Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN Santosa, Santosa; Irsyad, Fadli; Adiani, Lia
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL FKPT-TPI 2017
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.875 KB)

Abstract

Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2015 di Korong Caniago, NagariKasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman dan di Kabupaten Dharmasraya. Tujuandari penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian terhadap mesin tanam Indo Jarwo Transplanter danmelakukan analisis ekonomi sistem penanaman. Hasil pengujian Indo Jarwo Transplanter menunjukanbahwa kinerja alat tanam ini efisien karena menghasilkan kecepatan kerja lebih cepat dibandingkandengan penanaman manual. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman denganmembandingkan kecepatan tanam menggunakan alat dan manual yaitu 1.29 km/jam menggunakan alat, sedangkan dengan menggunakan tenaga manusia sebesar 0.058 km/jam. Efisiensi kerja lapang rata-ratadi Kabupaten Padang Pariaman sebesar 76.75 % sedangkan di Kabupaten Dharmasraya sebesar 79.18 %.Biaya pokok pengoperasian alat tanam Indo Jarwo Transplanter di Kabupaten Dharmasraya sebesar Rp322,716/ha dan titik impas 62.97 ha/tahun sedangkan di Kabupaten Padang pariaman biaya pokokpenanaman sebesar Rp 385,437/ha dan titik impas 52.63 ha/tahun.  Kata kunci: biaya pokok, efisiensi kerja lapang, titik impas, transplanter.
PEMODELAN KINETIK KEHILANGAN VITAMIN C PADA TEPUNG BAYAM MERAH PADA BEBERAPA KONDISI PENYIMPANAN Andasuryani, Andasuryani; Irsyad, Fadli; Pardede, Hafna Mulyana
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL FKPT-TPI 2017
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.875 KB)

Abstract

Bayam merah (Alternanthera amoena Voss.) merupakan jenis bahan pangan yang mudah rusak setelah panen karena memiliki kadar air yang tinggi. Kegiatan pengolahan sayur bayam merah menjadi tepung sayur bayam merah merupakan langkah untuk diversifikasi produk pangan. Namun, produk pangan akan mengalami penurunan nilai gizi selama penyimpanan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan model kinetik vitamin C dalam tepung bayam merah. Studi kinetik ini dilakukan pada suhu 20 0C, 30 0C, 40 0C, dan 50 0C selama 30 hari dengan waktu pengamatan setiap 3 hari (hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27 ,30) yang dimodelkan dengan persamaan Arrhenius. Kadar vitamin C ditentukan secara titrasi iodimetrik langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju penurunan vitamin C juga semakin meningkat. Laju penurunan vitamin C dalam tepung bayam merah mengikuti orde nol dengan persamaan Arrhenius Y= -695.01 x - 1.807; R2= 0.937 dan nilai energi aktivasi sebesar 1.381 kkal/mol. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kandungan vitamin C tepung sayur bayam yang disimpan pada suhu 20 0C menghasilkan penurunan nilai gizi yang paling kecil. Kata kunci: Bayam merah, model kinetik, persamaan Arrhenius, tepung bayam merah. 
ANALISIS PERUBAHAN IKLIM LOKAL DAN DEBIT SUNGAI DI DAS CIDANAUANALYSIS OF LOCAL CLIMATE CHANGE AND DISCHARGE IN CIDANAU WATERSHED Fadli Irsyad; Satyanto Krido Saptomo; Budi Indra Setiawan
Agromet Vol. 25 No. 1 (2011): JUNE 2011
Publisher : PERHIMPI (Indonesian Association of Agricultural Meteorology)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.29 KB) | DOI: 10.29244/j.agromet.25.1.17-23

