Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR (BBLR) DAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN Dahliansyah, Dahliansyah; Hanim, Diffah; Halimo, Harsono
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 3, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.341 KB) | DOI: 10.30602/pnj.v3i1.628

Abstract

Gangguan dalam proses pembentukan otak dapat memiliki konsekuensi jangka panjang pada kapasitas struktural dan fungsional otak yang berperan dalam perkembangan beberapa domain termasuk kapasitas kognitif, bahasa dan motorik sensorik seorang balita. Menurut Masten dalam Kattula (2014), faktor dominan yang mempengaruhi kognitif dan pertumbuhan fisik yaitu faktor biologis, yang terdiri dari gizi ibu selama kehamilan, usia kehamilan, berat badan lahir, lamanya menyusui, kekurangan gizi pada anak, adanya infeksi pada masa kanak-kanak. Gangguan perkembangan motorik pada balita dapat diperparah jika bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), serta saat lahir tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) yang dimulai dengan kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Menurut UNICEF dalam Damanik (2016) lebih dari 20 juta bayi (sekitar 15% secara global) lahir dengan BBLR. Adanya interaksi antara ibu, dan anak serta kandungan nilai gizi ASI paling diperlukan dalam proses perkembangan sistem syaraf di otak. Menurut Tasnim (2014), menyusui dapat memberikan dampak positif pada perkembangan kognitif bayi, memiliki Intelligence Quotient (IQ) tinggi dibandingkan bayi yang tidak memperoleh ASI. Investasi dalam pencegahan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Stunting, dan meningkatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berkontribusi dalam menurunkan risiko gangguan penyakit. Pasokan nutrisi yang memadai, pencegahan infeksi, dan kesempatan untuk interaksi sosial, bermain dan stimulasi merupakan beberapa faktor yang berkontribusi positif terhadap pencapaian potensi penuh balita untuk tumbuh dan berkembang . Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ada tidaknya hubungan antara hubungan Berat Badan Lahir (BBLR) dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan perkembangan motorik pada 1000 hari pertama kehidupan
Pemberian Madu Trigona Sp. (Kelulut) Dan Sari Jeruk Siam Sambas Terhadap Kadar Hemoglobin Darah (Hb) Ibu Hamil Dahliansyah Dahliansyah; Yanuarti Petrika
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v6i1.1630

Abstract

Anemia of pregnant women is at risk of increasing abnormal labor, the risk of maternal infection, and the tendency of bleeding which will have an impact on maternal and infant mortality. Bees (Trigona sp) are known to produce honey that contains vitamin C, functions as an antibiotic, antitoxin, antioxidants and to enhance the body's immune system, as well as the content of vitamin A, iron (Fe), and vitamin B12 which functions as the formation of red blood cells and hemoglobin prevents anemia. The purpose of this study was to analyze the effect of giving Trigona sp. Honey. (Kelulut) and Sambas Siam against the blood hemoglobin (Hb) levels of pregnant women. The Pre-Experiment Designs research method was using the Non-Randomized One Group Pretest-Postest Design, in which a group was given the treatment of Trigona sp Honey and Sambas siamas orange juice and then the results were observed, and the pretest and posttest were conducted. The subjects of this study were third-trimester pregnant women in the work area of the Karya Mulya Public Health Center. The sample in this study was 30 pregnant women. The sampling technique uses purposive sampling method, data analysis uses a paired t-test. The results showed that there was a significant influence in the administration of Trigona sp. Honey. (Kelulut) and Siam Sambas Oranges to increase blood hemoglobin (Hb) levels in pregnant women with Sig. (2-tailed) obtained 0,000 <0.005. Conclusion giving honey Trigona sp. (Kelulut) and Siam Sambas to pregnant women can increase blood hemoglobin (Hb) levels.
Analisis Zat Gizi Mikro dan Tinggi Badan Ibu Balita terhadap Kejadian Stunting di Daerah Gambut dan Aliran Sungai Dahliansyah Dahliansyah
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v7i1.2490

