Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

The Effect of Different Seed Cutting Treatments and Concentrations of BAP for the Successful In Vitro Micrografting of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Agustina, Mira; Maisura, Maisura; Handayani, Rd. Selvy
Journal of Tropical Horticulture Vol 3, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Yayasan Pertanian Tropika Indonesia (YPTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1086.32 KB) | DOI: 10.33089/jthort.v3i1.37

Abstract

The efforts of the rooting of regenerants resulting from gamma-ray irradiation require plant tissue culture, which known as micrografting. This technique can help irradiated regenerants to develop a well root system, by combining non-rooting shoots with rooted in vitro cultured shoots of plant rootstock. The purpose of this study was to examine the effect of seed explants cutting and the application of different BAP concentrations for the successful micro-grafting of mangosteen in vitro. This experiment employed Complete Randomized Design (CRD) Factorial with two factors and ten replications. The first factor was the cutting treatments of mangosteen seeds explants for rootstock shoots, consisting of 2 types of seeds: uncut and cut seeds. The second factor was BAP concentrations: BAP 0 mg/l and BAP 2 mg/l. The results showed that the division of the seeds had an influence on the results of micro-grafting mangosteen in vitro. Micrografted mangosteen, which rootstock applied from undivided seeds, possessed faster growth, longer shoots, and produce more leaves compared to rootstock shoots from the divided seeds. BAP concentrations also contributed to the results. The application of BAP 2 mg/ demonstrated better effect on all variables observed. There were no interactions between seed divisions and BAP concentrations in all observed variables.
The Effect of BAP and IBA on In Vitro Root Cultures of Acehnese Pomelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) Handayani, Ira; Nazirah, Laila; Handayani, Rd. Selvy
Journal of Tropical Horticulture Vol 3, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Yayasan Pertanian Tropika Indonesia (YPTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1252.145 KB) | DOI: 10.33089/jthort.v3i1.43

Abstract

Acehnese pomelo is considered as a potential fruit to be developed for its economic and nutritional values. However, there is a main problem in developing this fruit. Pomelo sometimes is grown from seeds, but nowadays the fruits are often found to be having lesser seeds or even seedless. Besides, it is quite challenging to grow this local pomelo not only due to the scarce of the seeds, but it also cannot be conventionally germinated. Therefore, we need to develop this fruit through tissue culture. The purpose of this study was to investigate the effect of growth regulators on germination of pomelo seeds in vitro and its organ formation from in vitro root explants seed-originated of pomelo. The study was conducted at Plant Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Malikussaleh University. In October 2018 to April 2019. The research was divided into two separate experiments: 1) in vitro germination of pomelo seeds and 2) in vitro organ formation from root explants from of pomelo seeds. The first experiment using Complete Randomized Design (CRD) with 10 replications. The only factor observed was the use of BAP (0 and 2 mg/l). The second experiment was the examination of plant organ formation from root explants of pomelo seeds. This experiment had 2 factors observed. The first factor was different concentrations of BAP (0, 1, and 2 mg/l). The second factor was the different concentration of IBA (0, 1.25, and 2.5 mg/l). The results indicated that the application of BAP influenced the germination of pomelo seeds. The application of 2 mg/l BAP attributed to slower growth of shoots and roots, but it demonstrated better number of shoots, roots and leaves compared to application of 0 mg/l BAP. Pamelo root explants can form adventitious shoots on media eventhough without growth regulator (BAP 0 mg/l + IBA 0 mg/l), but optimization still needs to be done in order to obtain the best concentration to initiate shoot formation.
Effect of Cytokines On The In Vitro of Sweet Kaffir Lime (Citrus hystrix Dc) Handayani, Rd. Selvy; Yunus, Ismadi; Tillah, Nadia; Handayani, Ira
Journal of Tropical Horticulture Vol 3, No 2 (2020): October 2020
Publisher : Yayasan Pertanian Tropika Indonesia (YPTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33089/jthort.v3i2.51

