Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

KAJIAN KEKERINGAN METEOROLOGIS MENGGUNAKAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DI PROVINSI JAWA TENGAH Habibah Nurrohmah; Emilya Nurjani
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 15, No 1 (2017): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2401.125 KB) | DOI: 10.21831/gm.v15i1.16230

Abstract

AbstrakKekeringan sering terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Kekeringan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan dapat pula memberikan dampak terhadap berbagai aspek. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi kekeringan di Provinsi Jawa Tengah. Data yang diperlukan adalah data curah hujan bulanan. Data curah hujan tersebut merupakan data hasil pengukuran lapangan tahun 1981-2010 dan dilengkapi oleh data Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM). Metode yang digunakan meliputi metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan interpolasi tension spline. Metode SPI digunakan untuk menentukan klasifikasi kekeringan. Hasil pengolahan SPI dipetakan menggunakan interpolasi tension spline. Kekeringan meteorologis di Provinsi Jawa Tengah terjadi setiap tahun (1981-2010). Kekeringan terluas terjadi pada bulan Setember-November 1982 di 96% wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kekeringan ekstrim (golongan amat sangat kering) terluas terjadi pada bulan Setember-November 1997 di 39% wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan pola membulat serta mengelilingi pusat-pusat wilayah normal di sekitar Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten Pati. Kata kunci: ENSO, Jawa Tengah, Kekeringan Meteorologis, Pola Tanam, SPI
KAJIAN BENCANA ANGIN RIBUT DI INDONESIA PERIODE 1990-2011: UPAYA MITIGASI BENCANA Emilya Nurjani; Arum Rahayu; Febriyan Rachmawati
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 11, No 2 (2013): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.781 KB) | DOI: 10.21831/gm.v11i2.3451

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji kejadian bencana angin ribut di Indonesia.Data yang digunakan adalah data kejadian angin ribut di Indonesia periode 1990-2011dari BNPB. Data diolah statistik deskriptif dan dilakukan analisis spasial.Pemetaan secaraspasial akan memudahkan dalam menganalisis distribusi dan kecenderungan lokasiterjadinya angin ribut setiap tahunnya dan mengetahui daerah-daerah di Indonesia yangmemiliki kejadian bencana angin ribut tertinggi. Angin ribut banyak terjadi di PulauJawa.Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan kejadian angin ribut terbanyak(393 - 490 kejadian), sedangkan Provinsi Bengkulu dan Papua Barat tidak terjadi anginribut (nol kejadian).Jumlah kerusakan bangunan terbanyak akibat angin puting beliungtahun 1990-2011 terjadi di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan jumlah korban jiwaterbanyak terjadi di Provinsi Jawa Barat.Upaya mitigasi bencana dapat diutamakan padadaerah-daerah yang rawan akan bencana tersebut. Mitigasi bencana akan mengurangidampak buruk dari bencana angin ribut, sehingga kerugian akan kerusakan dari elementat risk karena bencana angin ribut dapat diminimalisasi besarnya.Kata Kunci : angin ribut, mitigasi bencana, kajian
ANALISIS KERENTANAN TANAMAN TERHADAP ANCAMAN KEKERINGAN PERTANIAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MULTI-TEMPORAL DI DAS PROGO HULU Wahyu Widiyatmoko; Sudibyakto Sudibyakto; Emilya Nurjani
Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 15, No 2 (2017): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.843 KB) | DOI: 10.21831/gm.v15i2.19553

Abstract

DAS Progo Hulu merupakan kawasan pertanian penting yang ada di Kabupaten Temanggung. Defisit curah hujan yang cukup panjang berdampak pada aktivitas pertanian di daerah ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerentanan tanaman secara multi-temporal di DAS Progo Hulu Kabupaten Temanggung. Metode yang digunakan adalah menganalisis data curah hujan, menghitung selisih NDVI pada setiap tempo 16 hari, dan melakukan validasi objek tanaman pertanian. Hasil penelitian menunjukkan Kerentanan kekeringan pertanian yang dideteksi menggunakan selisih NDVI menunjukkan bahwa lereng dan kaki vulkan Sindoro dan Sumbing memiliki kerentanan paling tinggi. Hal tersebut disebabkan karena daerah tersebut memiliki jenis tanaman semusim yang tidak tahan terhadap cengkaman air.
Analisis spasial temporal zona rawan kekeringan lahan pertanian berbasis remote sensing Agus Suprihatin Utomo; M. Pramono Hadi; Emilya Nurjani
Jurnal Teknosains Vol 11, No 2 (2022): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/teknosains.67932

