Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang Sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.827 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i1.11151

Abstract

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang tumbuh dan berkembang dengan konsep agropolitan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030 terdapat 3 kawasan agropolitan di Kabupaten Magelang, salah satunya adalah Kawasan Agropolitan Sumbing. Sejak penerapannya tahun 2011, konsep agropolitan pada kawasan Sumbing dinilai belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal tersebut terlihat dari masih adanya kesenjangan PDRB antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk merumuskan arahan pengembangan Kawasan Agropolitan Sumbing. Studi dilakukan dengan metode skoring untuk menilai kinerja Kota Tani Utama dan Kota Tani. Hasil yang didapatkan adalah kinerja setiap variabel untuk Kota Tani Utama (KTU Kaliangkrik) dan setiap Kota Tani (KT Bandongan, KT Kajoran, dan KT Windusari). Analisis skoring dilakukan untuk mendapatkan variabel dengan kinerja yang kurang pada setiap KTU dan KT, sehingga dapat dirumuskan arahan untuk meningkatkan kinerja variabel tersebut. Secara umum, arahan untuk Kota Tani Utama Kaliangkrik adalah peningkatan untuk fasilitas pada sektor pemasaran agar dapat berorientasi ekspor, sedangkan arahan pengembangan untuk setiap Kota Tani adalah peningkatan jumlah pelaku industri pengolahan yang disesuaikan dengan komoditas unggulan pada masing-masing wilayah.
Arahan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Nepa Berdasarkan Preferensi Pengunjung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang Tadaki Santoso Hasegawa; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.154 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.22747

Abstract

Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, memiliki kawasan wisata pantai Nepa, yang terdiri dari 6 potensi wisata di 3 desa, yakni wisata alam pantai Nepa, wisata alam hutan kera Nepa, makam petilasan Raden Segoro, wisata arung laut, wisata budaya Rokat Tase’, dan wisata buatan waduk Nipah, di Desa Batioh, Desa Nepa, dan Desa Montor. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis deskriptif, yang digunakan untuk mencapai sasaran pertama analisis potensi wisata, sasaran kedua analisis preferensi pengunjung, hingga sasaran terakhir merumuskan arahan pengembangan kawasan wisata pantai Nepa berdasarkan preferensi pengunjung. Rumusan arahan pengembangan kawasan tersebut menghasilkan arahan pengembangan berupa penyediaan, perbaikan, pemeliharaan, dan peningkatan akses prasarana dan sarana pariwisata, peningkatan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan dan sikap masyarakat terhadap pengunjung dengan nilai-nilai sapta pesona, penambahan jenis atraksi wisata, penyediaan akomodasi, peningkatan partisipasi masyarakat, dan promosi kawasan, untuk setiap potensi wisata.
Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Program PLP-BK Di Kelurahan Kedung Cowek Rio Anang Hadi; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.756 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28909

Abstract

Permasalahan permukiman kumuh harus diperhatikan secara penuh oleh pemerintah, dikarenakan masyarakat miskin juga mempunyai hak untuk memiliki taraf hidup yang lebih baik,akan tetapi masyarakat seolah tidak memiliki rasa kepercayaan baik kepada pemerintah maupun program yang diberikan pemerintah, hal inilah yang menjadi pokok utama ketidak berhsilan program perbaikan permukiman yang sudah dilakukan, pada penelitian ini penulis ingin mengetahui apasaja bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam setiap tahapan program PLP-BK di Kelurahan Kedung Cowek. Dengan mengunakan teknik analisis deskriptif kualitatif penulis berharap menemukan dan menjabarkan apasaja bentuk pasrtisipasi masyarakat dalam setiap tahapan PLP-BK. Dan ternyata hasil dari analisi bentuk partisipasi masyarakat dalam setiap tahap program PLP-BK dapat dikatakan kurang, masyarakat dirasa kurang aktif dalam program tersebut. Pada tahap sosialisasi masyarakat mau menghadiri tahap sosialisasi dikarenakan ada acara keagamaannya, sedangkan pada tahap perencanaan, masyarakat hanya menyumbang bentuk partisipasi buah pikiran, pengambilan keputusan dan perwakilan saja, dan pada tahap pelaksanaan pembangunan dan tahap kebrelanjutan masyarakat tidak menyumbangkan bentuk partisipasi apapun, dikarenakan masyarakat tidak dilibatkan dalam kedua tahap tersebut. 
Penentuan Tipologi Desa Wisata berdasarkan Kesamaan Karakteristik Komponen Pembentuk Desa Wisata di Kabupaten Ponorogo Mada Kharisma Parasari; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.549 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.33476

