Claim Missing Document
Check
Articles

SIMULASI KEKUATAN MONOCOQUE CHASSIS PADA MOBIL HEMAT ENERGI MENGGUNAKAN MATERIAL CARBON FIBER HONEYCOMB CORE Milchan Aby Aufa; Imam Syafaat; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v16i1.3364

Abstract

Kendaraan hemat energi adalah salah satu solusi menghemat persediaan sumber energi yang semakin menipis. Untuk pembuatan kendaraan hemat energi dapat dilakukan dengan modifikasi dengan mengurangi berat total bodi kendaraan dengan menggunakan chasis monocoque berbahan carbon fiber honeycomb core. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembebanan pada variasi ketebalan carbon fiber honeycomb core terhadap distribusi tegangan dan deformasi pada prototype mobil hemat energi tim Aswaja Lintang Samudra dengan variasi ketebalan 10 mm, 9 mm, dan 8 mm menunjukkan perbedaan pada chasis dengan beban yang sama yaitu beban pengemudi sebesar 610,03 N dan beban engine sebesar 264,67 N. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tegangan terbesar pada variasi ketebalan 8 mm diperoleh nilai tegangan sebesar 20,77 N/mm2, tegangan terendah pada variasi ketebalan 10 mm diperoleh nilai tegangan sebesar 16,52 N/mm2. Sementara regangan terbesar pada variasi ketebalan 8 mm diperoleh nilai tegangan sebesar 0,13, tegangan terendah pada variasi ketebalan 10 mm diperoleh nilai regangan sebesar 0,09. Hasil safety factor menunjukkan gaya keseluruhan sebesar 882,7 N yang diberikan pada ketebalan 10 mm masih dibawah angka kekuatan luluh Sy = 70 N/mm2 bodi mobil mengalami deformasi elastis dapat kembali pada bentuk semula, menghasilkan nilai yaitu 4,237. Pada ketebalan 9 mm masih dibawah angka kekuatan luluh Sy = 58 N/mm2 bodi mobil mengalami deformasi elastis dapat kembali pada bentuk semula dan mendapatkan nilai yaitu 3,141. Pada ketebalan 8 mm masih dibawah angka kekuatan luluh Sy = 14 N/mm2 bodi mobil mengalami deformasi elastis dapat kembali pada bentuk semula dan mendapat nilai yaitu 0,674. Semua model dalam penelitian tersebut dapat dikatakan aman karena tegangan, regangan serta safety factor yang didapatkan dari hasil simulasi masih dibawah kekuatan material yang digunakan. Kata kunci: carbon fiber, CFD, mobil hemat energi, monocoque chasis,
ANALISIS PERANCANGAN BUSUR PANAH POLYVYNIL CHLORIDE TIPE RECURVE DI ISI BAMBU DAN RESIN EPOKSI Muhammad Dzulfikar; Nahar Nahar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 15, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v15i1.2653

Abstract

Dalam bidang olahraga tertentu material tradisional tetap bertahan dan hanya sedikit mengalami perubahan material. Topik-topik yang dibahas mencakup teknik percetakan-polimer yang revolusioner. Busur panah mengalami berbagai macam perkembangan. Maka perancangan yang akan diteliti sedikit berbeda dengan menggunakan PVC sebagai bahan material utamanya sedangkan resin dan bambu sebagai pelengkap. Adapun perancangan tersebut, dengan memipihkan PVC. Kemudian dilakukan tiller atau bending dan menimbang busur panah untuk mengetahui bow weight, draw weight dan draw length pada busur panah pada yang memenuhi standard panahan. Nilainya bow weightnya 24,44 lbs, 34,16 lbs, 29,11 lbs, 19,59 lbs . Sementara nilai draw length sepanjang 25,6 inchi, 26,2 inchi , 26,8 inchi, 26,6 inchi. Nilai draw weightnya 26,89 lbs, 32,02 lbs, 37,57 lbs, 21,54 lbs.  Kata kunci: bow, busur panah, pvc, resin, bambu.
PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP KINERJA AC SPLIT Tabah Priangkoso; Nur Edy Santoso; Teguh Apriyanto; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v14i2.2513

Abstract

Refrigerant R-22 yang dipakai untuk AC sangat berperan besar dalam proses penipisan lapisan ozon dan pemanasan global, sehingga mulai dilarang pemakaiannya. R-32 dan R-410A merupakan Refrigerant yang ramah lingkungan untuk pengganti Refrigerant R-22. Tujuan penelitian ini adalah membandingan COP pada AC split menggunakan Refrigerant R-22, R-32 dan R-410A, karena COP merupakan ukuran untuk menilai kinerja suatu AC. Adapun tujuan lain yaitu membandingkan pemakaian daya listrik kompresor ketika menggunakan ketiga jenis Refrigerant tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah melakukan variasi pemakaian bahan pendingin pada AC split ½ PK. Bahan pendingin Refrigerant yang digunakan adalah R-22, kemudian R-32, dan yang terakhir adalah R-410A. Dari hasil penelitian didapatkan pada penggunaan R-22 rata-rata nilai COP adalah 7,11. Pada penggunaan R-32 rata-rata nilai COP adalah 5,23. Sedangkan pada penggunaan R-410A rata-rata nilai COP adalah 4,68. Dari hasil tersebut dilihat bahwa COP R-22 paling besar, sedangkan pemakaian daya listrik kompresor yang menggunakan R-22 paling rendah dibandingkan menggunakan R-32 dan R-410A.Kata kunci: AC, COP, refrigerant
PENGARUH ARAH SERAT PADA SERAT AMPAS TEBU POLYMER COMPOSITES Agus Sabarudin; Sri Mulyo Bondan Respati; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v15i2.3082

