Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Analisis Pengendalian Persediaan Obat Bpjs Dengan Metode Analisis ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Dan Reorder Point (ROP) Melizsa Melizsa; Frida Kasumawati; Enung Nuryamin
Edu Masda Journal Vol 5, No 1 (2021): Edu Masda Journal Volume 5 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v5i1.118

Abstract

Hermina Ciputal Hospital is include the hospital that implement the BPJS program. From March 2014 to Desember 2019 there has been a marked increase in the number of patients. This increase was followed by the increasing need for BPJS medicines. The use of Indonesia-Case Based Group (INA-CBGs) tariffs requires efficient and affective services, including in the procurement of BPJS drugs. This type of research is operational research that aims to determine the value of drug use and investment, the optimum order amount and the time of reorder. The data used in this study are primary data optained from interviews and observations and secondary data obtained through the study of documents related to research. The subjects of the study were the Head of Pharmacy installation and Person in Charge of Pharmaceutical Supplies Management at Ciputat Hermina Hospital. BPJS drug inventory control at the PharmacyInstallation at Hermina Ciputat Hospital is done through stock taking, stock cards, defect books and monthly reports. But not yet using special control methods, both for priority types of supplies, the number of orders and when ordering drugs. From the results of the study through ABC analysis there are 17 types of drugs that are classified as group A that need to be prioritized in inventory control. Based on the Economic Order Quantity (EOQ) method, the optimum order quantity for these 17 drugs varies from 62-54 items. Based on the Reorder Point (ROP) method, it is obtained that the reorder time varies from 66-5555 items. Based on the results of the study, it is suggested to the Pharmacy Installation of Hermina Ciputat Hospital to apply the Economic Order Quantity (EOQ) and Reorder Point (ROP) method to BPJS group A drugs to avoid stock out and purchasing cito.Keywords: BPJSABC analysisEconomic Order QuantityReorder PointABSTRAK Rumah Sakit Hermina Ciputat adalah salah satu rumah sakit yang menerapkan program BPJS. Sejak Maret 2014 sampai Desember 2019 telah terjadi kenaikan jumlah pasien secara signifikan. Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan kebutuhan obat-obatan BPJS. Penggunaan tarif Indonesian- Case Based Group (INA-CBGs) menuntut pelayanan yang efisien dan efektif, termasuk dalam pengadaan obat BPJS. Jenis penelitian ini adalah operasional research yang bertujuan untuk mengetahui nilai pemakaian dan investasi obat, jumlah pemesanan optimum dan waktu pemesanan kembali. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang di peroleh dari wawancara dan observasi serta data sekunder yang diperoleh melelui telaah dokumen terkait penelitian. Subjek dari penelitian ini Kepala Instalasi Farmasi dan Penanggung Jawab Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RS Hermina Ciputat. Pengendalian persediaan obat BPJS di Instalasi Farmasi RS Hermina Ciputat dilakukan melalui stock opname, kartu stok, buku defekta dan laporan bulanan. Namun belum menggunakan metode pengendalian khusus, baik untuk prioritas jenis persediaan, jumlah pemesanan maupun waktu pemesanan obat. Dari hasil penelitian melalui analisis ABC, terdapat 17 jenis obat yang tergolong kelompok A yang perlu di prioritaskan dalam pengendalian persediaan. Berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) jumlah pemesanan optimum untuk 17 obat tersebut bervariasi mulai dari 62 – 546 item. Berdasarkan metode Reorder Point (ROP) diperoleh waktu pemesanan kembali yang bervariasi mulai dari 66 – 5555 item. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada Instalasi Farmasi RS Hermina Ciputat sebaiknya melakukan penerapan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) pada obat BPJS kelompok A untuk menghindari stock out dan pembelian cito.
Analisis Sanitasi Lingkungan, Tindakan Pencegahan dan Kejadian DBD (Demam Berdarah Dengue) di Kecamatan Tapos, Kota Depok Frida Kasumawati; Holidah Holidah; Fenita Purnama Sari Indah; Sucipto Sucipto
Edu Masda Journal Vol 3, No 2 (2019): Edu Masda Journal Volume 3 Nomor 2
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v3i2.41