Abstract

A mapping model of drought-prone zones for agricultural land based on Geographic Information Systems is needed to determine the distribution of drought vulnerability levels that occured in Bantul Regency, DI Yogyakarta. This study aims to determine the estimated area of agricultural land drought based on the interpretation of aerial images. This study compares the performance of the drought potential index of agricultural land using the Normalized Difference Drought Index (NDDI) algorithm based on remote sensing technology/ Landsat 8 satellite imagery to identify the estimated zones indicated for agricultural land drought that occurred in Bantul Regency, based on trends in spatio-temporal data with recording intervals from the 2015 until 2020 data representative during the dry season. Comparisons were made by looking at the performance between indices extracted from Landsat 8 imagery data based on the value of the green vegetation parameter/ Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) and the soil and vegetation moisture parameters/ Normalized Difference Water Index (NDWI). The method used in this research is descriptive correlative method: quantitative and qualitative deductive using geostatistical indicators based on big data analysis to measure and compare various data variables spatio-temporal. The distribution of agricultural land drought through the NDDI index transformation method on a normal, mild, moderate, to severe scale occurs in almost all areas of Bantul Regency. This happened, due to the influence of natural activities of the global climate phenomenon ENSO, the impact of the transition of the El Nino phenomenon to La Nina (wet drought) which was more dominant in 2016. The average area affected by drought in Bantul Regency on a normal scale affected was ± 6.500,49 ha, affected by mild drought was ± 17.192,16 ha, affected by moderate-scale drought was ± 8.636,155 ha, and affected by drought of heavy scale agricultural land was ± 2.407,485 ha.
Community Resilience to Climate Change in Agricultural Sector (Case Study of Sentolo Subdistrict) Fitria Nucifera; Widiyana Riasasi; Andung Bayu Sekaranom; Emilya Nurjani
The Indonesian Journal of Planning and Development Vol 5, No 2 (2020): October 2020
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijpd.5.2.66-77

Abstract

Climate change has become a global issue over last decades. Its impact affects to various aspects of human life. Uncertainty of dry and wet seasons present a consequence to and create losses on agriculture sector. Therefore, resilience to climate change is necessary for farmers. This research aims to identify exposure, sensitivity, and adaptive capacity within the framework of community resilience to climate change in agricultural sector. Parameters used in this research include rainfall variability representing system exposure, landuse and topography representing sensitivity, and farmer’s knowledge and behavior representing adaptive capacity. Secondary data used in this research are daily rainfall data, land use and topographic maps, while primary data obtained by interview using purposive sampling method to measure adaptive capacity of farmers community. We employ trend, spatial, and descriptive analysis. The results show that Sentolo Subdistrict has a relatively high exposure to extreme events both in wet and dry seasons that occurred 5 times in 12 years. However, this high exposure did not affect agriculture sector on Sentolo significantly, both in terms of damages and losses to farmers. It indicates that the sensitivity to climate change in this area is low, while farmers’ community in Sentolo has a high level of adaptive capacity. They have sufficient level of knowledge to climate change, better adjustment to technology and well-managed assets. This interplay shows that the agricultural community in the study area has a relatively high resilience to climate change.
Frost Hazard Assessment on Agricultural Land to Achieve Resilient Agriculture in Dieng Volcanic Highland, Central Java Aditya Pradana; Aida Mardiana; Fathimah Nur Lestari; Futuha Helen Sara; Sani Afifah; Emilya Nurjani
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 3, No 1 (2018): April
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.39620