Abstract

Abstrak—Mengembangkan pariwisata di daerah perdesaan bukanlah hal yang mudah, terlebih jika langsung dalam jumlah yang besar. 70 desa telah ditetapkan sebagai lokasi pengembangan desa wisata di Kabupaten Ponorogo. Dengan kondisi Kabupaten Ponorogo yang memiliki potensi daya tarik wisata beragam dan segala keterbatasan dalam pengembangannya, maka dirasa penting untuk dilakukan suatu kajian tentang pemetaan tipologi desa wisata Kabupaten Ponorogo berdasarkan kesamaan karakteristik komponen pembentuk desa wisata. Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu perumusan tipologi desa wisata Kabupaten Ponorogo, dilakukan 3 tahap analaisis, yaitu pertama identifikasi karakteristik komponen pembentuk desa wisata Kabupaten Ponorogo menggunakan metode analisis diskriptif; kedua, analisis variabel dalam penentuan tipologi desa wisata dengan menggunakan metode analisis Delphi; ketiga, penentuan tipologi desa wisata Kabupaten Ponorogo berdasarkan kesamaan karakteristik komponen pembentuk desa wisata dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan Skoring. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa desa wisata di Kabupaten Ponorogo dapat dikelompokkan menjadi 3 tipologi, yaitu Tipologi I adalah kelompok desa yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai lokasi desa wisata, berjumlah 24 desa; tipologi II adalah desa dengan potensi sedang atau cukup, berjumlah 33 desa dan tipologi III adalah desa dengan potensi rendah untuk dikembangkan menjadi desa wisata, berjumlah 27 desa. 
Arahan Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Adaptasi Teori Siklus Hidup Pariwisata di Kabupaten Ponorogo Gesti Mutiara Dewi; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.184 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.34141

Abstract

Kabupaten Ponorogo memiliki potensi pariwisata beraneka ragam yakni sebanyak 50 daya tarik wisata yang tersebar di beberapa kecamatan. Dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo terkendala oleh beberapa faktor, yakni aksesibilitas, fasilitas, pemasaran, dan jumlah wisatawan. Kondisi tersebut menyebabkan pengembangan obyek wisata di Kabupaten Ponorogo berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahap perkembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo berdasarkan adaptasi teori siklus hidup pariwisata dan merumuskan arahan pengembangan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengidentifikasi tipologi pariwisata di Kabupaten Ponorogo, Content Analysis untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap siklus hidup di Kabupaten Ponorogo, analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis tahap perkembangan pariwisata berdasarkan siklus hidup pariwisata, dan analisis deskriptif untuk merumuskan arahan pengembangan pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Dari penelitian ini akan di hasilkan klasifikasi daya tarik wisata di Kabupaten Ponorogo berdasarkan siklus hidup pariwisata dan arahan pengembangan yang sesuai pada masing-masing siklus hidup yang ada.
Identifikasi Faktor Penyebab Terjadinya Permukiman Kumuh di Kelurahan Kalisari Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya Fernanda Nadyana Yustika; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.728 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.48986

Abstract

Kelurahan Kalisari merupakan permukiman yang berada di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Kelurahan Kalisari merupakan salah satu permukiman yang masuk dalam Daftar Kawasan Prioritas II Penataan dan Peningkatan Kualitas Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya. Terdapat tujuh indikator yang menjadi indikator kumuh. Adapun tujuh indikator itu yaitu kondisi jalan,penyediaan air minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah dan pennganan kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang berpengaruh terhadap timbulnya permukiman kumuh di Kelurahan Kalisari Kecamatana Mulyorejo Kota Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa indikator yang berpengaruh terhadap timbulnya permukiman kumuh diantaranyajalan lingkungan, drainase lingkungan, pengelolaan sampah dan bangunan gedung. Sedangkan indikator yang tidak berpengaruh dalam timbulnya permukiman kumuh adalah penyediaan air minum, pengelolaan air limbah dan penanganan kebakaran.
Perumusan Kriteria Prioritas Livability Desa Nglanggeran Sebagai Desa Wisata Aisha Maharani Puspita; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.66119

Abstract

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Tahun 2018, Indonesia memiliki jumlah desa wisata sebanyak 1.734 dari total 83.931 desa. Desa wisata merupakan tren pengembangan alternatif desa pada satu dasawarsa terakhir karena memiliki daya pikat yang baik. Salah satu desa wisata yang saat ini berkembang pesat yaitu Desa Nglanggeran Kabupaten Gunung Kidul. Desa Nglanggeran memiliki objek wisata berupa Gunung Api Purba Nglanggeran yang merupakan salah sati situs Geopark Gunung Sewu dan ditetapkan UNESCO sebagai Global Geopark. Desa Nglanggeran dulunya merupakan kantong kemiskinan di Kabupaten Gunung Kidul. Berubahnya identitas desa menjadi desa wisata membuat desa banyak dikunjungi para wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut memberikan dampak positif yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD) juga membuka peluang kerja di bidang pariwisata. Namun di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif terutama pada lingkungan dan sosial masyarakat. Permasalahan yang muncul akibat intervensi dari kegiatan pariwisata di Desa Nglanggeran membuktikan bahwa terjadi penurunan kelayakhunian desa. Oleh karena itu, penelitian ini ingin merumuskan kriteria prioritas penilaian livability Desa Nglanggeran sebagai desa wisata. Penelitian ini menggunakan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode primer berupa wawancara dengan stakeholder dan metode sekunder berupa survei instansi dan studi literatur. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 7 kriteria dan 24 sub kriteria penilaian livability prioritas Desa Nglanggeran dengan bobot kriteria tertinggi yaitu keberadaan utilitas dan bobot sub kriteria tertinggi yaitu kelayakhunian lingkungan.
Identifikasi Karakteristik Kegiatan Ekowisata Mangrove Wonorejo di Masa Pandemi COVID-19 Ilham Mochammad; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.67679