Abstract

Climate change causes uncertainty in water availability. The change may include annual rainfall, evapotranspiration and the shift of rainy and dry seasons, thus, it affects hydrological response in the region. Water demand will increase over time with population, industrial and business growth but the water availability has not been ascertained to sustainably satisfy those needs.  Cidanau Watershed has wetland ecosystem so-called the Rawa Danau (Caldera), with an area of around 2,500 ha. This watershed receives average annual rainfall around 2,500 mm. Climate change especially the local climate in the region of Cidanau was analyzed to illustrate how the relationship with Cidanau river discharge. It is expected that climate change does not affect the water availability in the watershed. In this study, the analysis of local climate change and its impact on the availability of water resources on Cidanau Watershed was based on climate trends, water balance analysis, and estimation of  discharge of Cidanau Watershed. This research was carried out using climate data and discharge from 1996 until 2010. The results showed that climate variables have changed from 1996 to 2010. This change mainly occurred in temperature, annual rainfall, and evapotranspiration. Based on the analysis, the discharge of Cidanau Watershed will decrease due to changes in rainfall and evapotranspiration. The estimated minimum river discharge of Cidanau Watershed ranges from 0.5 to 1 m3/s until 2050.
Penentuan Awal dan Durasi Musim Kemarau Menggunakan Fungsi Polynomial dengan Aplikasi Visual Basic for Applications (VBA) Fadli Irsyad; Satyanto Krido Saptomo; Budi Indra Setiawan
Agromet Vol. 28 No. 1 (2014)
Publisher : PERHIMPI (Indonesian Association of Agricultural Meteorology)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.975 KB) | DOI: 10.29244/j.agromet.28.1.40-46

Abstract

Forecasting the occurrence of the onset of dry season and its length is important in determining the availability of water for irrigation, domestic and industrial uses. The length of dry season is used for reference in calculating water demand. Prediction of drought can be studied based on the rainfall patterns that have occurred. This is possible because there is a tendency that the rain will repeat a certain pattern at a certain time. The purpose of this study was to predict the onset of dry and rainy seasons as well as their length. Determination of the onset of dry season and its length was conducted using polynomial function of the cumulative amount of rain every single day based on the rain data. The research was conducted using rainfall data from Climate Station III in Serang from 1989 to 2010. The sum of daily rainfall could form a polynomial function. If the magnitude of daily rainfall in a certain period of time is less than the slope of the cumulative annual rainfall, then at that time the dry season is occurred. Determination of the dry season peak can be done by finding the maximum (extreme) point from the polynomial function by getting the second derivative which value is close or equal to zero. In average, the dry season occurred in Serang city started on the 132nd until 300th day. Deviation value for the onset of dry and rainy seasons were 23 and 38 days, respectively, with an average of length of 168 days. The average of R2 value for polynomial function was 0.9937.
PENGEMBANGAN KLASTER TANAMAN CABAI DI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Eri Gas Ekaputra; Feri Arlius; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 1 No 3.b (2018)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.391 KB)

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang paling diminati di masyarakat seperti halnya bawang merah, dan bawang putih. Hal ini dikarenakan komoditas tersebut dibutuhkan disetiap lapisan masyarakat, terutama di Provinsi Sumatera Barat. Permintaan terhadap cabai biasanya akan semakin tinggi menjelang hari istimewa seperti lebaran, tahun baru, dan hari besar nasional. Tingginya permintaan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga cabai di pasaran, diperparah dengan musim hujan dan cuaca ekstrim, hal ini akan menyebabkan produksi cabai menjadi terhambat hingga gagal panen pastinya akan terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan. Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan klaster nasional cabai tersebut adalah perlu adanya dukungan teknologi pertanian serta upaya penumbuhan kelembagaan sehingga diperlukan pendampingan yang intensif. Kepentingan masing-masing petani yang beragam dapat menjadi tantangan sekaligus peluang dalam penyadaran petani untuk berkelompok. Sehingga perlakuan dominasi pengumpul cabe dengan melakukan kegiatan spekulatif menjual cabai di suatu wilayah dengan harga yang tinggi mengakibatkan adanya supply shock yang pada akhirnya dapat memicu inflasi pada wilayah sentra cabai. Perubahan iklim wilayah yang terjadi pada tingkat probabilitas yang bervariasi berkisar antara 58 % - 100 %. Parameter iklim yang mengalami tren signifikan yaitu; kecepatan angin kumulatif dan maksimum dengan tren negatif pada probabilitas 100%, kelembaban relatif rata-rata dan minimum dengan tren positif pada probabilitas sebesar 100 %, dan Evaporasi dengan tren positif pada probabilitas rata-rata 95 %. Berdasarkan perhitungan neraca air pada Stasiun Candung didapatkan jadwal tanam cabai yang tepat berada pada Bulan Februari. Sedangkan pada Stasiun Matur, jadwal yang tanam cabai dapat dilakukan pada Bulan Mei, dan Stasiun Gobah pada Bulan Januari. Diharapkan kepada petani cabai untuk menyesuaikan jadwal tanam cabai pada bulan tersebut agar mendapatkan kuantitas dan kualitas cabai yang diharapkan.
PEMANFAATAN SLUDGE HASIL IKUTAN BIOGASDARI KOTORAN SAPI UNTUK PEMBUATAN KOMPOS Delvi Yanti; Santosa Santosa; Eri Gas Ekaputra; Mislaini Mislaini; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Jurnal Hilirisasi IPTEKS Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : LPPM Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.924 KB) | DOI: 10.25077/jhi.v2i2.338

