Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Kulit Kerang Sebagai Media Alternatif Filter Anaerobik Untuk Mengolah Air Limbah Domestik Risma Aulia Rokhmadhoni; Bowo Djoko Marsono
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (959.162 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i1.38442

Abstract

Lebih dari 3 ton limbah kulit kerang setiap minggunya dihasilkan dan dibuang di pinggir Pantai Kenjeran. Penelitian memanfaatkan limbah kulit kerang sebagai media anaerobic filter. Variasi penelitian yang digunakan adalah variasi waktu detensi (Empty Bed Contact Time) dan variasi ketebalan media yang digunakan. Variasi waktu detensi yang digunakan adalah 24; 30 dan 36 jam. Sedangkan variasi ketebalan media yang digunakan adalah tebal media 55 ; 80  dan 122 cm. Penelitian dilakukan dengan mulainya proses seeding dan aklimatisasi yang berlangsung selama 10 hari hingga kondisi reaktor berada dalam kondisi steady state. Penelitian utama dilakukan selama 7 hari dengan menguji parameter COD, TSS dan BOD. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai removal untuk parameter COD dan BOD tertinggi adalah 80,6 dan 89,91 persen pada tebal media 122 cm dan HRT 36 jam. Sedangkan untuk parameter TSS, didapatkan hasil removal terbaik pada tebal media 80 cm dan HRT 24 jam dengan removal 91,76 persen.
Evaluasi Teknis Instalasi Pengolahan Air Unit Ultrafiltrasi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Siwalanpanji PDAM Sidoarjo Fitriana Rachmawati; Bowo Djoko Marsono
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.63281

Abstract

Salah satu Instalasi Pengolahan Air yang ada di Siwalan Panji menggunakan teknologi ultrafiltrasi. Pada umumnya air baku dengan kadar kekeruhan tinggi membutuhkan pretreatment pada unit ultrafiltrasi untuk mencegah fouling pada membran. Unit Ultrafiltrasi tersebut perlu dievaluasi kualitas, kuantitas dan operasi. Metoda evaluasi yang dilakukan dengan membandingkan kriteria teknis dan spesifikasi teknis pada setiap unit pengolahan, serta membandingkan dengan unit konvensional yang ada di Siwalan Panji. Sehingga dapat diketahui kondisi yang ada pada bangunan pengolahan air tersebut. Parameter kualitas air baku yang memenuhi syarat adalah temperatur, pH, TSS, NO3N, dan PO3P, sedangkan parameter yang lain tidak memenuhi standar baku mutu PP No. 22 Tahun 2021. Kualitas air produksi di IPA Siwalanpanji telah memenuhi standar baku mutu Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, kecuali untuk nilai zat organik. Evaluasi kinerja operasi pada tiap unit pengolahan yang berkaitan dengan unit membran pada Instalasi Pengolahan Air di Siwalanpanji sudah memenuhi kriteria desain. Namun, penggunaan unit ultrafiltrasi menghasilkan kualitas air olahan yang setara dengan unit pengolahan konvensional. Sehingga pada evaluasi ini didapatkan rekomendasi perlu adanya pretreatment yang lebih baik untuk air baku yang akan diolah menggunakan ultrafiltrasi.
Penerapan Teknologi Membran untuk Mengolah Limbah Cair Industri Tahu (Studi Kasus: UKM Sari Bumi, Kabupaten Sumedang) Moh. Risky Maulana; Bowo Djoko Marsono
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.63453