Abstract

Analisis Pengerasan Surface Spline Flange Gardan KRD (Kereta Rel Diesel) dengan Metode Quenching Oil Kusuma Wardani; Muhammad Dzulfikar; Agung Nugroho
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 17, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v17i2.5174

Abstract

Baja sebagai bahan spline memiliki kekuatan dan keuletan yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Baja adalah logam paduan dengan besi (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon (C) sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2-2.1% wt. Salah satu baja yang digunakan untuk pembuatan spline adalah baja karbon sedang AISI 1050. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh suhu austenisasi pada proses pengerasan permukaan spline terhadap struktur mikro dan distribusi kekerasan pada spline dengan bahan AISI 1050. spline dihardening dengan suhu austenisasi 700° C, 800° C dan 900° C dengan menggunakan pemanas induksi dengan lama pemanasan 62 detik, 87 detik, 142 detik. Setelah mencapai suhu penelitian dan waktu penahanan spline dicelup dengan media oli. Hasil penelitian menunjukan kekerasan pada spline yang telah dihardening pada suhu 700° C kekerasan permukaan mencapai 400.9 HV, pada suhu 800° C kekerasan permukaan mencapai 450.9 HV, pada suhu 900° C kekerasan permukaan mencapai 597.4 HV. Pengamatan struktur mikro pada suhu 700°C, 800°C dan 900°C, terlihat struktur martensit telah terbentuk akibat proses pendinginan cepat setelah hardening dan bewarna lebih gelap dengan sifat yang lebih getas dan lebih keras.Struktur lain yang terbentuk adalah bainit yang berwarna hitam seperti jarum struktur ini tingkat kekerasannya masih dibawah martensit.
PENGARUH SUHU INJECTION MOULDING TERHADAP MINIMALISASI SINK MARKS PADA MATERIAL LIMBAH PLASTIK ACRYLONITRILE BUTADIENE STYRENE (ABS) Dergo Nurhadi; Helmy Purwanto; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v16i1.3353

Abstract

Plastik merupakan bahan yang terbentuk dari produk polimerisasi sintetik. acrylonitrile butadiene styrene (ABS) merupakan salah satu jenis plastik. ABS dapat dicetak dengan berbagai proses yaitu cetak injeksi, cetak kompresi, ekstrusi, roto moulding, dan thermoforming. Proses injection moulding merupakan teknik yang sering digunakan dalam pembentukan produk berbahan plastik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh temperatur injeksi terhadap cacat sink marks dengan pengujian densitas, uji tarik dan uji struktur makro. Proses injection moulding dilakukan dengan variasi pemanasan menggunakan heater pada temperatur 180°C, 200°C, 220°C, 240°C dan 260°C kemudian diinjeksikan ke dalam cetakan standar ASTM D638 dengan tekanan konstan injeksi 0,68 N/mm2. Sink marks adalah cacat produk berupa penyusutan. Faktor yang mempengaruhi sink marks adalah tekanan, suhu, waktu, dan pendinginan. Hasil pembahasan penelitian ini ada pengaruh suhu injection moulding untuk memperoleh minimum sink marks pada uji densitas, uji tarik dan foto makro. Kata kunci : acrylonitrile butadiene styrene (ABS), Injection moulding, sink mars
PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, FOTO MAKRO DAN MIKRO PADA BAJA ST 37 DENGAN PENGELASAN SMAW UNTUK RANGKA BILLBOARD Bagus Bagaskara; Sri Mulyo Bondan Respati; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 15, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v15i2.3078

Abstract

PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME DAN ARAH SERAT PADA KOMPOSIT MATRIK RESIN POLYESTER BERPENGUAT SERAT PELEPAH LONTAR (BORASSUS FLABELLIFER) DENGAN PERLAKUAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN UJI TARIK Fachri Husaini; Sri Mulyo Bondan Respati; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v16i1.3349

