Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Psychological Well-Being dengan Pengasuhan Wali Pemasyarakatan dan Criminal Thinking Anak Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Palembang Nata Mulia Hammami; Umar Anwar
JURNAL PARADIGMA : Journal of Sociology Research and Education Vol. 5 No. 1 (2024): (JUNI 2024) JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education
Publisher : Labor Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/jpjsre.v5i1.7818

Abstract

Permasalahan dalam hal kesejahteraan psikologis anak sangatlah beragam. Termasuk anak yang berada di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Anak yang menjalankan masa pidana di LPKA akan memengaruhi proses kesejahteraan psikologis. Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu melihat bagaimana hubungan psychological well-being dengan pengasuhan wali pemasyarakatan dan criminal thinking 60 anak yang berada di LPKA Kelas I Palembang. Psychological well being menurut Ryff  didefinisikan sebagai kondisi individu yang mencakup lebih dari sekadar bebas dari masalah atau tekanan mental. Criminal thinking atau pemikiran kriminal merupakan sebuah pemikiran serta proses yang mendorong seseorang untuk inisiasi dan pemeliharaan kebiasaan suatu tindakan yang melanggar hukum. pengasuhan menurut diartikan  sebagai pola interaksi untuk memengaruhi tindakan dan karakter anak yang bervariasi. Terdapat hubungan antara psichological well-being anak dengan criminal thinking  dengan nilai signifikasi korelasi product moment  0,01. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara psychological well-being dengan pengasuhan yang diberikan wali pemasyarakatan dengan nilai signifikasi 0,64. Korelasi yang terjalin antara psychological well-being dengan criminal thinking yaitu korelasi positif. Artinya semakin baik psychological well-being anak maka semakin besar pola pemikiran kriminal anak tersebut.
Legal Protection For Key Witnesses In Handling Police Murder Cases In The Police Institution Of The Republic Of Indonesia (Case Study Of The Murder Of Brigadier Nofriansyah Joshua Hutabarat) Umar Anwar; Muhammad Nur Islami; Markus Marselinus Soge; Budi Priyatmono
卷 6 编号 1 (2023): Journal of Correctional Issues (JCI)
Publisher : Polteknik Ilmu Pemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52472/jci.v6i1.365

Abstract

The emergence of the murder case of Brigadier Nofriansyah Joshua Hutabarat or Brigadier J exposed the mafia in the National Police Agency whose name was Inspector General Ferdy Sambo as the main perpetrator. This condition stems from the key witness Bar Richard Eliezer Pudihang Lumiu or Bharada E who uncovered all these cases and other names. This became a big problem for Bharada E because of the threat to his security as a key witness in the murder incident. It is important to carry out this research in order to determine the legal protection of key witnesses in uncovering the case of Brigadier J's murder. The research method used is a case study and normative juridical. The result of the analysis is that legal protection for key witnesses must be carried out by the state. The Witness and CVictim Protection Agency (LPSK) provides special protection to key witnesses in maintaining the security of themselves, their families and those who are close to key witnesses. The conclusion is the key that must be protected in dismantling and maintaining the safety of himself and his family.
Hubungan Psychological Well-Being dengan Pengasuhan Wali Pemasyarakatan dan Criminal Thinking Anak Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Palembang Nata Mulia Hammami; Umar Anwar
JURNAL PARADIGMA : Journal of Sociology Research and Education Vol. 5 No. 1 (2024): (JUNI 2024) JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education
Publisher : Labor Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/jpjsre.v5i1.7818