Abstract

Limbah cair industri tahu hingga saat ini masih sering dibuang ke badan air tanpa melalui proses pengolahan sebelumnya. Limbah cair ini mengandung zat organik (BOD, COD, TSS) yang sangat tinggi. Hal ini dapat mencemari badan air dan merusak biota perairan. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) industri tahu pada umumnya menggunakan sistem pengolahan konvensional antara lain secara biologis yaitu aerobik, anaerobik, kombinasi aerob dan anaerob, gabungan fisik kimiawi dan fitoremediasi. Kekurangan sistem konvensional adalah membutuhkan lahan yang sangat luas. Saat ini penggunaan teknologi membran sedang populer dalam pengolahan air limbah baik domestik maupun industri. Teknologi membran memiliki keunggulan seperti rendah konsumsi energi, tidak membutuhkan tambahan bahan kimia dalam pengoperasiannya sehingga tidak menghasilkan limbah lainnya, pengoperasian dan perawatan cukup mudah, dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Hasil kajian pada Industri Tahu Sari Bumi di Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa untuk mengolah limbah cair tahu menggunakan teknologi membran harus didahului dengan pra-pengolahan. Pada studi kasus ini digunakan opsi pra-pengolahan menggunakan biofiltrasi anaerobik dengan efisiensi mencapai 70%. Teknologi membran yang diterapkan sendiri menggunakan MBR dengan konfigurasi membran terendam menggunakan jenis ultrafiltrasi. Rangkaian pengolahan ini dapat memiliki efisiensi sampai 90%.
Kajian Penerapan Membran Mikrofiltrasi Terendam pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Siwalanpanji PDAM Sidoarjo Helma Alwiga Triskio Ronanda; Bowo Djoko Marsono
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.63556

Abstract

Air baku IPA Siwalanpanji PDAM Sidoarjo memiliki kandungan zat organik dan E. coli yang tinggi. Karena keterbatasan kinerja sistem pengolahan konvensional pada IPA Siwalanpanji, maka diterapkan pre-klorinasi untuk membunuh bakteri. Membran mikrofiltrasi (MF) terendam dapat menyisihkan bakteri, sehingga dapat menghemat biaya zat kimia untuk pre-klorinasi. Membran MF terendam juga memiliki kelebihan dibandikan filter pasir cepat. Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi kinerja dari filter pasir cepat IPA Siwalanpanji dan mengkaji peningkatan filter pasir cepat menjadi unit membran mikrofiltrasi terendam. Evaluasi menunjukkan bahwa kualitas air pada efluen filter pasir cepat pada paremeter warna dan zat organik melebihi baku mutu air minum Permenkes No. 492 Tahun 2010. Sedangkan, kecepatan backwash dan nilai UFRV tidak memenuhi kriteria desain. Desain membran mikrofiltrasi terendam untuk menggantikan filter pasir cepat, yaitu membran berbentuk flat sheet dengan bahan ceramic. Membran memiliki ukuran pori 0,1 µm dan laju fluks 100 m3/m2.hari. Kapasitas produksi sebesar 50 L/detik, maka jumlah membran yang dibutuhkan sebesar 288 plate yang disusun menjadi sebuah modul. Pompa yang digunakan untuk mengoperasikan membran MF terendam adalah pompa model FSDA dengan kapasitas 3 m3/menit dan head 5 m. Modul dan pompa direncanakan masing-masing 2 buah dengan operasi secara bergantian yaitu proses filtrasi dan pencucian membran.
Pengaruh Pencucian dan Air Scouring terhadap Kinerja Immersed Membrane Microfiltration Virgina Jane Ujiane; Bowo Djoko Marsono
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i2.90900