Abstract

Sweet kaffir lime (Citrus hystrix Dc), also called "Boh Kruet Mameh" is one of Aceh's local plants, which is currently very difficult to obtain. Sweet kaffir lime is not like the ordinary kaffir lime, which tastes sour. The fruit of sweet kaffir lime has a larger size than the regular kaffir lime, sweet and sour taste, aromatic and fresh, which can be consumed as a fruit table. The problem of developing the propagation technique of sweet kaffir lime plants is the seeds' condition, which are conventionally difficult to germinate and limited in number, making it difficult to get a high-quality seed. Thus, to overcome these problems, suitable solutions to plant propagation techniques should be sought. As for the right plant propagation technique is tissue culture technology or in vitro propagation technique. This research was conducted at the Plant Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Malikussaleh University. The research was conducted from February to April 2018. This research used a single randomized complete design (CRD) with ten replications. The treatment is a combination of the basic media, which consists of MS0 (MS media without BAP) and MS1 (MS + BAP 4 ppm). The result showed that the adduction of 4 ppm BAP in MS media influenced the in vitro sweet kaffir lime seeds' growth. Sweet kaffir lime seeds that were given 4 ppm BAP grew buds faster with more percentage of shoot growth, the number of shoots, and a number of leaves than the seeds without BAP adduction.
Pengaruh Konsentrasi Bap Pada Perkecambahan Biji Pamelo Asal Aceh Secara In-Vitro Handayani, Ira; Nazirah, Laila; Ismadi, Ismadi; Rusdi, Muhammad; Handayani, Rd. Selvy
Agrium Vol 17 No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v17i2.2927

Abstract

Pamelo (Citrus  maxima  (Burm.)  Merr.) besar merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang mendapat perhatian dari pemerintah untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya karena memiliki prospek pemasaran yang baik. Permasalahan utama pengembangan tanaman pamelo Aceh adalah ketersediaan biji yang sangat sedikit atau bahkan sering dijumpai tanpa biji dan juga bijinya sulit sekali dikecambahkan dikecambahkan secara konvensional. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh BAP terhadap keberhasilan perkecambahan biji pamelo lokal Aceh secara in vitro. Penelitian  dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh pada bulan Desember 2018 sampai dengan Februari 2019. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Perlakukuannya adalah konsentrasi BAP yaitu 0 dan 2 mg/L dengan 30 ulangan, sehingga didapat 60 satuan percobaan. Pada percobaan ini setiap eksplan ditanam pada botol kultur dengan jumlah 2 eksplan per botol. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam. Jika hasil uji F menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncans Multiple Range Test) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAP dapat mempengaruhi pertumbuhan eksplan biji pamelo secara in vitro.  Pemberian BAP 2 mg/L pada awal menyebabkan biji lebih lambat membentuk tunas dan akar, namun pada akhir pengamatan didapatkan biji menghasilkan tunas dan daun yang lebih banyak.
Perbandingan pertumbuhan dan hasil berbagai varietas bawang merah (Allium cepa) di lahan gambut Meulaboh Aceh Barat Nurwahdani, Syarifah; Handayani, Rd. Selvy; Ismadi, Ismadi; Nilahayati, Nilahayati; Nazirah, Laila; Inayatillah, Aufa
JURNAL AGRONIDA Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Agronida
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jag.v10i2.14592

Abstract

Bawang merah merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak manfaatnya dan permintaannya juga tinggi. Produksi tanaman bawang merah di Kabupaten Aceh Barat masih rendah, terutama karena penanaman dilakukan di lahan gambut, dan varietas yang adaptif terhadap lahan tersebut belum tersedia. Tujuan penelitian untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil umbi dari beberapa varietas nasional bawang merah pada lahan gambut di Meulaboh, Aceh Barat. Penelitian dilaksanakan pada lahan percobaan milik Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Barat dan Laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh, mulai Januari hingga April 2024.  Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan tiga ulangan, yang terdiri atas tujuh varietas, yaitu Gayo, Birma, Cirebon, Singkil Gajah, Bima Brebes, Tajuk, dan Batu Ijo Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas bawang merah memiliki pertumbuhan dan hasil tanaman yang berbeda pada semua peubah yang diamati. Tinggi dan jumlah daun varietas Cirebon, Gayo, dan Birma (varietas dataran tinggi) lebih rendah dibandingkan dengan varietas dataran rendah lainnya. Varietas Batu Ijo memiliki diameter umbi terbesar, tetapi jumlahnya sedikit, sedangkan Bima Brebes memiliki diameter besar dengan jumlah umbi yang banyak. Varietas Tajuk dan Bima Brebes menunjukkan nilai bobot segar dan bobot kering umbi terbaik di antara varietas lainnya.
Growth Response of Cymbidium Orchid (Cymbidium Finlaysonianum) Subcultures Due to the Addition Naa and Kinetin Ainaya, Ainaya; Handayani, Rd. Selvy; Nazirah, Laila; Nilahayati, Nilahayati; Faisal, Faisal
Journal of Tropical Horticulture Vol 5, No 2 (2022): October 2022
Publisher : Yayasan Pertanian Tropika Indonesia (YPTI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33089/jthort.v5i2.79