Abstract

Dieng Volcanic Highland is one of the most intensive potato agricultural land in Indonesia, as well as frost disaster prone area. Frost indicated by appearance of frozen dew on the ground or vegetation surface due to cold temperatures during dry season. Frost causes damage to leaf tissue in potato plants, resulting crop failure and losses of up to tens of millions. Disaster management needs to be assess in order to achieve Disaster Risk Reduction (DRR) on agricultural land. This research aims to identify frost hazard areas based on local physical characteristics, analyze frost impacts on agricultural land, and provide preparedness recommendation to reduce the impact of frost disasters in Dieng Volcanic Highland. Research was conducted in Dieng Village, Wonosobo and Dieng Kulon Village, Banjarnegara. Method to assess hazard level was performed by spatial mapping technology using ArcGIS and comprehensive analysis using frost assessment through combinations of geomorphology, land use, proximity to water bodies and weather aspects. Dieng Volcanic Highland has a 125.59 hectare frost hazard areas, as many as 58.4 hectares of hazard areas are dominated by high level, while 24.84 hectares are moderate level and 42.95 hectares are low level. Cropland dominated by potato commodity has the highest hazard level, frost incident causing agricultural commodities to wither to death so that farmers experience losses. Frost losses in Dieng have a range from 800 thousand rupiah to over 155 million rupiah and only destructive on potato farm. In order to encourage agricultural resilience and reduce the loss of frost disasters, effort of preparedness can be done by passively and actively methods. Passive methods includes site selection, early warning system, shifting commodities, cropland modification, and appropriate calendar planting. Active methods includes frost modification using heaters, blower and sprinkle irrigation, and cropland covering using mulch, plastic or nets.
Distribusi Spasial Surface Urban Heat Island (SUHI) Kawasan Permukiman Perkotaan di Kota Yogyakarta Fiel Unggul Prastyo; Emilya Nurjani; Sri Rum Giyarsih
Media Komunikasi Geografi Vol. 23 No. 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkg.v23i1.34300

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik distribusi SUHI pada kawasan permukiman di Kota Yogyakarta. Analisis dilakukan menggunakan citra Landsat 8 yang memiliki band termal. Berdasarkan luas cakupan wilayah yang terdapat fenomena SUHI di Kota Yogyakarta mencapai +1.046,86 ha, sedangkan +2.232,1 ha merupakan non-SUHI karena nilainya LSTnya masih di bawah ambang batas. Kelas SUHI 1 dengan rentang nilai rentang 0,090 C-0,180C merupakan kelas SUHI yang paling besar cakupan wilayah terdampaknya yaitu +376,69 ha. Sedangkan kelas SUHI 5 dengan rentang >2,50C yang juga merupakan kelas SUHI tertinggi mencakup wilayah +5,62 ha dengan cakupan meliputi kawasan permukiman di Kelurahan Ngupasan, Prawirodirjan, Kadipaten, Panembahan, Klitren dan Kelurahan Demangan. Fenomena SUHI dapat terjadi secara temporal sehingga diperlukan penelitian panjang untuk mengetahui trend kejadiannya meliputi intensitas, sebaran lokasi, dan kaitannya dengan faktor klimatologi.
Speleoclimate Monitoring to Assess Cave Tourism Capacity in Gelatik Cave, Gunungsewu Geopark, Indonesia Danardono Danardono; Eko Bayu Dharma Putra; Eko Haryono; Emilya Nurjani; Muhammad Iqbal Taufiqurahman Sunariya
Forum Geografi Vol 32, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/forgeo.v32i2.6958