Abstract

Kualitas air baku untuk pengolahan air minum di PDAM kota Surabaya semakin menurun sehingga unit pengolahannya semakin berat bebannya. Teknologi membran banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas air olahan dan mengurangi penggunaan bahan kimia yang sehingga dapat mengurangi biaya pengolahan. Membran mikrofiltrasi dapat digunakan untuk mengolah air pada unit sedimentasi IPAM Ngagel III untuk menghasilkan kualitas hasil yang lebih baik. Seiring berjalannya proses filtrasi akan terjadi deposisi material di atas permukaan membran mikrofiltrasi. Deposisi material tersebut dapat menyebabkan fouling. Fouling dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas membran oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian fouling berupa pencucian dan air scouring. Pencucian dilakukan dengan variasi metode pencucian dan lama pencucian. Pencucian dilakukan secara manual dengan metode gently scrubbing dan backwash selama 10 menit dan 20 menit. Pencucian secara backwash dilakukan dengan menggunakan bahan pencuci NaOCl 5%. Air scouring dilakukan dengan variasi tekanan udara yaitu 0,3 bar dan 0,6 bar. Jenis membran yang digunakan adalah ceramic membrane microfiltration flatsheet yang diletakan pada bak sedimentasi IPAM Ngagel III dan dioperasikan secara submerged. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pencucian dan air scouring terhadap fluks yang dihasilkan dan penurunan nilai kekeruhan, Total Suspended Solid, micro plastic, E-Coli, dan zat organik. Hasil dari penelitian ini didapatkan pencucian yang paling efektif yaitu pencucian secara manual dengan metode gently scubbing, dengan hasil flux recovery sebesar 100% dan dapat meningkatkan koefisien rejeksi parameter kekeruhan dan zat organik. Air Scouring dapat memperpanjang waktu operasi, meningkatkan jumlah air produksi, dan meningkatkan kemampuan rejeksi membran. Pada penelitian ini air scouring yang lebih efektif yaitu air scouring dengan variasi tekanan udara 0,6 bar. Total air produksi dapat ditingkatkan sebesar sebesar 38,2 % dan dapat meningkatkan koefisien rejeksi pada parameter kekeruhan,TSS, zat organik, dan mikroplastik.
Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUD dr. Soedono Madiun Larasati, Tyas Ratri; Marsono, Bowo Djoko
Jurnal Teknik ITS Vol 13, No 1 (2024)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v13i1.121368

Abstract

Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan utama dalam pelaksanaan kegiatannya menghasilkan limbah. RSUD dr. Soedono Madiun memiliki IPAL berteknologi Hospital Wastewater Treatment Plant (HWWTP) yang dibangun pada tahun 2004. IPAL ini memiliki daya tampung sebesar 200 m3/hari. Rata-rata volume air limbah yang dihasilkan dari kegiatan di RSUD dr. Soedono Madiun sebesar 100 – 147 m3/hari. Hasil evaluasi ini menunjukkan RSUD dr. Soedono Madiun efluen kualitas air limbah memenuhi baku mutu kecuali pada parameter PO4. Nilai parameter PO4 pada efluen sebesar 7,86 mg/L sedangkan baku mutu yaitu Peraturan Gubernur Jawa Timur no 72 tahun 2013 nilai maksimum sebesar 2 mg/L. Debit air limbah untuk saat ini masih memenuhi kapasitas IPAL tetapi untuk proyeksi kedepannya pada saat BOR (Bed Occupancy Ratio) eksisting dan BOR (Bed Occupancy Ratio) maksimum debit air limbah sudah melebihi kapasitas dari IPAL. Desain bangunan IPAL RSUD dr. Soedono Madiun beberapa unit belum memenuhi kriteria desain seperti unit grease trap, bak kontrol, bak ekualisasi dan FBBR. Untuk pengelolaan manajemen dan sumber daya manusia sudah cukup baik. Rekomendasi yang bisa diberikan adalah melakukan redesain pada beberapa bangunan unit IPAL, menggunakan detergen yang ramah lingkungan dan pembersihan serta pemantauan dengan lebih teratur pada bangunan IPAL.
Status Mutu Air Sungai Sumber Payung Kabupaten Pamekasan dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran Imania, R. Ayu Nadhifa; Marsono, Bowo Djoko
Jurnal Teknik ITS Vol 13, No 2 (2024): IN PRESS (Artikel masih bisa bertambah)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v13i2.124391