Abstract

The Cymbidium orchid plant is a popular ornamental plant among Indonesians due to its beautiful blooms with unique shapes and colors. The generative propagation of orchid plants cannot be done conventionally.  This is due to the unavailability of food storage (endosperm)in the orchid plant. The purpose of this research was to determine the effect of NAA and kinetin on the growth of Cymbidium finlaysonianum orchid subcultures in vitro. The research method used was a factorial Completely Randomized Design (CRD) that consists of two factors which are the concentration of Naphthalene Acetic Acid (NAA) (0 mg/L, 0,5 mg/L, 1 mg/L) and kinetin (0 mg/L, 1 mg/L, 2 mg/L). The results showed that NAA can reduce the growth of Cymbidium orchid subcultures on the number of buds 7-8 WAP and root growth time. The best treatment is found in the treatment of 0 mg/L of NAA. 2. Kinetin can increase the growth of Cymbidium orchid subcultures up to a concentration of 1 mg/L at the percentage of root growth 5 WAP and the number of roots 5-7 WAP. The best treatment is found in the 1 mg/L of Kinetin. 3. The interaction between the concentration of NAA and Kinetin only affects the number of shoots 3-4 WAP and the number of roots at the age of 6-8 WAP. The best treatment was 0 mg/L of NAA + 1 mg/L of Kinetin.
Peran Biochar Sekam Padi Sebagai Bahan Ameliorasi Pada Pertumbuhan Dan Produksi Berbagai Varietas Kacang Tanah Yusuf Nurdin, Muhammad; Usnawiyah, Usnawiyah; Handayani, Rd. Selvy; Zuliati, Septiarini; Ulham, Hafizah; Tumangger, Karina
Agrium Vol 21 No 4 (2024)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v21i4.20618

Abstract

Masalah utama pada komoditas kacang tanah saat ini adalah rendahnya tingkat produksi akibat faktor degradasi tanah dan kurangnya nutrisi. Untuk mengatasi kondisi ini, penggunaan biochar sebagai bahan ameliorasi yang dapat memperbaiki kondisi fisik terutama struktur dan aerasi yang mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan biochar dan penggunaan beberapa varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan dua faktor. Faktor I adalah Biochar (B), terdiri dari: B0: 0 g/tanaman, B1: 65 g/tanaman, B2: 130 g/tanaman. Faktor II adalah varietas (V), V1: Kelinci, V2: Hypoma-1, V3: Kancil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan antara aplikasi biochar sekam padi dan penggunaan beberapa varietas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. pemberian biochar 130 g/tanaman atau 10 ton/ha memberikan nilai terbaik pada setiap peubah yang diamati. Sedangkan pada penggunaan varietas, nilai tertinggi pertumbuhan didapatkan pada varietas kancil, tetapi pada komponen produksi tertinggi didapatkan pada varietas hypoma 1, serta tidak terdapat interaksi antara penambahan biochar dan penggunaan varietas.
Perkecambahan Biji Jeruk Purut Manis (Citrus hystrix Dc) Akibat Sitokinin Dalam Bahan Alami Dan Sintetik Secara Kultur Jaringan H, Safrida; Handayani, Rd. Selvy; Nilahayati, Nilahayati; Ismadi, Ismadi; Nazirah, Laila; Hafifah, Hafifah; P, Asyifa
Agrium Vol 21 No 4 (2024)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v21i4.19990