Abstract

Permasalahan dalam hal kesejahteraan psikologis anak sangatlah beragam. Termasuk anak yang berada di dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Anak yang menjalankan masa pidana di LPKA akan memengaruhi proses kesejahteraan psikologis. Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu melihat bagaimana hubungan psychological well-being dengan pengasuhan wali pemasyarakatan dan criminal thinking 60 anak yang berada di LPKA Kelas I Palembang. Psychological well being menurut Ryff  didefinisikan sebagai kondisi individu yang mencakup lebih dari sekadar bebas dari masalah atau tekanan mental. Criminal thinking atau pemikiran kriminal merupakan sebuah pemikiran serta proses yang mendorong seseorang untuk inisiasi dan pemeliharaan kebiasaan suatu tindakan yang melanggar hukum. pengasuhan menurut diartikan  sebagai pola interaksi untuk memengaruhi tindakan dan karakter anak yang bervariasi. Terdapat hubungan antara psichological well-being anak dengan criminal thinking  dengan nilai signifikasi korelasi product moment  0,01. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara psychological well-being dengan pengasuhan yang diberikan wali pemasyarakatan dengan nilai signifikasi 0,64. Korelasi yang terjalin antara psychological well-being dengan criminal thinking yaitu korelasi positif. Artinya semakin baik psychological well-being anak maka semakin besar pola pemikiran kriminal anak tersebut.
Penerapan Model Risk-Need-Responsivity (RNR) sebagai Sistem Perlakuan Narapidana Tindak Pidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakaran Narkotika Kelas IIA Jakarta Rahel Dellavany Sinambela; Umar Anwar
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 4 No. 1: Desember 2024
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v4i1.7422

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Penerapan Model Risk-Need-Responsivity (RNR) sebagai sistem perlakuan narapidana tindak pidana narkotika di Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta. Model RNR yang berbasis pada tiga prinsip utama yaitu risiko, kebutuhan, dan responsivitas dianggap efektif dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko serta kebutuhan narapidana, juga menyesuaikan intervensi yang diberikan sehingga dapat mengurangi tingkat residivisme. Meskipun prinsip-prinsip RNR telah diterapkan, pelaksanaan di lapas masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya, kelebihan kapasitas, dan kurangnya pelatihan bagi petugas pemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan petugas lapas, psikolog, dan narapidana, serta analisis dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun asesmen risiko dan kebutuhan serta bentuk intervensi telah dilakukan, banyak narapidana yang tidak mendapatkan program rehabilitasi yang sesuai dengan hasil asesmen mereka. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan agar Lapas Narkotika Kelas IIA Jakarta meningkatkan pelatihan bagi petugas, mendiversifikasi program rehabilitasi, dan memastikan alokasi anggaran yang memadai untuk mendukung penerapan model RNR. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penerapan model RNR dapat berjalan lebih efektif, berkontribusi pada reintegrasi sosial narapidana, dan mengurangi tingkat residivisme di kalangan pengguna narkotika
Program Pembinaan Kemandirian dalam Meningkatkan Keterampilan Kerja bagi Narapidana Asimilasi dalam di Lapas Kelas IIB Biak Panus Yuwono K Kawer; Umar Anwar
Indonesian Research Journal on Education Vol. 4 No. 4 (2024): irje 2024
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/irje.v4i4.1314

Abstract

Penelitian ini berjudul "Program Pembinaan Kemandirian dalam Meningkatkan Keterampilan Kerja bagi Narapidana Asimilasi di Lapas Kelas II B Biak". Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas program pembinaan kemandirian yang dilaksanakan di Lapas Kelas II B Biak dalam meningkatkan keterampilan kerja narapidana yang sedang menjalani proses asimilasi. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pembinaan kemandirian memiliki dampak positif terhadap peningkatan keterampilan kerja narapidana. Pelatihan yang diberikan mencakup keterampilan teknis dan aspek psikososial, seperti peningkatan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Namun, terdapat beberapa kendala dalam implementasi program, termasuk keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, serta perbedaan karakteristik narapidana yang mempengaruhi efektivitas pelatihan. Dari hasil analisis, disarankan agar pihak Lapas dan UPTD LLK UKM Biak meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperluas akses terhadap sumber daya dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, penting untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembinaan guna mengurangi stigma sosial terhadap narapidana. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa program pembinaan kemandirian tidak hanya berfungsi sebagai upaya rehabilitasi, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang dalam perbaikan sosial dan ekonomi bagi narapidana. Melalui pendekatan berbasis keterampilan, diharapkan narapidana dapat reintegrasi ke dalam masyarakat dengan lebih baik setelah menyelesaikan masa hukuman mereka.