Abstract

The number of patients and the extent of the spread of dengue fever (DHF) has increased along with the increase in mobility and population density, especially in the tropics and subtropics. In 2017, In West Java Province, the number of cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) was 3,538 cases with an incidence rate of 7.37 with 100,000 population, including cases of death due to Dengue Fever (DHF) as many as 21 cases with CFR 0.59 %. Data on Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) cases in Depok increased in 2016 from the previous year, where 2.827 cases of Dengue Fever (DHF) were found, 7 people died. The objective of this research was to analyze the relationship between environmental sanitation and preventive behaviour with the incidence of DHF (dengue hemorrhagic fever) in Tapos District, Depok City. The study design was cross sectional with a simple random sampling method. The research sample consisted of 210 families in Tapos District, Depok City. The results showed that most of respondents who did not experience the Incident of DHF had good environmental sanitation, as many as 104 respondents (67.10%) with p value of 0.58 (p value> 0.05) meaning that there was no relationship between environmental sanitation and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). In the variable preventive behaviour, most respondents who did not experience a Incident of DHF also had good preventive measures, 80 respondents (70.18%) with p value of 0.18 (p value> 0.05) meaning that there was no significant relationship between preventive behaviour with Dengue Hemorrhagic Fever.
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Usia 45-54 Tahun Frida Kasumawati; Holidah Holidah; Qurrota A’yunin
Edu Masda Journal Vol 4, No 1 (2020): Edu Masda Journal Volume 4 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v4i1.48

Abstract

Hypertension is ranked second (2) out of ten (10) most diseases in outpatients in hospitals in Indonesia. About 80% the increase of hypertension cases occur mainly in developing countries. The purpose of this study was to identify the relationship of smoking habits and physical activity with the incidence of hypertension in the 45-55 years age group. This type of study is a quantitative analytic study using cross sectional research design. Data collected by using a questionnaire. The number of samples was 94 people from RW 11, Meruyung Village. The results obtained by the incidence of hypertension by 64 (68.1%), smoking habits by 75 (79.8%) and poor physical activity by 55 (58.5%). Chi square statistical test results on the smoking habit variable obtained value (p-value = 0.287, > 0.05) can be concluded there is no significant relationship between smoking habits and the incidence of hypertension but at higher risk, the physical activity variable is obtained value (p value = 0.024, <0.05) that there is a significant relationship between physical activity and the incidence of hypertension. The need to improve healthy lifestyles by maintaining a healthy diet, avoiding smoking habits and doing light activities every day can prevent the incidence of hypertension.Keywords: HipertensyonSmoking habitsPhysical activity ABSTRAK Hipertensi menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia, sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama di negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan kebiasaan merokok dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada kelompok usia 45-55 tahun. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang dikumpulkan dengan cara menggunakan kuesioner. Jumlah sampel sebanyak 94 orang di RW 11 Kelurahan Meruyung. Hasil penelitian diperoleh kejadian hipertensi sebesar 64 (68,1), kebiasaan merokok sebesar 75(79,8%) dan aktivitas fisik kurang baik sebesar 55 (58,5%). Hasil uji statistik chi square pada variabel kebiasaan merokok diperoleh nilai (p-value = 0,287, > 0,05) maka tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi namun beresiko lebih tinggi, pada variabel aktivitas fisik diperoleh nilai (p value = 0,024, < 0,05) bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Diharapkan agar terhindar dari oenyakit hipertensi perlunya meningkatkan pola hidup sehat salah satunya dengan menjaga pola makan, menghindari kebiasaan merokok dan melakukan aktivitas ringan setian hari.Kata Kunci: HipertensiKebiasaan merokokAktifitas fisik
Identifikasi Penggunaan Obat Off-Label Pada PAsien Obstetri Dan Ginekologi Di Klinik Kehamilan Sehat Serpong Humaira Fadhilah; Siti Mutoyah; Frida Kasumawati
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 3 No 02 (2022): HERCLIPS VOL 03 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v3i02.3844

