Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN INTERFERENSI DENGAN ULTRASOUND PADA PENERAPAN HOLD RELAX TERHADAP PERUBAHAN NYERI DAN JARAK GERAK SENDI LUTUT PASIEN OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS Anshar Anshar; Hasnia Ahmad; Sudaryanto Sudaryanto
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.18 KB) | DOI: 10.32382/mf.v11i1.816

Abstract

Osteoarthritis merupakan penyakit gangguan musculoskeletal yang degeneratif, dimana jumlah kejadiannya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup penduduk. Fisioterapi merupakan salah satu faktor terpenting dalam penanganan osteoarthritis secara komprehensif.Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode yang lebih efektif antara interferensi dan hold relax dengan ultrasound dan hold relax terhadap perubahan  nyeri penambahan jarak gerak sendi akibat osteoarthritis sendi lutut. Penelitian ini adalah quasy eksperimen menggunakan pretest-posttest two group design. Populasi penelitian adalah semua pasien osteoarthritis yang berkunjung di Poliklinik Fisioterapi RSUD Salewangan Maros  dari bulan Juni sampai dengan September 2013 yang berjumlah 31 orang. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik purposive sampling sehingga jumlah sampel 20 orang yang dibagi atas dua kelompok.Hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian interferensi dan hold relax dengan selisih rata-rata nilai aktualitas nyeri 1.94 + 0.72 cm dan ROM sebesar 16.500 + 5.800 dengan hasil uji wilcoxon p=0.005 < α= 0.05. Sedangkan pada intervensi ultrasound dan hold relax diperoleh selisih rata-rata nilai aktualitas nyeri 1.41 + 0.21 cm dan ROM sebesar 10.80 + 3.150 dengan hasil uji wilcoxon p= 0.005 < α= 0.05. Pada uji Mann-Whitney diperoleh adanya perbedaan yang signifikan diantara kedua perlakuan, pada nilai rata-rata VAS dengan p= 0.029 < α= 0.05. Sedangkan pada luas gerak sendi tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok terhadap nilai  ROM dengan p= 0.74 > p= 0.05.Kesimpulan penelitian ini adalah ada perubahan aktualitas nyeri dan jarak gerak sendi (ROM) sebelum dan sesudah pemberian interferensi dan hold relax serta ultrasound dan hold relax pada pasien osteoarthritis sendi lutut. Tidak ada perbedaan perubahan jarak gerak sendi (ROM) diantara kedua kelompok perlakuan. Kata Kunci : Interferensi, Ultrasound, hold relax,  Nyeri dan Jarak Gerak Sendi Lutut  Pasien, Osteoarthritis
BEDA PENGARUH LATIHAN STANDING JUMP DAN HURDLE HOPPING TERHADAP PERUBAHAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA SISWA PEMAIN BOLA VOLI Hasnia Ahmad; Intan permatasari; Fahrul Islam
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.52 KB) | DOI: 10.32382/mf.v11i2.1592

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang. Tinggi lompatan merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pemain bola volli. Tinggi lompatan seringkali membuat perbedaan dalam permainan bola voli terutama dalam pukulan, dan loncatan pada saat Smash maupun blok.Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beda pengaruh latihan standing jump dan hurdle hopping terhadap perubahan daya ledak otot tungkai pada siswa pemain bola voli.  Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperimen dengan desain pretest-post test two group design yaitu penelitian percobaan semu yang melibatkan variabel perlakuan yaitu standing jump dan hurdle hopping, sedangkan variabel respons adalah tinggi lompatan. Populasi Penelitian adalah semua pemain Bola Voli SMA Negeri 6 Makassar dan SMA Negeri 18 Makassar yang berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik total sampling. Sampel dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, kelompok perlakuan dengan standing jump yang berjumlah 15 orang dan kelompok perlakuan dengan hurdle hopping yang berjumlah 15 orang. Penelitian ini menggunakan Vertikal Jump untuk mengukur tinggi lompatan sebelum dan sesudah pemberian latihan fisik 2 kali seminggu selama 1 bulan.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan pemberian standing jump menghasilkan peningkatan tinggi lompatan sebesar 1,67 cm. Sedangkan pada pemberian hurdle hopping terjadi peningkatan sebesar 2,20. Pada Uji beda pengaruh didapatkan nilai beda nilai Disarankan kepada pelatih agar memberikan latihan fisik untuk meningkatkan tinngi lompatan pemain Bola Voli SMA Negeri 6 Makassar dan SMA Negeri 18 Makassar.Kesimpulan. Hasil uji Mann Whitney pada perbandingan antara kelompok diperoleh nilai p = 0,345 < 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan standing jump dan hurdle hopping..Kata Kunci : Pliometrik standing jump, pliometrik hurdle hopping, tinggi lompatan, pemain volli.1 Mahasiswa Jurusan Fisioterapi Poltekkes kemenkes Makassar
MANFAAT Mc. KENZIE CERVICAL DAN MUSCLE ENERGY TECHNIQUE TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI PADA PENDERITA CERVICAL FACET SINDROME Hasnia Ahmad; Tiar Erawan; Darwis Durahim
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.406 KB) | DOI: 10.32382/mf.v10i2.805

