Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

HUBUNGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 4-6 BULAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DI WILAYAH DENPASAR UTARA Putu Dita Arsintha Widma; Ketut Ariawati; I Nyoman Budi Hartawan
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 2 (2019): Vol 8 No 2 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.412 KB)

Abstract

Status gizi pada bayi, merupakan satu hal paling penting yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Asupan nutrisi utama untuk bayi 0 sampai 6 bulan yaitu air susu ibu (ASI). Bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan akan memiliki berat badan lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dan cenderung memiliki status gizi lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir. Perbandingan status gizi bayi yang berbeda-beda di masyarakat dipengaruhi oleh pemberian asupan nutrisi dari ibu terhadap bayi. Pemberian ASI eksklusif sebagai nutrisi untuk bayi juga dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang didasari dari ilmu dan informasi yang diperolehnya. Selain pengetahuan, status ekonomi juga bisa mempengaruhi pemikiran ibu dalam memberikan ASI eksklusif untuk bayinya. Tujuan daripada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan status gizi pada bayi usia 4-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dengan tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga. Desain penelitian adalah analitik cross-sectional dengan 43 responden yang merupakan ibu dengan bayi berusia 4 sampai 6 bulan di Denpasar Utara. Dilakukan wawancara menggunakan kuisioner. Setelahnya dilakukan persamaan pada variabel perancu yaitu umur dan jenis kelamin bayi, status pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga per bulannya, diperoleh bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan status gizi baik sebanyak 39 bayi dan yang berstatus gizi buruk sebanyak 3 bayi. Analisis data melalui SPSS secara bertahap menggunakan uji Fisher’s Exact dengan nilai p=0,323 (p>0,05) untuk mengetahui perbedaan rata-rata hubungan antara status gizi bayi dengan tingkat pendidikan ibu dan hubungan status gizi bayi dengan status ekonomi keluarga. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi bayi dengan tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga pada bayi usia 4-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif di Denpasar Utara. Kata Kunci: status gizi bayi, asi eksklusif, hubungan status gizi bayi dengan tingkat pendidikan, hubungan status bayi dengan status ekonomi keluarga
Profil Hemodinamik Anak dengan Sindrom Syok Dengue Berdasarkan Pemeriksaan Ultrasonic Cardiac Output Monitor Ida Bagus Gede Suparyatha; Siska Permanasari Sinardja; I Nyoman Budi Hartawan; I Wayan Gustawan; Dyah Kanya Wati; I Made Gede Dwi Lingga Utama
Sari Pediatri Vol 21, No 6 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.6.2020.371-6

Abstract

Latar belakang. Pemantauan hemodinamik secara klinis masih merupakan tantangan klinisi dalam menangani kasus Sindrom syok dengue (SSD) anak. Pengukuran parameter hemodinamik dengan USCOM dapat menilai fungsi jantung dan status hemodinamik secara kuantitatif dan real-time, dengan harapan intervensi adekuat dapat diberikan untuk mengurangi morbiditas.Tujuan. Mengetahui profil hemodinamik secara kuantitatif pada anak dengan SSD.Metode. Penelitian ini merupakan pilot study pada tahun 2016 dengan mengukur parameter hemodinamik menggunakan USCOM. Pengukuran dilakukan saat awal terdiagnosis SSD selama perawatan di RSUP Sanglah. Hasil. Hasil USCOM pada 69 subjek menunjukkan rerata cardiac index, systemic vascular index, kontraktilitas jantung, dan tingkat perfusi yang rendah, yaitu 3,03 (±1,06) L/min/m2, 27,4 (±9,7) ml/m2, 0,92 (±0,27) m/s, 474 (±188) ml/min, dengan rerata afterload yang sangat tinggi, yaitu 2.409 (±950) ds cm-5m2.Kesimpulan. Terdapat hasil USCOM serupa pada SSD kompensata maupun dekompensata, dengan luaran syok hipodinamik. Kewaspadaan tentang komplikasi yang akan terjadi pada tiap kasus SSD dapat membantu klinisi untuk mencapai luaran yang lebih baik.
Karakteristik Tumbuh Kembang Anak di Tempat Penitipan Anak Werdhi Kumara 1, Kodya Denpasar I Nyoman Budi Hartawan; I G A Trisna Windiani,; Soetjiningsih Soetjiningsih
Sari Pediatri Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.167 KB) | DOI: 10.14238/sp10.2.2008.134-8