Abstract

Off-label drugs are the use of drugs outside the indications approved by the authorized institutions, such as the Food Drug Administration (FDA) in America and the Food and Drug Supervisory Agency (BPOM) in Indonesia. The use of drugs in pregnancy requires special attention, because some drugs can cross the placenta, so there is a possibility that these drugs are teratogenic, namely causing defects in the fetus. The purpose of this study was to identify the use off-label drugs in Obstetrics and Gynecology patients at the Healthy Pregnancy Clinic in Serpong. This study is a descriptive study and data were taken retrospectively with a total population of 654 patients and obtained 248 samples. From 248 medical records that met the inclusion criteria, 66.13% of patients aged 26-35 years, 37.90% of 13-28 weeks of gestation, 93.04% of drugs prescribed with On label indications and 6.96% of drugs with off label indication. The most widely used off-label drugs were misoprostol as much as 51.52% as an inducer of uterine contractions, ondansetron 27.27% as a treatment for nausea and vomiting in pregnant patients and nifedipine as much as 21.21% as a tocolytic.
Analisis faktor-faktor kesiapan bidan dalam pertolongan persalinan di era pandemi Covid-19 Ida Listiana; Frida Kasumawati; Junaida Rahmi
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 15, No 4 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v15i4.5495

Abstract

Background: In 2019, nearly 80 million women gave birth in health institutions globally. Pregnant women with comorbidities have a higher risk of serious illness, morbidity and mortality compared to the general population, the potential impact of the COVID-19 pandemic on mortality due to reduced access to maternal and infant health services. Midwives as the front line in MCH, family planning and reproductive health services, during the pandemic there were midwives independent practices that experienced closure of 9296 midwives, as many as 974 midwives. Every health service activity, including delivery assistance during the COVID-19 pandemic, midwives must provide services in accordance with health protocols, one of which is a place for delivery assistance. There are several factors that have a relationship with the readiness of midwives in providing care during childbirth, namely ability, experience, learning, rewards/reward, resources/equipment, attitude in service and perception of workload.Purpose: To determine the relationship between the factors of readiness of midwives in delivery assistance starting from the level of knowledge, attitudes, perceptions and sources of information. Method: The research design used is explanatory research. Population: all midwives who have a license to practice independent midwives in the South Tangerang City area, totaling at least 30 people using themethod purposive sampling. Data analysis was performed using a correlation test which measures the closeness of the relationship between two variables (correlation coefficient) using Chi Square.Results: There is a relationship between the level of knowledge and delivery assistance during the pandemic (p-value = 0.028 ), the perception of the midwife (p-value = 0.019), the attitude of the midwife (p-value = 0.09), there is no relationship between the source of information on the midwife with delivery assistance (p-value = 0.204),Conclusion: There is a relationship between the level of knowledge, attitudes, and perceptions of midwives on delivery assistance, but there is no relationship between information sources and delivery assistance during a pandemic. One of the causes is that health workers are not optimal in providing information about site selection and birth attendants during a pandemic.Keywords   : Midwife staff ; Service; Covid-19; PandemicPendahuluan: Pada tahun 2019, hampir 80 juta perempuan melahirkan di institusi kesehatan secara global. ibu hamil dengan komorbid memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya penyakit berat, morbiditas dan mortalitas dibandingkan dengan populasi umum, potensi dampak pandemi COVID-19 terhadap kematian akibat berkurangnya akses ke layanan kesehatan ibu dan bayi. Bidan sebagai garda terdepan dalam pelayanan KIA, KB dan kesehatan reproduksi, di masa pandemi terdapat praktik mandiri bidan yang mengalami tutup dari 9296 bidan, sebanyak 974 bidan. setiap kegiatan pelayanan kesehatan termasuk dalam pertolongan persalinan selama pandemik covid-19 bidan harus memberikan pelayanan sesuai dengan protocol kesehatan, salah satunya adala Tempat pertolongan persalinan. Ada beberapa faktor yang mempunyai hubungan dengan kesiapan bidan dalam memberikan asuhan pada masa persalinan yaitu kemampuan, pengalaman, pembelajaran, penghargaan/imbalan, sumberdaya/peralatan, sikap dalam pelayanan dan persepsi tehadap beban kerja.Tujuan: Mengetahui hubungan faktor kesiapan bidan dalam pertolongan persalinan mulai dari tingkat pengetahuan, sikap, persepsi dan sumber informasi. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah explanatory research, Populasi: seluruh bidan yang memiliki ijin Praktik Bidan Mandiri di wilayah Kota Tangerang Selatan, berjumlah minimal 30 orang dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi yang mengukur keeratan hubungan antara dua variabel (koefisien korelasi) dengan menggunakan Chi Square.Hasil: Terdapat hubungan  tingkat pengetahuan dengan pertologan persalinan selama masa pandemic (p-value = 0,028 ), persepsi bidan (p-value = 0,019), sikap bidan  (p-value = 0,09 ), tidak terdapat hubungan antara sumber informasi bidan dengan pertologan persalinan  (p-value = 0,204),Simpulan: Terdapat hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan persepsi bidan terhadap pertolongan persalinan, tetapi tidak ada hubungan sumber informasi dengan pertolongan persalinan selama masa pandemic salah satu penyebabnya belum optimalnya tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang pemilihan tempat dan penolong persalinan selama pandemic.
Harga Diri dan Persepsi Gender dengan Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja di Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Depok Frida Kasumawati; Listiana L; Mutiara Mutiara
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.743 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1076