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos, sehingga petani dapat menyediakan pupuk secara mandiri. Metode yang digunakan dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos adalah penyuluhan dan percontohan atau demonstrasi. Penyuluhan disampaikan menggunakan metode atau sistem Focus Group Discussion (FGD). Percontohan atau demostrasi dilakukan di lokasi kegiatan yang meliputi bagaimana cara atau proses pembuatan kompos (perbandingan banyaknya sludge dengan bahan kompos lain). Hasil kegiatan adalah kelompok tani Indah Sakato telah memahami cara pembutan kompos dengan memanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi. Dari hasil percontohan bahan campuran yang terbaik dalam pembuatan kompos untuk sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi adalah eceng gondok, karena kandungan unsur N, P, dan K yang paling besar dibandingkan dengan bahan yang lain dan juga memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan (SNI 19-7030-2004).
SOSIALISASI DAN PELATIHAN PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK DAN JERAMI PADI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN Fadli Irsyad; Delvi Yanti; Andasuryani Andasuryani
BULETIN ILMIAH NAGARI MEMBANGUN Vol 1 No 3 (2018)
Publisher : LPPM (Institute for Research and Community Services) Universitas Andalas Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.815 KB) | DOI: 10.25077/buletin ilmiah nagari membangun.v1i3.24

Abstract

This activity aims to transfer knowledge and technology in the use of livestock manure and rice straw as an environmentally friendly alternative energy source, namely biogas, so that farmers get social and economic benefits from their own waste. The methods used in the implementation of this activity are lectures, demonstrations, and experiments. The results of the socialization and training activities on the use of biogas from livestock manure and rice straw can achieve the objectives in accordance with the objectives of community service activities, this can be seen from the increase in participants' understanding of the processing of waste into biogas after 50% of activities.
Pemanfaatan Sludge Hasil Ikutan Biogas Dari Kotoran Sapi Untuk Pembuatan Kompos Pada Kelompak Tani Indah Sakato Kenagarian Kasang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Delvi Yanti; Santosa Santosa; Eri Gas Ekaputra; Mislaini Mislaini; Omil Charmyn Chatib; Fadli Irsyad
Warta Pengabdian Andalas Vol 23 No 1 (2016): Warta Pengabdian Andalas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos, sehingga petani dapat menyediakan pupuk secara mandiri.Metode yang digunakan dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi pemanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi untuk pembuatan kompos adalah penyuluhan dan percontohan atau demonstrasi.Penyuluhan disampaikan menggunakan metode atau sistem Focus Group Discussion (FGD). Percontohan atau demostrasi dilakukan di lokasi pengabdian yang meliputi bagaimana cara atau proses pembuatan kompos (perbandingan banyaknya sludge dengan bahan kompos lain).Hasil kegiatan adalah kelompok tani Indah Sakato telah memahami carapembutan kompos dengan memanfaatan sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi. Dari hasil percontohan bahan campuran yang terbaik dalam pembuatan kompos untuk sludge hasil ikutan biogas dari kotoran sapi adalah eceng gondok, karena kandungan unsur N, P, dan K yang paling besar dibandingkan dengan bahan yang lain dan juga memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan (SNI 19-7030-2004).
Peran Teknologi Pertanian Dalam Penerapan Sistem Bio-Cyclo Farming Di Kecamatan Canduang (Upaya Transformasi Teknologi dalam Keberlanjutan Pertanian Neswati Neswati; Fadli Irsyad