Abstract

Latar belakang. Skrining pertumbuhan dan perkembangan terhadap seluruh anak untuk mengidentifikasi gangguan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan harus dilaksanakan secara rutin. Skrining tidak harus dilaksanakan di tempat pelayanan kesehatan, namun dapat dilaksanakan dimana saja seperti di tempat penitipan anak (TPA).Tujuan. Untuk mengetahui angka kejadian gangguan pertumbuhan dan dugaan keterlambatan perkembangan.Metode. Desain penelitian potong lintang di TPA Werdhi Kumara 1 Kodya Denpasar pada September 2007. Subjek penelitian adalah anak sehat yang berusia kurang atau sama dengan 6 tahun. Skrining pertumbuhan dengan menentukan status gizi berdasarkan indek massa tubuh dan berat badan terhadap tinggi badan sedangkan skrining perkembangan menggunakan Denver II.Hasil. Tujuh puluh sembilan subjek ikut dalam penelitian. Karakteristik subjek adalah overweight dan underweight pada anak di atas atau sama dengan 2 tahun masing-masing 14,5% dan 16,1%, sedangkan 29% subjek di bawah usia 2 tahun dikategorikan underweight. Proporsi perawakan pendek 8,9% dan kelompok tersangka keterlambatan perkembangan 13,9%. Pendidikan ayah maupun ibu tidak signifikan mempengaruhi hasil skrining Denver II (p=0,25 dan 0,37), Juga tidak berbeda bermakna antara anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki (p=0,06).Kesimpulan. Gangguan pertumbuhan dan suspek keterlambatan perkembangan ditemukan di TPA Werdhi Kumara 1, Kodya Denpasar
Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak Hendra Salim; Suparyatha I B; Budi-Hartawan I Nym
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.141-6

Abstract

Latar belakang. Penggunaan sistem skoring Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) sebagai prediktor mortalitas anak yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak (UPIA) di Indonesia masih belum banyak diteliti.Tujuan. Mengetahui hubungan skor PELOD harian dalam memprediksi mortalitas anak yang dirawat di UPIA.Metode. Penelitian observasional analitik terhadap 49 anak yang dirawat di UPIA bulan Maret-Juli 2012. Skor PELOD harian dinilai selama satu minggu pertama perawatan dan dibandingkan antara subyek hidup dan meninggal. Analisis statistik dikerjakan dengan menggunakan program komputer.Hasil. Terdapat perbedaan nilai skor PELOD harian rendah, sedang, dan tinggi terhadap mortalitas anak yang dirawat di UPIA pada perawatan hari ketiga dengan p=0,001. Nilai skor sedang dan tinggi masing-masing berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas dengan RR 2,3 (1,09-5,02) dan RR 3,3 (1,01-10,6). Rerata terjadinya mortalitas menurut analisis kurva Kapplan Meier pada skor rendah, sedang, dan tinggi masing-masing 23, 12 dan 7 hari dengan p=0,002.Kesimpulan. Skor PELOD harian dapat memprediksi mortalitas anak yang dirawat di UPIA dengan prediksi terbaik pada hari ketiga.
Mortalitas Asidosis Metabolik Laktat dan Non-laktat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah Romy Windiyanto; Suparyatha I B Gd; Sidiartha IGL; Budi Hartawan I N
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.351-6