Abstract

Sejak awal Maret 2020 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) menyebar dan membuat pandemi di Kota Surabaya membuat dibuatnya pembatasan pergerakan ruang masyarakat. Masyarakat tertekan karena bahaya COVID-19 dan dibatasinya ruang gerak karenanya, untuk mengatasinya masyarakat tetap perlu adanya pariwisata salah satunya pariwisata bertipe alam di tengah hiruk pikuk kota sebesar Kota Surabaya, Ekowisata Mangrove Wonorejo menjadi salah satu pariwisata yang memfasilitasi masyarakat tentu dengan kontrolling jumlah wisatawan dan penerapan protokol kesehatan (protokol CHSE) yang ketat di setiap kegiatan ekowisata. Tetapi apakah kegiatan Ekowisata Mangrove Wonorejo sudah sesuai dengan protokol CHSE, maka perlu mengidentifikasi karakteristik kegiatan Ekowisata Mangrove Wonorejo di masa pandemi COVID-19. Untuk menjalankan tujuan tersebut penelitian ini dilakukan 2 tahap analisis yaitu menentukan faktor daya tarik wisata yang berpengaruh dalam Mangrove Wonorejo di masa pandemi dengan metode analisis delphi. Tahap kedua yaitu mengidentifikasi karakteristik faktor daya tarik wisata yang berpengaruh dalam Ekowisata Mangrove Wonorejo di masa pandemi dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 9 indikator yang berpengaruh yaitu daya tarik wisata, sarana, prasarana, aksesibilitas, kelembagaan, partisipasi masyarakat, promosi, edukasi dan lingkungan dengan 23 variabel yang menerapkan protokol CHSE didalamnya akhirnya membuat 86 karakteristik kegiatan Ekowisata Mangrove Wonorejo di masa pandemi COVID-19.
Kriteria Pengembangan Kwasan Wisata Budaya Jalan Besar Ijen Kota Malang Achmad Pahrevi Mahardhika Sasono; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.113 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v4i2.10738

Abstract

Salah satu kawasan di Kota Malang yang berpotensi untuk menjadi kawasan wisata budaya adalah kawasan Jalan Besar Ijen. Potensi kawasan ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi daya tarik wisata budaya yang mempunyai nilai potensi paling tinggi untuk dikembangkan sehingga bisa melakukan delineasi kawasan wisata budaya berdasar daya tarik dan dengan itu bisa merumuskan kriteria pengembangan kawasan wisata budaya berdasarkan zona pengembangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria pengembangan kawasan wisata budaya disana. Sedangkan kriteria untuk mengembangkan kawasan terdiri dari kriteria fisik dan non fisik, dimana kriteria tersebut berkaitan dengan daya tarik fisik bangunan, daya tarik non fisik kegiatan seperti ketersediaan bangunan bersejarah, adat istiadat, pagelaran dan festival, daya tarik indoor, daya tarik outdoor, dan kondisi situs. Selain itu juga berkaitan dengan fasilitas pendukung sebagai zona pendukung langsung kawasan wisata budaya dan kawasan sekitarnya serta kebijakan yang ada sebagai pendukung tidak langsung.
Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir Della Safira; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1015.468 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25985

Abstract

Ruang Terbuka Hijau merupakan elemen yang keberadaannya penting dan perlu dipertahankan. Namun demikian, Kecamatan Semampir masih belum dapat mengimplementasikan jumlah RTH yang ideal. Hal ini disebabkan minimnya lahan yang tersedia. Oleh sebab itu diperlukan alternatif dalam peningkatan RTH yaitu dengan pemanfaatan sempadan sungai yang terdapat wilayah tersebut. Sungai tersebut adalah Sungai Kalimas dan Sungai Kali Pegirian. Dengan demikian penentuan tipologi sempadan sungai berdasarkan karakteristiknya berguna untuk memberikan gambaran terkait dari kondisi sempadan sungai tersebut.  Dengan metode skoring, penelitian ini menghasilkan tipologi yang terdapat pada sempadan sungai di  Kecamatan Semampir. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 69 segmen yang ada pada sempadan sungai di Kecamatan Semampir dan terdapat 3 tipologi yang menggambarkan kondisi dari sempadan sungai di Kecamatan Semampir yaitu Tipologi I dengan keadaan baik, Tipologi II dengan keadaan sedang dan Tipologi III dengan keadaan buruk