Abstract

Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc) merupakan salah satu tanaman buah khas Aceh yang terancam punah. Keunikan dari tanaman ini adalah rasanya yang manis, beraroma harum dan buahnya yang segar, sehingga dapat dikonsumsi seperti jeruk pada umumnya. Perbanyakan jeruk purut manis sulit dilakukan secara konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh alami (air kelapa) dan sintetik  benzyl amino purine  (BAP) pada perbanyakan jeruk purut manis secara in vitro. Metode penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi air kelapa (0%, 10%, 20%). Faktor kedua adalah konsentrasi BAP (0 mg/L, 1,25 mg/L, 2,5 mg/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara konsentrasi air kelapa dan BAP pada semua variabel yang diamati. Faktor tunggal perlakuan air kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan, pada variabel waktu muncul tunas, persentase tumbuh tunas, dan jumlah tunas. Perlakuan terbaik adalah perlakuan air kelapa 20%.  Faktor tunggal perlakuan BAP berpengaruh terhadap variabel waktu muncul tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan waktu muncul akar. Perlakuan terbaik adalah  BAP 2,5 mg/L.
Analisis Kemiripan Morfologi Bagian Vegetatif Tanaman Jeruk Purut Manis Lokal Aceh Dan Jeruk Purut (Citrus hystrix) Khalidi, M. Al; Handayani, Rd. Selvy; Ismadi, Ismadi; Nazirah, Laila; Nilahayati, Nilahayati
Agrium Vol 22 No 1 (2025)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v22i1.21194

Abstract

Tanaman Jeruk Purut Manis (Citrus hystrix) merupakan salah satu spesies jeruk yang khas dari Aceh. Budidaya tanaman jeruk purut manis menghadapi banyak kendala dan permasalahan dari segi perbanyakan tanaman hingga perkembangannya. Oleh karena itu dikhawatirkan tanaman jeruk purut manis Aceh terancam punah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakter dan tingkat kemiripan tanaman jeruk purut manis lokal Aceh dan jeruk purut berdasarkan marka morfologi bagian vegetatif tanaman. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah eksplorasi tanaman jeruk purut manis, dan tahap kedua adalah karakterisasi morfologi bagian vegetatif tanaman. Data morfologi bagian vegetatif tanaman dianalisis dengan program NTSYS (Numerical taxonomy and multivariate analisis system, Versi 2.10). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman buah jeruk purut manis lokal Aceh terdapat di kecamatan Gunci dan Banda Baro. Tanaman jeruk purut manis memiliki perbedaan morfologi dengan jeruk purut pada bagian batang, cabang dan daun. Koefisien kemiripan jeruk purut manis dan jeruk purut asal Aceh Utara berdasarkan morfologi bagian vegetatif tanaman  adalah rendah sampai tinggi yaitu 46-89%.
Karakterisasi Morfologi Tanaman Langsat (Lansium domesticum) Lokal Kabupaten Aceh Utara Fadli, Fadli; Ismadi, Ismadi; Handayani, Rd. Selvy; Nazirah, Laila; Nilahayati, Nilahayati
Agrium Vol 22 No 2 (2025)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v22i2.22584

Abstract

Langsat (Lansium domesticum) merupakan tanaman tropis dengan iklim basah yang berasal dari Malaysia dan Kalimantan Timur Indonesia. Tanaman langsat memiliki kesamaan dengan beberapa jenis tanaman lain dari spesies meliaceae seperti kokosan, pisitan, dan celoring. Akan tetapi hingga saat ini belum ada informasi tentang karakteristik morfologis tanaman langsat di Provinsi Aceh. Identifikasi perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap penyebaran sentra produksi langsat, karakteristik langsat, dan keanekaragaman sifat tanaman langsat lokal Aceh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan daerah sebaran, karakter morfologi, dan kualitas buah langsat lokal Aceh Utara. Pelaksanaan penelitian karakterisasi dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara yang meliputi Kecamatan Simpang Kramat dan Kecamatan Kuta Makmur, penelitian ini di mulai bulan Februari - April 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisasi 35 aksesi tanaman langsat yaitu tinggi pohon dan lingkar batang pada tiga desa di Kecamatan Simpang Keuramat dan Kecamatan Kuta Makmur. Keragaman/karakteristik morfologi langsat lokal Aceh Utara memiliki kekuatan batang yang sangat kuat, permukaan batang halus, mahkota berbentuk piramida, pertumbuhan pohon tegak, sedangkan untuk kerapatan percabangan bervariasi yaitu jarang, sedang, dan padat. Kerapatan percabangan sedang dan padat dominan ditemukan, sementara pola percabangan ditemukan dalam bentuk tegak. Kata Kunci : Karakteristik, langsat, morfologi