Abstract

Increased of the number of visitor at Gelatik Cave is a challenge in terms of cave management. In natural conditions, Caves are vulnerable with environmental changes especially microclimates condition. The change of microclimate inside the cave can destruct cave ornaments.Therefore, it is necessary to calculate the cave carrying capacity with microclimates as the main parameter. This research aims to (1) explore the daily variation of speleoclimate in Gelatik Cave Tourism and (2) analyze the cave tourism capacity in Gelatik Cave. Microclimate parameter that was measured in this research was temperature, relative humidity, and carbon dioxide inside the cave. Measurement of microlimate parameter was carried out automatically for 24 hours during peak season in December 2017 and low season in May 2018. Cave tourism capacity was measured using Lobo method (Lobo, 2015). The results showed that temperature, relative humidity, and carbon dioxide in the Gelatik Cave varry due to tourism activities. The most sensitive parameter is the carbon dioxide concentration inside the cave. The maximum of tourists allowed to visit Gelatik Cave is 76 visitors/ day during holidays and working days. Meanwhile, the maximum time of stay accepted for a particular area inside Gelatik Cave is 17 minutes 10 seconds during weekdays and 12 minutes 53 seconds during the holiday season.
Simulasi Hujan Lebat Pemicu Banjir Bandang Di Sub Das Sumbergunung Kota Batu Menggunakan Model WRF-ARW Skema Kessler Kain Fritsch Ilham Diki Pratama; Emilya Nurjani; Andung Bayu Sekaranom
Jurnal Penelitian Geografi (JPG) Vol 11, No 2 (2023): Jurnal Penelitian Geografi (JPG)
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peristiwa banjir bandang dipicu oleh curah hujan lebat. Dampak banjir bandang di Kota Batu tanggal 4 November 2021 mengakibatkan kerusakan harta benda, lahan pertanian, hancurnya permukiman masyarakat, matinya hewan ternak dan hilangnya nyawa manusia. Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Sumbergunung Kota Batu, Jawa Timur dengan menggunakan model WRF-ARW skema mikrofisika Kessler dan skema cumulus Kain Fritsch. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data GFS pada tanggal 30 Oktober 2021 dengan resolusi 0,25ox0,250 yang digunakan untuk memprediksi kejadian hujan hingga pada tanggal 4 November 2021.Verfikasi model dilakukan dengan menggunakan tabel kontingensi dan verifikasi menggunakan batas toleransi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model ini mampu memprediksi kejadaian hujan dan tidak hujan dengan sangat baik. Akan tetapi model ini belum cukup baik dalam memprediksi ketebalan hujan hingga pada tanggal 4 November 2021. Meskipun demikian, model ini mampu memprediksi hujan hingga 2 hari kedepan yakni hingga tanggal 1 November 2021. Kata kunci: banjir bandang; kota batu; parameterisasi; sub das sumbergunung; WRF-ARW DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jpg.v11.i2.27701
Analisis Hujan Ekstrem di Kabupaten Banyumas Tahun 2016–2021 Ryan Andri Wijaya; Sekar Gading Hermawan; Aniworo Nuladani; Nanda Fuji Lestari; Adhelia Widha Alfareta; Safira Bitanisa Adnia Amanitya; Anindya Hias Bestari; Naashiruddin Fikri Qushoyyi; Emilya Nurjani
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 4 (2024): July 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.4.1041-1053

Abstract

Kabupaten Banyumas memiliki variasi topografi yang dapat memicu hujan ekstrem, menyebabkan daerah ini rawan bencana hidrometeorologis.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis intensitas, pola, dan faktor yang memengaruhi hujan ekstrem (IOD, ENSO, siklon) di Kabupaten Banyumas pada tahun 2016 - 2021 serta korelasinya dengan kejadian bencana hidrometeorologis. Data yang digunakan yaitu data hujan harian dari BBWS Serayu Opak dan Pusdataru Jawa Tengah, data historis siklon dari BMKG, data ONI dan DMI dari PSL NOAA, serta data kejadian bencana dari BPBD Banyumas dan Jawa Tengah. Analisis intensitas dilakukan dengan metode persentil. Pola distribusi jumlah kejadian hujan ekstrem dianalisis menggunakan data tabular dan  grafik. Analisis pengaruh siklon dilakukan dengan grafis sedangkan analisis pengaruh ENSO dan IOD dilakukan dengan komparasi tabular. Selanjutnya, dihitung koefisien phi (φ) antara kejadian hujan ekstrem dan bencana hidrometeorologis. Intensitas R90p, R95p, dan R99p di Kabupaten Banyumas berkisar pada 33 mm, 52 mm, dan 92 mm. Distribusi hujan ekstrem di Kabupaten Banyumas merata secara spasial.  IOD dan ENSO memiliki dampak signifikan pada kejadian hujan ekstrem sehingga diduga menjadi faktor penyebab pola temporal tersebut. Kejadian siklon memiliki pengaruh terhadap kejadian hujan ekstrem. Korelasi antara kejadian hujan ekstrem dan bencana umumnya lemah, karena keterbatasan jumlah pos hujan dan tingginya variasi lokal hujan.