Abstract

Cervical facet syndrome merupakan salah satu kondisi nyeri tengkuk yang bisa menjalar ke occiput, upper thoracal, shoulder, atau middle thoracal tergantung pada segmen cervical yang terkena. Penelitian ini adalah  quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Mc.Kenzie Cervical dan Muscle Energy Technique (MET) terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) cervical pada penderita cervical facet syndrome. Sebuah  penelitian yang dilakukan di Poliklinik Fisioterapi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Sampel adalah penderita cervical facet syndrome. Pengambilan sampel secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 20 orang yang dibagi kedalam 2 kelompok masing-masing 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan  cervical facet syndrome terbanyak usia 40 – 44 tahun,yaitu   4 orang (40%) dan usia 45 – 50 tahun yaitu 8 orang (80%),  lebih banyak perempuan yaitu 11 orang dan laki-laki  9 orang. Uji  Wilcoxon bahwa Mc.Kenzie berpengaruh  bermakna terhadap peningkatan LGS ekstensi dan rotasi cervical dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,80 dan nilai p = 0,004 (p < 0,05) untuk ekstensi, serta 5,50 dan nilai p = 0,005 (p < 0,05) untuk rotasi, kemudian pemberian Muscle Energy Technique dapat menghasilkan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan LGS ekstensi dan rotasi cervical dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,70 dan nilai p = 0,004 (p < 0,05) untuk ekstensi, serta 5,40 dan nilai p = 0,005 (p < 0,05) untuk rotasi. Berdasarkan hasil analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara Mc.Kenzie dengan Muscle Energy Technique terhadap peningkatan LGS ekstensi dan rotasi cervical dengan nilai p = 0,651 (p > 0,05) untuk ekstensi dan nilai p = 0,841 (p > 0,05) untuk rotasi. Dengan demikian  tidak ada perbedaan pengaruh  bermakna antara Mc.Kenzie dengan Muscle Energy Technique terhadap peningkatan LGS ekstensi dan rotasi cervical. Kata Kunci : Mc.Kenzie, Muscle Energy Technique, LGS Cervical
Beda Efek Pemberian Motor Relearning Program Dan Pemberian Proprioceptive Neuromuskular Facilitation Terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Penderita Post Stroke Hasbiah Hasbiah; Hasnia Ahmad
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16, No 1 (2021): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v16i1.1988