Abstract

Pendahuluan: Catatan tahunan Komnas Perempuan pada tahun 2019 menunjukkan tren penting, berdasarkan laporan kekerasan di ranah pribadi, terjadi peningkatan angka kekerasan dalam pacaran dan angka signifikan sebanyak 2.073 kasus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Self Esteem dan persepsi gander dengan kekerasan dalam pacaran pada remaja di RW 06 Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Ada 92 responden yang ditentukan dengan menggunakan sistem nonprobability sampling yaitu total sampling. Data dikumpulkan menggunakan google form. Pengolahan data dilakukan dengan analisis uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 remaja yang memiliki harga diri positif pernah mengalami kekerasan dalam pacaran sebanyak 39 remaja (42,4%), dengan p-value = 0,043, dan 53 remaja yang memiliki persepsi gender tinggi terdapat 40 remaja (43,5%) memiliki pengalaman dalam pacaran, dengan p-value = 0,029. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara harga diri dan persepsi gender dengan kekerasan pacaran pada remaja Rw.06 Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Dari hasil penelitian ini, remaja perlu meningkatkan harga diri dengan memiliki pendidikan tentang kesetaraan gender, sehingga dapat mengurangi terjadinya kekerasan dalam pacaran.
CORRELATION BETWEEN PARENTAL INTERACTIONS WITH ONLINE GAME ADDICTED ADOLESCENTS DHIA DIANA FITRIANI; FRIDA KASUMAWATI; R TRI RAHAYUNING LESTARI; AYU HERAWANTI
NURSING ANALYSIS: Journal of Nursing Research Vol 2, No 2 (2022): NURSING ANALYSIS: JOURNAL OF NURSING RESEARCH
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT WHO defines online game addiction as a mental disorder that is included in (ICD-11). Smartphone users in Indonesia reach approximately 82 million and more than 52 million are online game players. This puts Indonesia in the 17th position in the world as the most online game players. Online game addiction can have physical and mental impacts. The purpose of this study was identified the correlation between parental interactions with online game addicted adolescents. This research method was cross sectional design, non-probability sampling technique, total sampling, 55 respondents. The results of this study indicated that there was a correlation between the parental interaction with online game addicted adolescents (p=0.000). Lack of parental interaction with adolescents can lead to adolescents behaviour changes like online games addiction. Parents as the closest environment to adolescents must be able to know how to communicate and interact according to the stage of adolescent development. The implications of the results of this study were expected to increase the role of nurses, especially in the field of mental and community nursing practice in providing health education regarding the role of parents in adolescent behaviour, growth, and development. Keywords: Addiction, Adolescent, Interaction, Online Game, Parents KORELASI INTERAKSI ORANG TUA DENGAN REMAJA KECANDUAN ONLINE GAME ABSTRAKWHO mendefinisikan kecanduan online game sebagai gangguan mental yang dimasukkan ke dalam (ICD-11). Berdasarkan laporan We Are Social per Januari 2022, Indonesia menjadi negara dengan jumlah pemain game terbanyak ketiga di dunia. Kecanduan online game dapat menimbulkan dampak fisik dan mental. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi korelasi interaksi orang tua dengan remaja kecanduan online game. Metode penelitian ini dengan desain cross sectional, teknik non-probabilitiy sampling, total sampling sejumlah 55 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara interaksi orang tua dengan remaja online game (p=0,000). Kurangnya interaksi orang tua dengan remaja dapat menyebabkan perubahan perilaku pada remaja seperti kecanduan online game. Orang tua sebagai lingkungan terdekat dengan remaja harus dapat mengetahui cara berkomunikasi dan berinteraksi sesuai dengan tahap perkembangan remaja. Implikasi hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran perawat terutama bidang praktik keperawatan jiwa dan komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran orang tua terhadap tumbuh kembang dan perilaku remaja. Kata Kunci: Interaksi, Kecanduan, Online Game, Orang Tua, Remaja
Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Rumah Sakit Bunda Sejati Terhadap Loyalitas Pasien Rawat Jalan Pada Masa Pandemi COVID-19 Shinta Nur Azizah; Riska Edwi Meilia; Frida Kasumawati
J-Mestahat Vol 2 No 1 (2022): Jurnal Semesta Sehat (J-Mestahat)
Publisher : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kota Tangerang Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.385 KB) | DOI: 10.58185/j-mestahat.v2i1.88

