Tingginya prevalensi gangguan tidur pada tahanan yang berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Tingkat stres yang tinggi dan kebiasaan sleep hygiene yang kurang baik diduga menjadi faktor utama yang mempengaruhi kualitas tidur tahanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada tahanan baru di Rutan Bareskrim Polri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang melibatkan 135 responden. Data dikumpulkan melalui kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Perceived Stress Scale-10 (PSS-10), Sleep Hygiene Index (SHI), serta kuesioner lingkungan dan data demografis. Hasil analisis univariat memiliki kualitas tidur buruk (77%), tingkat stres berat (77,8%), dan sleep hygiene buruk (81,5%). Lingkungan tahanan dinilai buruk oleh responden (54,8%), dan menjalani masa tahanan 1-2 bulan (70,4%). Sebagian besar responden adalah laki-laki (85,2%) dan berusia 19-44 tahun (55,3%). Hasil analisis bivariat terdapat hubungan variabel tingkat stres dan sleep hygiene terhadap kualitas tidur tahanan baru di Rutan Bareskrim Polri didapatkan p-value pada tingkat stres sebesar (p=0,002, OR 7,7077, CI=3,734-18,663) dan sleep hygiene (p=0,001, OR 6,750, CI=2,663-16,205). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat stres dan sleep hygiene dengan kualitas tidur tahanan baru di Rutan Bareskrim Polri didapatkan variabel tingkat stres dengan nilai (p=0,003, OR=7,901, CI 3,582-18,105) setelah dikontrol lingkungan tahanan, lama masa tahanan dan jenis kelamin sebagai variabel protektif. Penelitian ini menegaskan pentingnya pengelolaan stres dan edukasi kebiasaan tidur sehat untuk meningkatkan kualitas tidur tahanan. Temuan ini menjadi dasar bagi pengembangan intervensi pembinaan tahanan yang berfokus pada kesehatan mental dan kondusifnya lingkungan tidur.