Abstract

The issue of hindering can be impacted by the insufficient and incessant quality and amount, both small scale and large scale, particularly from the hatchling to the age of 2 a long time, and wiped out children. The frequency of hindering can too be caused by hereditary variables (heredity) where the hereditary message gotten by children from guardians put away in Deoxyribose Nucleic Corrosive (DNA) will show the physical shape and potential of the child, even though this figure is the as it were a figure that decides the baby's development and advancement. This thinks about points to decide the micronutrient status and only the mother's stature with the hindering rate in peat and waterway bowl regions. This thinks about is an expository plan with a case-control plan between peat zones and waterway streams, with a review approach to hindering chance variables. The number of tests is 100 children beneath five with 50 cases and 50 controls. Factual examination to be carried out incorporates univariable, bivariable examination with Calculated Relapse. The comes about appeared that there was a critical relationship (p<0.05) between micronutrients and hindering in peat ranges and riverbanks. Little children in peat and riverbank zones who encounter micronutrient admissions have 0.24 times and 5.8 times the chance of encountering hindering. There was no critical relationship between maternal stature (TB) and the rate of hindering in both peat and watershed ranges (p>0.05). In any case, moms of little children with TB < 150 cm were cut 1.7 times in peat zones and 0.54 times in watersheds to grant birth to hindering little children. Conclusion. There's a noteworthy relationship between micronutrient status and no noteworthy relationship between maternal stature status and hindering in peat ranges and waterway flows.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Status Gizi, dan Kejadian Diare dengan Perkembangan Motorik pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Dahliansyah Dahliansyah; Diffah Hanim; Harsono Salimo
Sari Pediatri Vol 20, No 2 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.144 KB) | DOI: 10.14238/sp20.2.2018.70-8

Abstract

Latar belakang. Pemberian ASI tidak eksklusif dapat menyebabkan risiko kesehatan pada bayi, yaitu penyimpangan perkembangan motorik, serta kejadian diare. Gerakan 1000 HPK, ditujukan untuk mencegah malnutrisi dari awal kehamilan sampai anak usia 2 tahun. Tujuan. Penelitian ini untuk menganalisis hubungan pemberian ASI ekslusif, status gizi, dan kejadian diare dengan perkembangan motorik pada 1000 HPK.Metode. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki anak baduta (>6-24) bulan. Variabel dependen adalah perkembangan motorik, sedangkan independen adalah ASI eksklusif, status gizi, dan kejadian diare. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Jumlah subjek 138 baduta, usia >6-24 bulan dipilih secara porposive sampling. Data ASI eksklusif didapat dari buku KIA/KMS, status gizi dengan pengukuran antropometri, kejadian diare didapat berdasarkan wawancara langsung, dan data perkembangan motorik dengan kuesioner KPSP, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi square dan Regresi Logistik.Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif selama periode 1000 HPK dengan perkembangan motorik baduta (>6-24) bulan (OR=0,45;IK95%=0,21-0,99;p=0.046). Tidak terdapat hubungan antara status gizi selama periode 1000 HPK dengan perkembangan motorik baduta (>6-24) bulan. Tidak terdapat hubungan antara kejadian diare selama periode 1000 HPK dengan perkembangan motorik baduta(>6-24) bulan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa baduta (>6-24) bulan yang tidak diberi ASI eksklusif selama periode 1000 HPK, berisiko 0,45 kali mengalami gangguan perkembangan motorik.Kesimpulan. Pemberian ASI eksklusif kepada baduta (>6-24) bulan selama periode 1000 HPK, memengaruhi perkembangan motorik.
Riwayat posyandu dan asi eksklusif dengan kejadian stunting anak usia 6-59 bulan di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontia Dahliansyah Dahliansyah; Martinus Ginting; Desi Desi
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 2 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i2.4305

Abstract

Latar belakang: Stunting merupakan indikasi buruknya status gizi dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Tujuan: menganalisis riwayat posyandu dan ASI eksklusif dengan kejadian stunting anak usia 6-59 bulan di Wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Metode: Observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei  tahun 2019. Tempat penelitian di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Populasi penelitian ini adalah semua balita usai 6-59 bulan di wilayah Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak. Jumlah sampel pada Penelitian ini berjumlah 94 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Hasil: Sebagian besar balita berusia 37-60 bulan sebanyak 47,9 %, 51,1% berjenis kelamin laki-laki dan 81,9% pekerjaan orang tua swasta. Ada hubungan signifikan antara keaktifan ke Posyandu dengan kejadian stunting. Balita yang aktif ke posyandu setiap bulan memiliki peluang 0,3 kali tidak mengalami stunting dibandingkan dengan yang tidak aktif ke posyandu (OR=0,348 CI95% = 0,126 to 0,959). Ada hubungan signifikan antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting, balita yang diberi ASI selama 6 bulan berpeluang 0,83 kali tidak mengalami stunting dibandingkan dengan yang diberi ASI secara eksklusif. Kesimpulan Terdapat hubungan yang bermakna antara keaktifan ibu ke Posyandu dan ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-59 Bulan.Background: Stunting is an indication of poor nutritional status and is used as a long-term indicator for child malnutrition. Objective:  was to find out the history of Posyandu and Exclusive ASI with Stunting Occurrence of Children Aged 6-59 Months in the District of Siantan Hulu, Pontianak. Method: used is analytic observational with cross sectional design. This research was conducted in May 2019. The research site was in the Siantan Hulu Kelurahan of Pontianak City. The population of this research is all children under five after 6-59 months in the region of Kelantan Siulu, Pontianak. The number of samples in this study amounted to 94 people using purposive sampling technique. Results: most of the children aged 37-60 months were 47.9%, 51.1% were male and 81.9% were private parents. There was a significant relationship between activeness to Posyandu and stunting. Toddlers who are active in posyandu every month have a 0.3 times chance of not experiencing stunting compared to those who are not active in posyandu (OR = 0.348 CI95% = 0.126 to 0.959). There was a significant relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting, toddlers who were breastfed for 6 months were 0.83 times less likely to experience stunting compared to those who were exclusively breastfed. Conclusion: There is a significant relationship between the activity of mothers in Posyandu and exclusive breastfeeding with the incidence of Stunting Children 6-59 Months.
Strategy For Improving The Performance of State Civil Service In Developing Employee Performance Targets In The Government Environment of Tanah Bumbu District Dahliansyah Dahliansyah; Andi Tenri Sompa; M. Riduansah Syafari
International Journal of Politic, Public Policy and Environmental Issues Vol. 1 No. 02 (2021)
Publisher : Wadah Inovasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.264 KB) | DOI: 10.53622/ij3pei.v1i02.26