Abstract

Beda efek pemberian motor relearning program dan pemberian proprioceptive neuromuskular facilitation terhadap peningkatan kemampuan fungsional penderita post stroke. Penelitian ini mengangkat permasalahan Beda efek pemberian motor relearning program dan pemberian proprioceptive neuromuskular facilitation terhadap peningkatan kemampuan berjalan penderita post stroke. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy-experimental dengan menggunakan desain penelitian two-group pretest posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang yang dibagi dalam 2 kelompok masing-masing berjumlah 13 orang. Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Barthel index. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, 16 Juni – 16 September 2020. Tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara MRP dan PNF terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada penderita. Keduanya baik digunakan dalam penanganan kondisi aktivitas fungsional akibat post strokeKata Kunci : Motor Relearning Program (MRP), Proprioceptive Neuromuskular Facilitation (PNF), Aktivitas Fungsional, Stroke Beda efek pemberian motor relearning program dan pemberian proprioceptive neuromuskular facilitation terhadap peningkatan kemampuan fungsional penderita post stroke. Penelitian ini mengangkat permasalahan Beda efek pemberian motor relearning program dan pemberian proprioceptive neuromuskular facilitation terhadap peningkatan kemampuan berjalan penderita post stroke. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy-experimental dengan menggunakan desain penelitian two-group pretest posttest design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang yang dibagi dalam 2 kelompok masing-masing berjumlah 13 orang. Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Barthel index. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, 16 Juni – 16 September 2020. Tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara MRP dan PNF terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada penderita. Keduanya baik digunakan dalam penanganan kondisi aktivitas fungsional akibat post strokeKata Kunci : Motor Relearning Program (MRP), Proprioceptive Neuromuskular Facilitation (PNF), Aktivitas Fungsional, Stroke
PERBEDAAN PENGARUH PNF DAN A-AROM EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PASIEN HEMIPARESIS POST STROKE ISKEMIK Kristian Tiwow; Sri Saadiyah; Muhammad Thahir; Rahmat Nugraha; Hasnia Ahmad
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v14i1.2850

Abstract

PERBEDAAN PENGARUH PNF DAN A-AROM EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT PASIEN HEMIPARESIS POST STROKE ISKEMIK   Different Effect Of PNF And A-AROM Exercise On  Increased Muscle Strength Of Ischemic Hemiparesis Post Stroke PatientsKristian Tiwow1, Sri Saadiyah1; Muh Thahir1; Rahmat Nugraha1; Hasnia Ahmad1*1Jurusan Fisioterapi Polteknik Kesehatan Makassar*corresponding author ABSTRACTBackground : Ischemic stroke is a clinical condition that occurs due to blockages in the blood vessels of the brain so that it damages certain tissues in the brain. Method : The experimental quasi study, designed by design of two group pre-tests – post tests, aimed to determine the difference in the effect of Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) and Active-Assistive ROM Exercise on increased muscle strength in ischemic post stroke hemiparesis patients. Held at Inggit Medical Centre Clinic with a sample of 34 people in accordance with the criteria of inclusion, randomized into 2 groups, namely treatment group I given Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) and treatment group II given Active-Assistive ROM Exercise. Results : The wilcoxon test analysis obtained p = 0.014 for UE and p = 0.008 for LE in treatment group I, and p = 0.014 for UE and p = 0.046 for LE in treatment group II, meaning that there was a meaningful influence of Proprioiveceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) and Active-Assistive ROM Exercise on increased muscle strength. Then, based on the Mann-Whitney test obtained a value of p = 1,000 for UE and p = 0.279 for LE, which means that there was no significant difference between treatment group I and treatment group II. Conclusion : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) exercise is no more effective than Active-Assistive ROM Exercise in producing increased muscle strength in ischemic post stroke hemiparesis patientsKeywords : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF), Active-Assistive ROM Exercise, Hemiparesis, Ischemic StrokeABSTRAKLatar belakang : Stroke Iskemik merupakan kondisi klinis yang terjadi akibat adanya penyumbatan di pembuluh darah otak sehingga merusak jaringan dibagian tertentu pada otak. Metode : Penelitian quasi eksperimental dengan desain two group pre test – post test, bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) dan Active-Assistive ROM Exercise terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien hemiparesis post stroke iskemik. Dilaksanakan di Klinik Inggit Medical Centre dengan sampel sebanyak 34 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi, di randomisasi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan I yang diberikan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) dan kelompok perlakuan II yang diberikan Active-Assistive ROM Exercise. Hasil : Analisis uji wilcoxon test diperoleh p = 0,014 untuk AGA dan p = 0,008 untuk AGB pada kelompok perlakuan I, dan p = 0,014 untuk AGA dan p = 0,046 untuk AGB pada kelompok perlakuan II, yang berarti bahwa ada pengaruh yang bermakna Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) dan Active-Assistive ROM Exercise terhadap peningkatan kekuatan otot. Kemudian, berdasarkan uji Mann-Whitney di peroleh nilai p = 1,000 untuk AGA dan p = 0,279 untuk AGB, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II. Kesimpulan : Latihan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) tidak lebih efektif daripada Active-Assistive ROM Exercise dalam menghasilkan peningkatan kekuatan otot pada pasien hemiparesis post stroke iskemik.Kata Kunci : Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF), Active-Assistive ROM Exercise, Hemiparesis, Stroke Iskemik.
Kombinasi Back Exercise dan Massage Efektif terhadap Peningkatan Fungsional Lumbal Akibat Nyeri Pinggang Bawah pada Ibu Hamil Trimester III Arpandjam’an Arpandjam’an; Hasnia Ahmad; Suharto Suharto
GLOBAL HEALTH SCIENCE Vol 7, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Communication and Social Dinamics (CSD)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/ghs7206