Abstract

Latar belakang. Hiperlaktasemia terjadi pada pasien sakit berat disebabkan karena peningkatan produksi laktat dan hambatan pengeluaran laktat. Konsentrasi laktat serum >5 mmol/L disertai pH darah <7,35 disebut asidosis laktat. Prognosis asidosis metabolik laktat lebih buruk dibandingkan asidosis metabolik non-laktat meskipun kadar asidosis lebih ringan. Tujuan. Membandingkan angka mortalitas pasien asidosis metabolik laktat dan non-laktat yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Pediatrik RSUP Sanglah, serta mengetahui peran beberapa parameter laboratotium. Metode. Rancangan penelitian kohort prospektif dengan pembanding internal. Pasien yang mengalami asidosis metabolik, dianalisis dan angka mortalitas dibandingkan antara asidosis metabolik laktat dan asidosis metabolik non-laktat. Risiko relatif dihitung untuk mencari hubungan antara asidosis metabolik laktat dengan mortalitas. Hubungan antara beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan analisis multivariat regresi logistik.Hasil. Di antara 80 pasien, terdapat perbedaan bermakna mortalitas kelompok asidosis metabolik laktat (p= 0,025; RR= 2,81; IK 95% 1,129-6,991). Kadar laktat (p: 0.007; IK 95% 0.037-0.121) dan pH darah (p: 0.013; IK 95% -2.264- -0.361) menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap mortalitas. Kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1 memperlihatkan mortalitas 100%Kesimpulan. Asidosis metabolik laktat memiliki risiko relatif 2,81 terhadap mortalitas, kadar laktat dan pH darah memiliki hubungan dengan kejadian mortalitas. Terdapat perbedaan proporsi mortalitas pada kadar laktat >10 mmol/L dan pH darah <7,1.
Pengaruh Formula Bebas Laktosa Terhadap Lama Diare dan Elektrolit Serum pada Anak dengan Diare Rotavirus I Putu Gede Karyana; Nyoman Budihartawan; I GN Sanjaya Putra
Sari Pediatri Vol 14, No 2 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp14.2.2012.137-42

Abstract

Latar belakang.Diare akut rotavirus menyebabkan kerusakan mukosa, vili usus menjadi tumpul dan pendek, serta kematian sel. Proses tersebut juga mengurangi sekresi enzim laktosa yang bertanggung jawab dalam penyerapan laktosa. Laktosa yang tidak terserap menyebabkan berkembangnya diare osmotik yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit. Formula bebas laktosa dapat diserap tanpa membutuhkan enzim laktose, sehingga lama dari episode diare dapat dipersingkat.Tujuan.Untuk membandingkan lama diare dan elektrolit serum pada bayi dan anak dengan diare rotavirus setelah pemberian nutrisi formula bebas laktosa dibandingkan dengan formula standar.Metode.Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda desain pararel, pada anak usia t6-d59 bulan dengan diare akut, dibagi 2 kelompok dengan besar sampel masing-masing 30 (kelompok A formula bebas laktosa; B formula standar). Latex agglutination testdigunakan untuk mendeteksi rotavirus. Setelah dilakukan rehidrasi, diberikan intervensi. Observasi dilakukan tiap 6 jam untuk mengetahui durasi diare, berat badan, dan frekuensi defekasi. Analisis statistik dengan paireddanindependent t-testdan analisis multivariat (cox regression).Hasil. Rerata lama diare pada kelompok bebas laktosa 57,59 jam (SB 9,40) dan formula standar 85,97 (SB 13,94) jam, dengan beda rerata 28,38 (SE 3,09) jam (IK95% 22,19;34,56; p=0,001). Penurunan frekuensi defekasi bermakna pada kelompok bebas laktosa, tetapi tidak bermakna pada peningkatan berat badan. Analisis multivariat menunjukkan hanya intervensi yang diberikan berpengaruh secara bermakna terhadap lama diare diare. Rerata peningkatan serum elektrolit hanya bermakna pada serum natrium, yaitu pada kelompok formula bebas laktosa dengan rerata 1,62 (SB4,20) mEq/L (IK95% -2,83;0,41; p=0,01).Kesimpulan. Formula bebas laktosa dapat mempersingkat lama diare dan meningkatkan kadar serum natrium pada diare rotavirus.
Validitas Stroke Volume Variation dengan Ultrasonic Cardiac Output Monitor (USCOM) untuk Menilai Fluid Responsiveness I Nyoman Budi Hartawan; Antonius H Pudjiadi; Abdul Latief; Rismala Dewi; Irene Yuniar
Sari Pediatri Vol 17, No 5 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.003 KB) | DOI: 10.14238/sp17.5.2016.367-372