Abstract

This study aims to describe the strategy of improving the State Civil Apparatus (SCA) performance in preparing Employee Performance Targets (EPT) within the Tanah Bumbu Regency Government. This research is motivated by the low ability of SCT in the practice of EPT in the Tanah Bumbu Regency Government. Through this research, it is hoped that strategies that have been carried out can be identified, evaluated, and provide recommendations for systems that can be used. The theory used to answer the problem is the theory of employee performance improvement strategies in EPT preparation. This research method uses a qualitative approach with a descriptive research type. The research subject is the Head of Human Resources Agency of Tanah Bumbu Regency. The research locus, namely Human Resources Agency as the best agency in preparing EPT, and the Health Office as the lowest agency to prepare EP. The data collection type is primary and secondary data, and data collection techniques are carried out through interviews, documentation, and observation. This study indicates that the Human Resources Agency applies a strategy to create a harmonious organizational climate and effective leadership. In contrast, the Health Office involves a pleasant organizational environment, effective leadership, and career development. Based on the comparisons made, the Department of Health needs to optimize the strategies that have been carried out. The suggestions that can be given to the Tanah Bumbu Regency Government are to improve the performance of SCT in the preparation of EPT by optimizing the strategy of creating a harmonious organizational climate, maximizing the role of effective leadership, and developing ASN careers
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA Mellenia Dwiari Andya; Sopiyandi Sopiyandi; Didik Hariyadi; dahliansyah dahliansyah
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 5, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/pnj.v5i2.1092

Abstract

Remaja adalah orang muda yang berusia antara 10-19 tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan yang mulai berpikir kritis, namun masih dipengaruhi oleh kondisi emosi yang masih labil. Remaja mulai mencari perhatian dalam lingkungannya sebagai upaya mendapatkan status dan peranan. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Salah satu faktor determinan status gizi adalah faktor kebiasaan makan pada diri seseorang dan lingkungan sekitarnya.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji beberapa hasil penelitian dan jurnal-jurnal dengan tema hubungan aktivitas fisik dan pola makan terhadap status gizi pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode literature review yang menekan pada ulasan rangkuman dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka. Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan aktivitas fisik dan pola makan terhadap status gizi pada remaja. Remaja diharapkan lebih memperhatikan lagi pola makan dan aktifitas fisik supaya tidak mempengaruhi status gizi.
Substitusi Mie Sumber Zat Gizi Mikro Bahan Pangan Lokal Lahan Gambut terhadap Daya Terima Balita Underweight Umur 24-59 Bulan: Substitution of Noodles as a Source of Micronutrients for Local Peatland Food Ingredients on the Acceptability of Underweight Toddlers Age 24-59 Months Dahliansyah Dahliansyah; Didik Hariyadi; Desi Desi
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol. 8 No. 3 (2022): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v8i3.4123