Abstract

Tanaman siwalan atau biasa disebut tanaman lontar adalah salah satu sebuah inovasi terbaru dalam pemanfaatan serat alam yang selama ini belum begitu banyak digunakan, siwalan atau lontar selama ini hanya masih dimanfaatkan pada buah dan daun lontar yang digunakan sebagai kerajinan, untuk pemanfaatan serat lontar belum begitu banyak dimanfaatkan karena belum banyak yang memahami akan kegunaan dan fungsi serat alam atau serat pada pelepah lontar. Dalam penelitian ini serat lontar adalah bahan utama dalam pembuatan komposit selain resin dan katalis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan sebenarnya pada serat pelepah lontar dengan beberapa variasi dengan melakukan pengujian uji tarik pada komposit dengan bahan utama serat lontar, selain itu juga untuk mengetahui kekuatan nodulus elastisitas dan regangan pada komposit tersebut serta mengetahui sifat fisik pada spesimen tersebut dengan melakukan uji makro. Pembuatan komposit berawal dari pengambilan serat dari pelepah lontar yang sudah dipotong-potong sesuai ukuran dan sudah dikeringkan pada sinar matahari, setelah itu serat dilakukan perendaman pada larutan NaOH sebesar 5% selama 120 menit untuk menghilangkan lapisan lignin pada serat, setelah itu melakukan pembuatan spesimen uji tarik dengan variasi fraksi volume serat yang berbeda yaitu variasi fraksi volume serat 0%,5%,10%,15% , serta menggunakan variasi arah serat yang berbeda yaitu arah serat searah dan arah serat acak. Untuk nilai kekuatan rata-rata uji tarik didapat pada variasi fraksi volume serat 15% dan arah serat searah dengan kekuatan tarik sebesar 36,35 MPa, dengan nilai regangan sebesar 6,86%, sedangkan nilai kekuatan tarik terendah didapat pada fraksi volume serat 0% dengan kekuatan uji tarik sebesar 13,05MPa, dengan nilai regangan sebesar 5,32%. Kata kunci: komposit, polyester, serat lontar, uji tarik
ANALISIS KONDISI PEMESINAN IDEAL UNTUK MENCAPAI UMUR OPTIMAL DARI ROUTING CUTTER DIAMETER 32 mm DAN SLOT DRILL 25 mm PADA MESIN CNC DMC 210 U Deni Fajar Fitriyana; Sulardjaka Sulardjaka; Norman Iskandar; Pratama Eka P. S; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v14i2.2514

Abstract

Teknologi pemesinan kecepatan tinggi (high speed machining) merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas disuatu proses pemesinan. Mesin kecepatan tinggi yang digunakan di PT X adalah mesin CNC DMG Mori DMC 210U yang merupakan mesin CNC 5 axis. Namun dalam aplikasinya, mesin DMG Mori DMC 210 U ini masih belum dapat bekerja secara maksimal. Salah satu penyebabnya adalah umur pahat yang belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pemesinan yang sesuai untuk pahat routing cutter (T02) dan pahat slot drill (T31) agar mencapai umur pahat yang optimal berdasarkan data perbandingan nilai teoritis dengan nilai aktual pada mesin CNC DMC 210U. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada pahat routing cutter (T02), umur optimalnya adalah 300 menit sedangkan umur aktualnya adalah 196,41 menit. Pada pahat slot drill (T31), umur optimalnya adalah 350 menit sedangkan umur aktualnya adalah 330,48 menit. Maka dari itu perlu dilakukan penyesuaian kondisi pemesinan agar umur pahat menjadi optimal, dimana kondisi pemesinan yang sesuai untuk pahat routing cutter (T02) yaitu : kecepatan potong (Vc)=1225,31 mm/min, kecepatan spindle (N)= 12200 rpm , feed rate (f)=3660 mm/min , material removal rate= 351,36 cc/min, sedangkan untuk pahat slot drill (T31) yaitu : kecepatan potong (Vc)=1245,14 mm/min , kecepatan spindle (N)= 15862 rpm , feed rate (f)=4758,6 mm/min , material removal rate= 237,93 cc/min .Kata kunci: high speed machining, routing cutter, slot drill, umur pahat
ANALISA KEKUATAN KOMPOSIT SANDWICH KARBON FIBER DENGAN CORE STYROFOAM SEBAGAI MATERIAL PADA MODEL PESAWAT TANPA AWAK (UJI TARIK & UJI BENDING) Dadang Setiyawan; Sri Mulyo Bondan Respati; Muhammad Dzulfikar
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v16i1.3345

Abstract

Perkembangan teknologi di dunia kedirgantaraan semakin maju. Ketergantungan pada bahan buatan yang semakin tinggi menuntut terciptanya inovasi untuk mengembangkan material yang ringan namun tetap kuat tanpa meninggalkan aspek-aspek keselamatan. Perkembangan teknologi komposit makin serius di kembangkan. Salah satunya teknologi komposit dengan material serat inti busa (fiber foam core). Dalam penelitian ini variasi yang digunakan adalah lapisan bagian atas 1 sampai 3 lapisan. Pembuatan material menggunakan metode hand lay-up, spesimen menggunakan standar ASTM D 638 dan ASTM C 393. Pengujian tarik dan bending dengan pengulangan 3 kali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan Bending tertinggi di dapat pada 3 lapisan atas komposit karbon fiber core styrofoam sebesar 605,38 kg/cm2 dan untuk pengujian Bending 702,7 kg/cm2. Kata kunci: Komposit Karbon, Uji Bending, Uji Tarik