Abstract

Latar belakang. Stroke volume variation (SVV) adalah parameter hemodinamik untuk menilai fluid responsiveness. Pengukuran SVV dapat dilakukan dengan USCOM yang merupakan alat pemantauan hemodinamik non invasif berbasis ekokardiografi Doppler.Tujuan. Mengetahui nilai cut-off point (titik potong optimal) SVV dengan USCOM sebagai prediktor fluid responsiveness pada pasien dengan ventilasi mekanik.Metode. Penelitan dilaksanakan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan menggunakan peningkatan stroke volume (SV) setelah challenge cairan ringer laktat 10 mL/kg berat badan selama 15 menit sebagai indek. Subyek penelitian adalah pasien dengan usia ≥1 bulan dan ≤18 tahun yang menggunakan ventilasi mekanik. Peningkatan nilai SV ≥10% disebut responder dan <10% disebut non responder. Pengukuran SV dengan USCOM dilakukan sebelum dan setelah fluid challenge, dan pengukuran SVV dilakukan sebelum challenge cairan.Hasil. Terdapat 32 subyek ikut serta dalam penelitian. Area under curve (AUC) subyek ventilasi mekanik adalah 76,6% (IK95%:60,1%-93,1%), p<0,05. Titik potong optimal SVV adalah 30%, dengan sensitivitas 72,7% dan spesisifitas 70%.Kesimpulan. Ultrasonic cardiac output monitor (USCOM) memiliki validitas yang baik untuk menilai SVV pada pasien dengan ventilasi mekanik. 
Profil Sepsis Anak di Pediatric Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar - Bali Dyah Kanya Wati; I Nyoman Budi Hartawan; Ida Bagus Gede Suparyatha; Dewi Sutriani Mahalini; I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi; I Made Gede Dwi Lingga Utama
Sari Pediatri Vol 21, No 3 (2019)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp21.3.2019.152-8

Abstract

Latar belakang. Sepsis dan klasifikasinya merupakan kondisi yang mengancam nyawa dengan angka kematian mendekati 10% dari seluruh pasien dengan sepsis dan syok septik Angka kematian ini akan meningkat pada anak dengan minimal satu penyakit komorbid yang menyertai dan mendekati angka 76% berdasarkan jumlah organ yang mengalami disfungsi. Sampai saat ini belum ada data pasti yang menunjukan prevalensi dan karakteristik pasien dengan sepsis di Unit Perawatan Intensif (UPIA) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar.Tujuan. Mengetahu prevalensi serta karakteristik pasien dengan sepsis pada pasien anak berusia 0-18 tahun di Unit Perawatan Intensif (UPIA) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar tahun 2018.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan menggunakan data rekam medis RSUP Sanglah yang dikumpulkan meggunakan metode purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil. Penelitian ini sudah berjalan selama 1 tahun dari bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018. Sampel yang dikumpulkan sebanyak 28 sampel. Kategori usia bayi tertinggi merupakan sampel yang digunakan, yaitu sebesar 57,1%. Diagnosis terbanyak adalah syok sepsis sebesar 60,7%. Skor pediatric sequential failure assesment (pSOFA) didapatkan dengan rerata sebesar 5,94.Kesimpulan. Prevalensi sepsis di UPIA Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2018 didominasi oleh pasien dengan kategori usia bayi (<2 tahun).
Multiple organ dysfunction syndrome associated with hyperglycemia in children requiring intensive care Hendy Halim; Ida Bagus Gede Suparyatha; I Made Arimbawa; I Nyoman Budi Hartawan
Paediatrica Indonesiana Vol 55 No 4 (2015): July 2015
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.507 KB) | DOI: 10.14238/pi55.4.2015.230-4

Abstract

Background Hyperglycemia can be caused by three or more organ dysfunctions and occurs in children requiring intensive care in the first 48 hours. Blood sugar level higher than 140 mg/dl is considered as hyperglycemia in children requiring intensive care.Objective To determine the association between multiple organ dysfunction syndrome (MODS) in children requiring intensive care and hyperglycemia with blood sugar level higher than 140 mg/dl.Methods This case control study without matching was conducted on children aged 1 month-12 years from pediatric ward at Sanglah hospital during June-August 2012. We used consecutive sampling to recruit subjects, which then were screened by Pediatric Risk of Hospital Admission (PRISA) 2 score. All subjects were enrolled for blood sugar test, then divided into 2 groups; hyperglycemia with blood sugar level > 140 mg/dl as case and normoglycemia as control. We used organ dysfunction criteria to determine multiple organ dysfunction. The association between MODS and hyperglycemia was assessed by Chi-square test with 95% confidence interval and a statistical significance value of P < 0.05.Results Fifty two subjects were enrolled in this study. We excluded two subjects, hence each group consisted of 25 subjects. We found 18 subjects under and 7 subjects above five years old in hyperglycemia group. The association between multiple organ dysfunction and hyperglycemia was significant with an odds ratio of 10 (95% CI 3 to 38), P < 0.0001.Conclusion Multiple organ dysfunction syndrome had a significant association with hyperglycemia. Multiple organ dysfunction syndrome with hyperglycemia occurs ten times greater than with normoglycemia.
Level of knowledge on HIV I AIDS among senior high school students I Nyoman Budi Hartawan; Ketut Dewi Kumara Wati
Paediatrica Indonesiana Vol 48 No 4 (2008): July 2008
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/pi48.4.2008.235-9

