Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, prevalensi stunting pada balita masih tinggi, termasuk di Provinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kejadian stunting pada balita suku Serawai di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu.. Pnelitian enggunakan pendekatan deskriptif analitik kuanlitatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian melibatkan 65 ibu balita sebagai responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi buku KMS, lalu dianalisis secara univariat dan bivariate dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia balita 24 bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting (OR=1,29), dan balita dari suku Jawa memiliki kemungkinan 2,23 kali lebih besar mengalami stunting dibandingkan balita dari suku Serawai. Meskipun jenis kelamin dan riwayat penyakit menunjukkan hubungan yang signifikan, kekuatan hubungan relatif lemah. Pangan lokal, jika dimanfaatkan dengan optimal dan disesuaikan dengan budaya setempat, dapat menjadi pendekatan efektif dalam mencegah dan mengatasi stunting. Oleh karena itu, intervensi dengan pendekatan budaya dapat dirancang untuk intervensi gizi yang sensitif terhadap konteks budaya masing-masing suku agar lebih mudah diterima masyarakat.Kata Kunci: balita, Bengkulu, karakteristik, stunting, status gizi, suku Serawai