Abstract

Pandemi COVID-19 merupakan fenomena yang terjadi secara global dan berdampak pada semua sektor salah satunya institusi pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis strategi komunikasi pemasaran Rumah Sakit Bunda Sejati berdasarkan Input (Man, Money, Machines, Method), Process (Strenghts, Weakness, Opportunity, dan Threats) dan Output (faktor sosial dan faktor pribadi) terhadap loyalitas pasien rawat pada masa pandemi COVID-19. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil utama penelitian ini strategi komunikasi pemasaran Rumah Sakit Bunda Sejati (Input, Process, Output) sudah berjalan sesuai dengan standar pelayanan dalam meningkatkan loyalitas pasien rawat jalan. Variabel Input (Man) SDM dirasa kurang, lima petugas dalam tiga shift, variabel Process (Weakness) ketersediaan SDM pemasaran (Humas) hanya satu petugas, variabel Output terkendala faktor sosial dan faktor pribadi yaitu kebijakan pemerintah dan kecemasan masyarakat dalam pengobatan ulang sehingga penurunan persentase kunjungan pasien rawat jalan pada masa pandemi COVID-19. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa strategi komunikasi pemasaran rumah sakit menggunakan input, process, output dapat meningkatkan loyalitas pasien rawat jalan. Saran untuk Rumah Sakit untuk meningkatkan loyalitas pasien rawat jalan dengan mengoptimalkan pelatihan dan pendidikan SDM dalam pengelolaan media sosial serta melakukan penambahan jumlah petugas front office agar komunikasi pemasaran yang lebih efektif.
IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN OBAT – OBAT PENYAKIT KOMORBID DI RUMAH SAKIT X DI TANGERANG SELATAN Fadhilah, Humaira; Kasumawati, Frida; Kinanti, Dyah Ayuning Dewi
Edu Masda Journal Vol 7, No 1 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 1
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i1.186

