, cipoq, bêbêt dan bêngkung), tambok dan cêraken, minyak jêlêng, seni musik (gêndang bêleq, rebana barungan (burdah), dan tawaq-tawaq), dan seni tari (rudat). Fungsi dari tiga jenis wujud budaya dalam novel Sanggarguri adalah (1) wujud gagasan berfungsi menggambarkan syariat adat sebagai kritikan terhadap masyarakat Sasak yang sering meninggalkan tradisi dan ritual-ritual adat, menciptakan kedamaian antara manusia dengan alam, dan sebagai sarana berdoa kepada Tuhan; (2) wujud aktivitas (tingkah laku) berfungsi untuk memperkenalkan tentang budaya Sasak, menggambarkan identitas masyarakat Sasak, dan melestarikan budaya Sasak yang sudah mulai hilang; dan (3) wujud artefak berfungsi untuk memperkenalkan budaya material masyarakat Sasak, sebagai perangkat atau perlengkapan dalam acara dan ritual-ritual adat, sebagai roh pada acara adat, sebagai tempat berlangsungnya acara adat atau ritual adat, sebagai pakaian khusus dalam acara adat, sebagai obat, dan sebagai pengisi dalam acara bêgawe ‘pesta’.
PLAGIARISME DAN TEKNIK MENULIS BAGI MAHASISWA PEMROGRAM SKRIPSI PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MATARAM Saharudin Saharudin; Siti Rohana Hariana Intiana; Burhanuddin Burhanuddin; Syaiful Musaddat; Rahmad Hidayat
Jurnal Pepadu Vol 3 No 3 (2022): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.86 KB)

Abstract

Kegiatan pengabdian ini dilatari oleh fakta sosial akademis mengenai banyaknya persoalan plagiarisme yang ditemukan di dalam teks akademik yang diproduksi mahasiswa pemrogram skripsi di Prodi Pendidikan Bahasa san Sastra Indonesia, Universitas Mataram. Di samping itu, persoalan kesalahan menulis teks akademik (proposal skripsi dan laporannya) para mahasiswa pemrogram skripsi pada prodi tersebut adalah sebagian besar terjadi dengan pola dan jenis yang sama. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk menyisipi dan mengatasi kekurangmampuan para mahasiswa pemrogram skripsi di prodi tersebut dalam memahami dan menghindari plagiarisme. Selain itu, untuk memberikan pemahaman terhadap kesalahan yang sering terjadi dalam tulisan mahasiswa dalam menulis proposal skripsi dan laporannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan pengabdian ini (berupa penyuluhan) menggunakan metode ceramah, tanya-jawab, studi kasus, dan demonstrasi. Hasil kegiatan ini telah membuat mahasiswa pemrogram skripsi (pada prodi tersebut) mampu memetakan beberapa faktor penyebab maraknya plagiarisme di kalangan mahasiswa pemrogram skripsi, seperti karena ketidakpahaman ruang lingkup plagiarisme, cara melakukan sitasi, dan ketidakmampuan melakukan parafrase kutipan dengan teknik restate, evaluasi dan sintesis, dll. Selanjutnya, kegiatan penyuluhan ini juga telah berhasil membuat mahasiswa pemrogram skripsi mampu mengklasifikasikan beberapa jenis dan pola kesalahan yang berulang terjadi pada proposal skripsi dan laporannya. Implikasi kegiatan ini adalah mahasiswa dapat memahami berbagai hal terkait plagiarisme dan cara menghindarinya, salah satunya dengan mengusai teknik parafrase kutipan. Bahkan, setelah mengikuti kegiatan ini para peserta mampu membuat matriks kesalahan dan perbaikan dari proposal atau laporan skripsi yang sedang dikerjakannya, baik terkait bagian-bagian tulisan yang teridentifikasi plagiat ataupun yang salah dari segi teknik penulisannya.