Jurnal Pengabdian Warta Andalas Vol 24 No 2 (2017): Warta Pengabdian Andalas
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nagari Bukik Batabuah merupakan salah satu nagari di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Masyarakat di nagari ini bekerja di sektor pertanian, peternakan and perkebunan. Pada proses kegiatan tersebut menghasilkan sisa (limbah) yang cukup besar dan kalau dibiarkan dapat menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat. Permasalahan yang dialami masyarakat tersebut dapat diatasi melalui transformasi teknologi dengan menrapkan sistem bio-cyclo farming. Pelaksanaan program KKN PPM ini bermitra dengan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Bukik Batabuah. Program KKN-PPM ini dilaksanakan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dan kegiatan aksi kepada masyarakat dengan melibatkan mitra. Kegiatan ini juga didukung oleh perantau anak Nagari Bukik Batabuah yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Bukik Batabuah (IKBB), dukungan yang diberikan dalam bentuk bantuan dana untuk melaksanakan program. Kegiatan yang dilakukan:1)Pelatihan dan demonstrasi pembuatan kompos dari kotoran ternak dan limbah pertanian sebagai pupuk untuk tanaman, 2) Pelatihan dan demonstrasi pembuatan pakan ikan, 3) Pelatihan dan demonstarsi pembuatan biogas dari kotoran ternak, 4) Pembuatan damplot integrasi ternak dengan hortikultura Kegiatan KKN-PPM ini diikuti oleh 38 orang mahasiswa yang berasal dari disiplin ilmu yang beragam.Kegiatan yang telah dilakukan adalah pembekalan, pelatihan, dan sosialisasi program kepada masyarakat.
KAJIAN PERUBAHAN IKLIM PADA PENENTUAN JADWAL TANAM CABAI DI KABUPATEN AGAM Fadli Irsyad; Eri Gas Ekaputra; Assyaukani Assyaukani
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.699 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.23.1.91-102.2019

Abstract

Perubahan iklim erat kaitannya dengan perubahan pola hujan dan intensitas curah hujan yang berimbas kepada perubahan musim tanam. Kajian mengenai perubahan iklim perlu dilakukan untuk menentukan kapan musim tanam yang sesuai dengan proporsi pertumbuhan tanaman tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Man-Kendall untuk melihat apakah perubahan iklim dan curah hujan terjadi signifikan atau tidak. Metode Sens digunakan untuk melihat tingkat kemiringan perubahan tersebut yang kemudian digunakan untuk mengestimasi curah hujan bulanan pada tahun 2018 s/d 2019. Selanjutnya perhitungan neraca air dilakukan untuk melihat keseimbangan air yang akan digunakan sebagai pedoman penetapan jadwal tanam. Berdasarkan hasil penelitian pada wilayah ini, pada umumnya terjadi perubahan iklim pada setiap parameter iklim dengan tren positf kecuali pada parameter temperatur dan kecepatan angin yang mengalami tren negatif. Perubahan iklim terjadi pada tingkat probabilitas yang bervariasi berkisar antara 58 % - 100 %. Parameter iklim yang mengalami tren signifikan yaitu; kecepatan angin kumulatif dan maksimum dengan tren negatif pada probabilitas 100%, kelembaban relatif rata-rata dan minimum dengan tren positif pada probabilitas sebesar 100 %, dan Evaporasi dengan tren positif pada probabilitas rata-rata 95 %. Berdasarkan perhitungan neraca air pada Stasiun Candung didapatkan jadwal tanam cabai yang tepat berada pada Bulan Februari. Sedangkan pada Stasiun Matur, jadwal yang tanam cabai dapat dilakukan pada Bulan Mei, dan Stasiun Gobah pada Bulan Januari. Diharapkan kepada petani cabai untuk menyesuaikan jadwal tanam cabai pada bulan tersebut agar mendapatkan kuantitas dan kualitas cabai yang diharapkan.