Abstract

Poblem utama subjek penelitian ini adalah menurunnya kemampuan fungsional ibu hamil akibat nyeri pinggang bawah saat trimester III. Jenis penelitian ini adalah experiment dengan desain one group pretest-posttest dengan tujuan untuk mengetahui efek kombinasi back exercise dan massage terhadap perubahan kemampuan fungsional lumbal akibat nyeri pinggang bawah ibu hamil trimester III. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ballaparang Kelurahan Ballaparang Kecamatan Rappocini Makassar, dengan sampel penelitian sebanyak 10 ibu hamil trimester III yang mengalami nyeri pinggang bawah dan sesuai dengan kriteria penelitian. Fungsional lumbal diukur menggunakan instrument Owetry Disability Index dengan meminta subjek penelitian menunjuk angka 0 sampai 5 sesuai keadaan yang dialaminya. Analisis data dengan paired sample t-test. Dari hasil penelitian diperoleh intervensi kombinasi back exercise dan massage dapat menghasilkan peningkatan fungsional lumbal yang signifikan pada nyeri pinggang bawah ibu hamil trimester III dengan nilai p=0.004. Dengan demikian back exercises dan massage efektif meningkatkan kemampuan fungsional pada subjek penelitian. Kata kunci: back exercises; massage; nyeri pinggang; ibu hamil
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN FUNGSIONAL LENGAN DAN TUNGKAI AKIBAT HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGIK DI INGGIT MEDICAL CENTRE Hasbiah Hasbiah; Hendrik Hendrik; Moureen Moureen; Fahrul Islam; Hasnia Ahmad; Yonathan Ramba
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v14i2.3152

Abstract

ABSTRAK Hemiparase adalah sindrom klinis yang timbulnya mendadak, progresifnya secara cepat, dan berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung selama 24 jam atau  langsung menimbulkan kematian, disebabkan  gangguan pada peredaran darah di otak non-traumatic (Halim, 2016). Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi terhadap gangguan fungsional lengan dan tungkai akibat Hemiparese Non Hemoragik dan meningkatkan fungsi aktivitas sehari-hari dengan menggunakan intervensi Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF.Hasil setelah melakukan penanganan selama 8 kali terapi didapatkan hasil meningkatan nilai aktivitas sehari-hari atau ADL pada pasien Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian Passive dan Aktif Exercise,Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation atau PNF dapat meningkatkan aktivas sehari hari atau ADL pada kasus Hemipare Non Hemoragik Post StrokeKata Kunci : Hemiparese Non Hemoragik , Passive dan Aktif Exercise,  Bridging Exercise dan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
PENGARUH PEMBERIAN TENS DAN McKENZIE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL LUMBAL PADA PENDERITA ISCHIALGIA AKIBAT HNP LUMBAL DI RSUD PANGKAJENE DAN KEPULAUAN Hasnia Ahmad; Annisa Berliani Dahmadi; Sitti Muthiah
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v13i1.3176