Abstract

Patients with diabetes mellitus are generally treated with pharmacological therapy. In blood glucose control, concomitant treatment for other diseases leads to polypharmacy and can cause drug-related problems. Drug interactions are one of the major drug-related problems. The higher the number of drugs used by the patient, the higher the potential for drug interactions. The aim of this study was to determine drug interactions in type 2 diabetes mellitus patients with comorbid drugs at X Hospital in South Tangerang. This research is a non-experimental research with a descriptive research design. The research sample used medical record data of type 2 diabetes mellitus patients aged from adults to the elderly who had comorbid diseases which were taken by purposive sampling method. The results showed that there were 92 female patients (60.2%), while 61 male patients (39.8%). The largest age group was late elderly patients with an age range of 56-65 years with 79 patients (51.6%). Potential drug interactions were found in 85 cases (55.5%) with major severity in 2 cases (1.3%), moderate in 60 cases (39.2%), and minor in 23 cases (15%). The most common interaction mechanism found was pharmacodynamic interactions in 45 cases (29.4%). The potential for drug interactions in patients with type 2 diabetes mellitus with comorbid drugs is found quite often, so it is necessary to increase awareness of this potential drug interaction.ABSTRAKPasien diabetes melitus umumnya banyak diobati dengan terapi farmakologis. Pada pengendalian glukosa darah, pengobatan bersamaan untuk penyakit lainnya mengarah kepada polifarmasi dan dapat menyebabkan masalah terkait obat. Interaksi obat adalah salah satu masalah utama terkait obat. Jika jumlah obat-obatan yang digunakan pasien semakin tinggi, maka potensi interaksi obat semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid di Rumah Sakit X di Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Sampel penelitian menggunakan data rekam medis pasien diabetes melitus tipe 2 usia dewasa sampai lansia yang memiliki penyakit komorbid yang diambil dengan metode purposive sampling. Hasil menunjukan pasien perempuan berjumlah 92 orang (60,2 %), sedangkan laki – laki berjumlah 61 orang (39,8 %). Kelompok usia terbanyak adalah pasien lansia akhir dengan rentang usia 56 – 65 tahun sebanyak 79 pasien (51,6 %). Potensi interaksi obat didapatkan sebanyak 85 kasus (55,5 %) dengan tingkat keparahan mayor sebanyak 2 kasus (1,3 %), moderate 60 kasus (39,2 %), dan minor 23 kasus (15 %). Mekanisme interaksi yang paling banyak ditemukan adalah interaksi farmakodinamik sebanyak 45 kasus (29,4 %). Potensi interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obat-obat penyakit komorbid cukup sering ditemukan sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi interaksi obat ini.
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II Fadhilah, Humaira; Kasumawati, Frida; Yuningsih, Dini
Edu Masda Journal Vol 7, No 2 (2023): Edu Masda Journal Volume 7 Nomor 2
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v7i2.190

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a disease caused by impaired insulin work, impaired insulin secretion, or both, resulting in hyperglycemia. Sufferers of chronic diseases that require long-term treatment, such as DM, are often non-compliant. Non-adherence to treatment is a serious problem because it affects the effectiveness of treatment. Research objective: To determine the level of compliance with the use of oral antidiabetic drugs in patients with type II diabetes mellitus. Research method: This research uses a descriptive observational method. The research sample used was 102 patients with a total sampling technique. Data collection uses a questionnaire. Data analysis was carried out statistically, displayed in percentage form. Research Results: Based on the number of patients in the age criteria of 56-65 years there were 35 patients (34.3%), female gender was 72 patients (70.58%), high school education level was 42 patients (41.17). Based on the level of compliance with the use of oral antidiabetic drugs, 0% is classified as low compliance, 50.98% is classified as moderate compliance and 49.02% is classified as high compliance. From this data, it is recommended that hospital pharmacy installation staff and patients collaborate to achieve the expected level of compliance.AbstrakDiabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan kerja insulin, gangguan sekresi insulin, atau kedua-duanya sehingga mengakibatkan hiperglikemia. Penderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang, seperti DM, seringkali tidak patuh. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan masalah serius karena mempengaruhi efektivitas pengobatan. Tujuan penelitian: Untuk mengetahui tingkat kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral pada pasien diabetes mellitus tipe II. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional. Sampel penelitian yang digunakan 102 pasien dengan teknik total sampling. Pengambilan  data  menggunakan kuesioner. Analisis  data  dilakukan  secara  statistik,ditampilkan  dalam  bentuk persentase. Hasil Penelitian: berdasarkan banyaknya jumlah pasien pada kriteria usia 56-65 tahun sebanyak 35 pasien (34,3%), jenis kelamin perempuan sebanyak 72 pasien (70,58%), tingkat pendidikan SMA  sebanyak 42 pasien (41,17). Berdasarkan tingkat kepatuhan penggunaan obat antidiabetes oral adalah sebanyak 0% tergolong kepatuhan rendah, sebanyak 50,98% tergolong kepatuhan sedang dan sebanyak 49,02% tergolong kepatuhan tinggi. Dari data tersebut disarankan kerjasama petugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan pasien agar tercapai tingkat kepatuhan yang diharapkan.