Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Pendidikan Geografi (Berkala)

IDENTIFIKASI BENTUK EROSI TANAH MELALUI INTERPRETASI CITRA GOOGLE EARTH DI WILAYAH SUMBER BRANTAS KOTA BATU Rudi Hartono
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 21, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1032.664 KB) | DOI: 10.17977/pg.v21i1.5422

Abstract

Abstrak: Erosi tanah adalah penyumbang terbesar dari terjadinya degradasi lahan. Citra penginderaan jauh google earth merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia dalam penelitian erosi tanah. Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor/erosi. Berdasarkan hasil kajian dari peta kontur, ketinggian, geologi dan jenis tanah serta vegetasi yang ada di wilayah berlereng (kemiringan diatas 50%) untuk kawasan rawan bencana di Kota Batu yang perlu dikendalikan secara ketat adalah laju erosi tanah yang mengancam terutama lahan pertanian. Beberapa tahun yang lalu kondisi lahan di Junggo Bumiaji Batu masih berfungsi sebagaimana mestinya tidak ada ahli fungsi lahan seperti sekarang. Tetapi, karena pertambahan masyarakat di Sumberbrantas mengakibatkan sebagian dari hutan dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Interpretasi citra satelit merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam kajian geografi. Citra satelit yang ada di google earth merupakan mosaic citra dari hasil pengin-deraan jauh yang diperoleh menggunakan satelit yang mengorbitkan ke angkasa luar, untuk aplikasi dalam bidang cuaca, pertanian, kehutanan, pemetaan sumberdaya alam, kajian bencana alam, lingkungan dan kelautan. Dari penggunaan citra google earth ini dapat diinterpretasi bentuk erosi lembar, erosi alur dan ero-si parit.Keywords: identifikasi, bentuk erosi tanah, citra goole earth
Pemetaan Potensi Sumber Daya Manusia Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kotamadya Malang Rudi Hartono
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 5, No 2 (1998)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v5i2.2017

Abstract

Pembangunan di suatu wilayah tidak dapat mengabaikan potensi yang dimiliki oleh wilayah yang menjadi sasaran pembangunan. Potensi wilayah dapat berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan potensi sumber daya manusia di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kotamadya Malang. Metode pemetaan yang diterapkan metode pemetaan koroplet dengan alasan bahwa data yang dipetakan berupa data penyebaran. Pengumpulan data primer dilakqkan dengan cara wawaneara terhadap pegawai kelurahan dan dengan mencatat data monografi desa. Sedangkan data prasarana fisik dilakukan dengan cara observasi untuk cheking lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 7 RW yang terdapat di Kelurahan Sumbersari memiliki perbedaan yang nyata. Secara sistematis perbedaan tersebut dapat dibaca secara cepat clan mudah setelah disajikan dalam bentuk peta potensi sumberdaya manusia.
IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI POTENSI LAHAN TAMBAK DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN LUMAJANG Agus Purnomo; Rudi Hartono; Bagus Setiabudi Wiwoho
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 16, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.086 KB) | DOI: 10.17977/pg.v16i1.5546

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik lahan pesisir yang berpotensi untuk lahan tambak di Kabupaten Lumajang dan bagaimanakah persebaran lahan yang berpotensi untuk lahan tambak di Kabupaten Lumajang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Parameter yang digunakan dalam mengidentifikasi potensi lahan tambak adalah tipe pantai, kemiringan lereng,kualitas fisik tanah/ tekstur tanah, jenis tanah, kualitas air, kondisi hidrologi, jalur hijau/ wilayah konservasi, dan jumlah curah hujan rata-rata tahunan dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan unit analisis peta satuan medan yang merupakan hasil ”overlay”dari peta jenis tanah dengan peta kemiringan lereng. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan komparatif.Kata kunci : pesisir, potensi lahan tambak, persebaran potensi
Prognosis Bentang Lahan Daerah yang Terkena Bencana Letusan Gunung Merapi Jangka Waktu 5-10 Tahun Rudi Hartono
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 3, No 1 (1996)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v3i1.1910

Abstract

Letusan gunung Merapi pada tangga1 22 November 1994, menurut seksi Penyelidikan Gunung Merapi (POM) tidak terjadi secara mendadak. Tanda-tandanya sudah terbaca sejak 7 bulan sebelumnya. Awan panas atau nuee ardente telah mengakibatkan jatuhnya korban sebanyak 50 orang lebih. Letusan Gunung Merapi mempunyai ciri khas yaitu ditandai dengan longsoran kubah lava yang diikuti pertumbuhan kubah lava berikutnya. Keadaan ini telah berlangsung sejak 200 hihgga 300 tahun yang lalu. Lava Merapi bersifat liat sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya sumbat lava. Seperi sifat bencana alam pada umumnya, letusan Merapi telah mengakibatkan perubahan pada bentang lahan. Untuk mengetahui bagaimanakah keadaan dan perkiraan ekosistem bentang lahan daerah bencana itu di masa yang akan datang, maka pedulah dilakukan prognosis. Prognosis berarti peramalan senega bentang lahan dan basil di masa depan, serta akibat dari dampak alami yang terjadi pada bentang lahan tertentu. Unsur-unsur ekosistem bentang lahan yang dibahas dalam prognosis ini ialah: (1) iklim, (2) geologi, (3) geomorfologi, (4) tanah, (5) air, (6) vegetasi dan (7) pengaruh manusia. Dari hasil prognosis diperkirakan keadaan ekosistem bentang lahan daerah bencana akan kembali seperti semula setelah 15 tahun kemudian dihitung dari saat terjadinya letusan. Bencana letusan telah mengubah ekesistem bentang lahan. Untuk tumbuhan tingkat rendah, seperti jamur, lumut dan rumput-rumputan dalam waktu 6 bulan diperkirakan sudah akan tumbuh.
Pertumbuhan Permukiman Baru di Kotamadya Malang Dilihat dari Lokasinya Terhadap Jalan Kolektor, Pusat Kota, dan Kemiringan Lahan Rudi Hartono
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 5, No 1 (1998)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v5i1.1988

Abstract

Sebagai akibat dari pembangunan, saat ini per­tumbuhan pemukiman baru di Kotamadya Malang banyak mengubah lahan subur menjadi kawasan pemukiman sehingga lahan di sekitar jalur jalan raya (arteri) umumnya menjadi incaran para investor untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemiringan lahan dan jalur jalan kolektor serta jalan arteri terhadap pertumbuhan permukiman baru di Kotamadya Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah membandingkan peta kelas kemiringan lereng, peta jaringan jalan, dan peta penyebaran permukiman baru di Kotamadya Malang pada skala yang sama. Sampel penelitian adalah permukiman baru yang ada di Kotamadya Malang dan penentuannya dilakukan secara area sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permukiman baru di Kotamadya Malang yang menempati kawasan topografi miring (lereng kelas ll) seluas 150,14 hektar atau sekitar 55,75 %; lereng berbukit (lereng kelas N) seluas 32,81 hektar atau 12.18 %, paling sempit di antara kelas lereng yang ada. Jarak terjauh permukiman baru terhadap jalan kolektor adalah 1,5 kilometer, sedangkan jarak terdekat adalah 0,1 kilometer, yaitu permukiman Bukit Hijau Permai. Adapun jarak rata-rata permukiman baru terhadap jalan kolektor terdekat ialah 0,57 kilometer. Dari analisis peta diketahui bahwa kawasan yang kepadatan jalannya rendah jarang dijumpai permukiman baru, tetapi tersedianya jalan, walaupun kondisinya jelek akan mendorong dibangun permukiman.