Abstract

Background: Ischialgia is pain that is felt along the sciatic nerve and continues along the leg. Ischialgia can be caused by a herniated nucleus pulposus which causes radicular pain due to disc pressure on the nerve roots exiting the intervertebral foramen. Ischialgia can cause functional lumbar barriers in carrying out daily activities, especially sitting for a long time, walking long distances and standing for a long time.Methods: This study was a pre-experimental study with a one group pretest-posttest design, aiming to determine the effect of TENS and McKenzie Exercise on improving lumbar function in patients with ischialgia due to lumbar HNP. This research was conducted at Pangkajene and Kepulauan Hospital, with the sample being ischialgia sufferers due to lumbar HNP who fit the inclusion criteria. The number of samples was 28 people who were given treatment in the form of TENS and McKenzie Exercise 12 times. Lumbar functional measurement using the Oswestry disability index.Results: Based on the descriptive test in this study, the mean lumbar functional value before treatment was 44.839 to 29.336 with a difference of 15.504 after treatment. The statistical results using the Wilcoxon test show that p = 0.000 is less than α = 0.05 (p < α) which means that the working hypothesis is accepted.Conclusion: TENS and McKenzie Exercise have a significant effect on improving lumbar function in patients with sciatica due to lumbar HNP.Keywords: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, McKenzie Exercise, Lumbar Functional, Lumbar HNP
PENGARUH MOTOR RELEARNING PROGRAMME TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN PASIEN HEMIPARESE POST STROKE DI RSUD SALEWANGANG MAROS Intan Eddy Parindingan; Hasnia Ahmad
Media Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/mf.v13i2.3181

Abstract

Background: Stroke is a world health problem with an annual incidence of 0.2 – 2.5 per 1000 population. Hemiparese is a motor control disorder that appears after a stroke. These motor disturbances are associated with reduced walking speed with changes in walking time and distance traveled. Patients with hemiparesis tend to take short, uneven steps and spend a longer time standing on the side of the body that is not experiencing weakness.Methods: This research is a type of pre-experimental research with a pre test-post test one group design, aiming to determine the effect of the Motor Relearning Program on the walking ability of hemiparese post stroke patients at Salewangang Maros Hospital, with a sample of 14 people who received motorbike treatment Relearning Program and using the Time Up and Go (TUG) Test.Results: Based on the results of the Wilcoxon test analysis, namely p value = 0.000 at a distance of 2 meters (p <0.05), p value = 0.001 at a distance of 8 meters (p <0.05) and value of p = 0.001 at a distance of 10 meters (p <0.05), indicating that the administration of the Motor Relearning Program had an effect on increasing the ability to walk in hemipraese post stroke patients.Conclusion: The administration of the Motor Relearning Program intervention has an effect on increasing the walking ability of hemipraese post stroke patients. Patients are advised to apply this exercise daily to improve their walking ability.Keywords: Motor Relearning Program, Ability to walk, Stroke
Muscle Energy Technique Efektif pada Pasien Nyeri Musculus Upper Travezius Suharto Anwar; Sri Saaadiyah Leksonowati; Hasnia Ahmad; Arpandjaman Arpandjaman
INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Yayasan Literasi Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55123/insologi.v2i1.1454

Abstract

Neck pain radiating to the upper trapezius muscles can interfere with the patient's daily activities due to the limited range of motion of the neck, the cervical extensors and flexors become tense due to changes in cervical biomechanics and generally affect workers who require repetition of movements coupled with high work speeds. If you hold your head down for too long it will cause muscle tension or spasm in the neck area and there will be limited neck movement so that the neck is functionally disturbed. The purpose of this study was to determine the effectiveness of muscle energy techniques in neck muscle pain, spasm of the upper travezius muscles. The design of this study was experimental with a pre test-post test one group design. The research subjects met the criteria, namely neck pain myofascial trigger point of the upper trapezius muscle, men and women with moderate to severe pain intensity, willing to be respondents and no musculoskeletal disorders. This research was conducted in June-July 2018. 10 patients with upper trapezius pain (age 21-23 years) were given muscle energy techniques with minimal isometric contractions and stretching 3 times/week, isometric movements repeated 5 times and stretching on the upper trapezius for 45 second. Pain was measured with a Visual analog scale at the beginning and end of the intervention. The results of the study found a significant reduction in pain with scores (p <0.05). The conclusion of this study is that muscle energy technique is effective in reducing pain in cases of spasm of the upper travezius muscle.