Abstract

Sungai Sumber Payung menjadi salah satu sungai dengan tingkat aktivitas penduduk tinggi sehingga memiliki risiko tercemar. Sungai ini termasuk sungai besar di Kabupaten Pamekasan dengan panjang ±10 km yang mengalir melewati pemukiman penduduk dan pabrik tahu. Terjadinya pencemaran disebabkan oleh aktivitas manusia, limbah domestik, dan industri tahu rumahan yang berpengaruh terhadap self-purification serta penurunan kualitas sungai. Data DLH Kabupaten Pamekasan menunjukan bahwa hasil uji parameter BOD dan COD sampel air Sungai Sumber Payung tidak memenuhi baku mutu air kelas II sesuai peruntukannya. Dari kondisi tersebut dibutuhkan analisis kuantitas, kualitas, potensi sumber pencemaran, status mutu air sungai, serta rekomendasi pengendalian pencemaran. Sehingga, pada penelitian ini dilakukan kajian penentuan status mutu air Sungai Sumber Payung dengan metode STORET dan Indeks Pencemaran (IP). Metode ini merujuk pada Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 melalui observasi tiga titik dengan grab sampling serta didukung data pemantauan DLH Kabupaten Pamekasan Tahun 2018-2022. Kedua metode bekerja dengan membandingkan data kualitas air sungai dengan nilai baku mutu pada PP No. 22 Tahun 2021 sesuai peruntukannya dengan parameter yang digunakan meliputi TSS, pH, BOD, COD, DO, NH3-N, PO4, dan total coliform. Hasil penelitian pada identifikasi sumber pencemar menyatakan bahwa beban pencemar COD, BOD, dan TSS pada sektor domestik lebih besar dari non-domestik. Daya tampung Sungai Sumber Payung bernilai negatif pada parameter TSS, BOD, COD, dan total fosfat. Status mutu air Sungai Sumber Payung menggunakan STORET masuk kategori cemar berat dan analisis dengan metode IP termasuk cemar sedang. Rekomendasi pengendalian pencemaran air sungai dilakukan melalui beberapa upaya, yakni, pengurangan beban pencemaran (pembangunan IPAL dan pengelolaannya), peningkatan kesadaran masyarakat mengenai sanitasi lingkungan, peningkatan penegak hukum terhadap industri tahu ataupun pelaku pencemaran lingkungan, serta pemetaan potensi sumber pencemar, penambahan titik sampel, dan pemantauan rutin yang didasari dari data curah hujan untuk menentukan kualitas air sungai yang dilakukan oleh DLH.
Perencanaan Pengelolaan limbah Industri Makanan Ringan Skala Rumah Tangga Berbasis Reduce, Reuse, Recycle (3R) di Desa Watubonang Kabupaten Ponorogo Maharsiwi, Anindya Zahra; Marsono, Bowo Djoko
Jurnal Teknik ITS Vol 13, No 2 (2024): IN PRESS (Artikel masih bisa bertambah)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v13i2.121956