Abstract

Nutritional problems are still a serious impact on the quality of human resources in Indonesia, especially the problem of double nutrition in children under five. Underweight is one of the serious nutritional problems that need to be addressed in addition to stunting. The handling of undernourished children under five is done by providing additional food (PMT). One of the local ingredients that can be made is dry noodles, which are high in micronutrients. Making noodles can be modified from local ingredients, including yellow sweet potato where sweet potato (Ipomoea batatas L) is a type of tuber that has many advantages. Noodles can be enriched with nutrients by adding micronutrients sourced from local peatlands, namely snakehead fish and red ferns. Snakehead fish has a protein content of 25.2%, and contains albumin 62.24 g/kg (6.22%). While the red fern contains the minerals Calcium and Iron 291.32 mg per 100 mg of material, allowing it to prevent anemia. This study aims to determine the Substitution of Noodles Source of Micronutrients Local Food Ingredients on Peat Land on Nutritional Quality and Acceptability of Underweight Toddlers Age 24-59 Months in the District of Rasau Jaya. The design of this research is pure experimental (true experiment. The number of panelists is 30 people. Statistical test using Friedman statistical test to analyze the differences in substitution of yellow sweet potato, snakehead fish and red fern on organoleptic quality (color, taste, aroma, and texture). Test results acceptability based on the average amount according to color, aroma, taste, and texture on dry noodles as a whole obtained the highest results in treatment 1, namely F1 with a total of 451. The best value was obtained in treatment P1, where the best treatment was the treatment with the highest NP value, namely P1 of 0.78 with the following characteristics: color 3.83 (somewhat like), aroma 3.97 (somewhat like), taste 3.53 (somewhat like), texture 3.53 (somewhat like), Like) Friedman test results showed that there was no effect of the addition of yellow sweet potato, snakehead fish extraction and red fern extraction on d I accept the color, taste, aroma and texture of dry noodles.
Porsi, Frekuensi, Bentuk dan Usia Pemberian MP - ASI yang Tidak Tepat Berisiko Mengalami Diare: Kasus Kontrol Yanuarti Petrika; Dahliansyah Dahliansyah; Desi Desi; Suaebah Suaebah
JURNAL KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG Vol 10, No 2 (2022): JKP Desember 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32922/jkp.v10i2.456

Abstract

Latar belakang: Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematian masih tinggi pada bayi dan anak-anak Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini akan menyebabkan bayi mudah terkena diare sebab sisem pencernaan bayi umur 0-6 bulan masih belum matur/sempurna dan belum siap menerima berbagai jenis makanan.Tujuan: Menganalisis risiko dari porsi, frekuensi, bentuk dan usia pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) terhadap kejadian diare pada anak usia 7 – 59 bulan.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan rancangan case control. Lokasi penelitian adalah di Wilayah kerja puskesmas Sungai Raya Dalam. Sampel pada penelitian ini adalah anak yang menderita diare akut usia 7 – 59 bulan sebesar 40 kasus dan 40 kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square.Hasil: usia pemberian MP-ASI yang tidak tepat berpeluang 2,33 kali lebih besar untuk terkena diare. Anak dengan frekuensi pemberian MP-ASI tidak tepat berpeluang 1,42 kali lebih besar untuk terkena diare. Anak dengan porsi pemberian MP-ASI yang tidak tepat berpeluang 3,86 kali lebih besar untuk terkena diare.Kesimpulan: Usia pemberian, frekuensi pemberian, bentuk dan porsi pemberian MP-ASI yang tidak tepat pada balita usia 7-59 bulan memiliki risiko atau berpeluang besar mengalami diare.
HUBUNGAN KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN, PRAKTIK PEMBERIAN MAKANAN, HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN DAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STUNTING Didik Hariyadi; Martinus Ginting; Rezza Dewintha; Dahliansyah Dahliansyah
Pontianak Nutrition Journal (PNJ) Vol 6, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/pnj.v6i1.1144

Abstract

Sambas merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat memiliki berbagai masalah kesehatan, salah satunya terjadinya stunting pada balita. Penyebab stunting menurut hasil evaluasi program Kemeterian Kesehatan adalah praktek pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas, masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi, dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan ketersediaan bahan pangan, praktik pemberian makanan, hygiene sanitasi lingkungan dan asi eksklusif terhadap kejadian stunting di wilayah perbatasan dan kepulauan kabupaten sambas. Metode penelitian studi case control, populasi adalah balita usia 24-59 bulan dan sampel sebanyak 200 orang. Lokasi penelitian di kabupaten Sambas. Hasil penelitian tidak ada hubungan yang bermakna (p≥0,05) antara IMD dengan kejadian stunting di wilayah dataran tinggi, sedangkan wilayah pesisir terdapat hubungan yang bermakna (p≤0,05). tidak ada hubungan yang bermakna (p≥0,05) antara praktik pemberian ASI dengan kejadian stunting baik di wilayah dataran tinggi maupun di wilayah  pesisir. tidak ada hubungan yang bermakna (p≥0,05) antara praktik pemberian makan dengan kejadian stunting baik di wilayah dataran tinggi maupun di wilayah  pesisir. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara IMD, ASI ekskluif dan Praktik Pemberian makanan dengan kejadian stunting baik di wilayah dataran tinggi maupun di wilayah  pesisir.