Abstract

Background Young people are now the epicenter and bear adisproportionate burden ofHIV/AIDS pandemic. Until now,one of the strategies which are implemented by the govern-ment is by increasing the level of HIV/AIDS knowledge inorder to avoid its spreading.Objective This study was to explore the level of HIV/AIDSknowledge of senior high school's students towards HIV I AIDSat subdistrict ofPetang. The secondary outcome is to comparethe levels of knowledge toward HIV I AIDS between Petang andPelaga Senior high school, between class and gender.Methods This was a descriptive study, conducted between1st to 28th February 2007 in Petang and Pelaga Senior HighSchool. The study subjects are 529 students (all of senior highschool students in subdistrict of Petang, Badung Regency).Data was taken using UNICEF questionnaire 2000 for youngpeople, which had been passed the reliability test with thekappa value of 0.85.Results Most subjects (90.5%) have excellent and goodknowledge and only 9,5% have sufficient knowledge. Level ofknowledge in girls is better than boys with significant differ-ence between them (P=O.OOO), while school and grade didn'tshow any differences (P=0.760) and (P=0.489).Conclusion The level of knowledge of senior High School inSubdistrict ofPetang, Badung Regency toward HIV /AIDS is atexcellent or good level
Co-Authors Abdul Latief Alice Indradjaja, Alice Anak Agung Ngurah Ketut Putra Widnyana Anggareni, Komang Tria Antonius H. Pudjiadi Armand Setiady Liwan Artini, Ni Wayan Noni Aurelya, Anira Rema Ayu Setyorini Mestika Mayangsari Ayu Widyanti Bagus Ngurah Putu Arhana Dewi Sutriani Mahalini Djoko, Sri Wahyuni Dyah Kanya Wati Eka Gunawijaya Estina, Vania Catleya Harsika Sari, Ni Wayan Diah Intan Hendra Salim Hendy Halim I Gusti Agung Trisna Windiani I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi I Gusti Lanang Sidiartha I Gusti Ngurah Made Suwarba I Gusti Ngurah Sanjaya Putra I Made Arimbawa I Made Bagus Wilaksmana Putra I Made Bakta I Made Jawi I Made Kardana I Made Karma Setiyawan I Made Pramana Dharmatika I NYOMAN MANTIK ASTAWA I Putu Gede Karyana I Wayan Dharma Artana, I Wayan Dharma I Wayan Gustawan I. K. G. Suandi Ida Bagus Gede Suparyatha Ida Bagus Subanada IGN Sanjaya Putra Irene Yuniar, Irene Karmelia Kumala Ketut Ariawati Ketut Dewi Kumara Wati Khema Metta Wijaya Luh Wayan Puspa Ningsih Made Gede Dwi Lingga Utama Made Michel Kresnayasa Made Pande Lilik Lestari Made Refika Widya Apsari Tangkas Made Wiryana Manggala, Arya Krisna Ni Luh Sri Apsari Ni Nyoman Metriani Nesa Ni Putu Anggun Laksmi NP Veny Kartika Yantie Pande Putu Agung Willa Kesawa Putra Putu Diah Pratiwi Putu Diah Pratiwi Putu Dita Arsintha Widma Rathasari, Ni Made Dea Adilla Rismala Dewi Romy Windiyanto Sekarningrum, Putu A. Siska Permanasari Sinardja Soetjiningsih Soetjiningsih Soetjiningsih Soetjiningsih Sukmawati, Made Suparyatha, Ida Bagus Gede Sutriani Mahalini, Dewi Wati, Dyah K. Wayan Sulaksmana Sandhi Parwata Yati Soenarto