Abstract

Salah satu industri pangan berskala rumah tangga yang memproduksi makanan ringan berbahan ikan di Ponorogo belum memiliki belum memiliki pengelolaan limbah yang baik, sehingga semua limbah hasil produksi langsung dibuang ke saluran irigasi dan lahan kosong. Limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi sehingga mengakibatkan timbulnya beberapa permasalahan, antara lain bau busuk, kematian ikan dan biota lainnya pada badan perairan penerima limbah, serta eutrofikasi karena kelebihan nitrogen dan fosfor. Dalam upaya untuk mencegah pencemaran lingkungan, mengurangi peredaran limbah, dan mewujudkan proses produksi yang lebih baik dapat dilakukan pengelolaan limbah cair dan padat dengan konsep 3R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara survey lapangan, wawancara, sampling dan analisis laboratorium dan penelitian lapangan, serta data sekunder didapat melalui studi literatur. Perencanaan mencakup pengelolaan berbasis 3R untuk limbah cair dan padat, serta engineering design unit untuk kegiatan pengelolaan limbah beserta BOQ dan RAB. Berdasarkan hasil analisis reduce dilakukan pada limbah cair, limbah padat compostable dan non-recycable. Reuse dilakukan pada limbah cair dan limbah padat recyclable. Recycle dilakukan pada limbah padat compostable dan recyclable. Berdasarkan perhitungan Engineering Design (ED) pengolahan limbah cair dilakukan dengan unit grease trap berukuran panjang 0,5 m; lebar 0,25 m; kedalaman 0,45m, bak ekualisasi yaitu panjang 0,65 m; lebar 0,8 m; kedalaman 0,8 m, anaerobic baffled reactor yaitu panjang 0,65 m; lebar 0,7 m; kedalaman 1,3 m, dan constructed wetland yaitu panjang 5 m; lebar 0,8 m; kedalaman 1 m. Pewadahan limbah padat menggunakan bak plastik HDPE tertutup dengan ukuran, untuk limbah compostable 120 L, limbah recycable dan non-recycable 240 L. Pengomposan dilakukan pada limbah padat compostable secara aerob di dalam bak plastik HDPE ukuran 280 L sebanyak 8 buah.
IMPROVED TEMPERATURE STABILITY IN SEDIMENTATION TANK WITH VEGETATION CANOPY Marsono, Bowo Djoko; Mangkoedihardjo, Sarwoko
Purifikasi Vol 23 No 1 (2024): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/purifikasi.v23i1.448

Abstract

Naturally the water temperature is correlated with the density and viscosity. Changes in temperature due to sunlight affect processes in water treatment such as sedimentation and coagulation. The detrimental effect is the presence of density currents on the surface during the day, thereby reducing the efficiency of particle sedimentation. Vegetation Canopy can be applied in sedimentation tanks to cope with changes in temperature on the surface of the water mass. This method can be implemented by planting trees around the tank in addition to fabric fiberglass. Tall trees and canopies with large leaves will cover the surface area of ​​the sedimentation tank so that changes in water temperature due to sunlight can be reduced. To apply this technique, submerged orifices and a net above the water surface are used at the outlet channel of the sedimentation basin.
Fabrication and Characterization of Modified PVDF Membrane Using TiO2 for Wastewater Containing Paracetamol Zainiyah, Isti Faizati; Yuniarto, Adhi; Fairuzi, Intania Ika; Purwanti, Ipung Fitri; Marsono, Bowo Djoko
Tropical Aquatic and Soil Pollution Volume 5 - Issue 1 - 2025
Publisher : Tecno Scientifica Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53623/tasp.v5i1.586

Abstract

Modified membranes have gained significant attention due to their ability to enhance performance. Although membranes modified with TiO₂ nanoparticles have been studied, no research has specifically addressed their effectiveness in removing paracetamol contaminants, despite the widespread use of paracetamol and its potential contribution to increased waste production. Therefore, in this study, polyvinylidene fluoride (PVDF) membranes were modified with TiO₂ nanoparticles, providing new insights into the use of PVDF-TiO₂ specifically for paracetamol wastewater treatment. The results showed that TiO₂ nanoparticle-modified membranes exhibited better performance than unmodified membranes. The unmodified membrane had a lower performance rate (69.18%) compared to membranes modified with titanium isopropoxide (TTIP) at concentrations of 1 M (93.35%) and 0.5 M (90.05%). These results were supported by Scanning Electron Microscopy (SEM) analysis, which revealed that the unmodified membrane had an average pore size of 0.998 μm, whereas the membranes modified with TTIP at 1 M and 0.5 M had average pore sizes of 0.615 μm and 0.791 μm, respectively. The larger pores in the unmodified membrane allowed larger particles to pass through, reducing its filtration efficiency. These findings underscore the potential of TiO₂ nanoparticle-modified membranes for significantly enhancing water purification processes, particularly in the removal of pharmaceutical contaminants like paracetamol. Ultimately, this research could contribute to the development of more effective strategies for managing pharmaceutical waste in water sources, leading to improved environmental protection and public health.