Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Pengembangan Wisata Bahari Mangrove di Kota Surabaya Berdasarkan Tingkat Keberlanjutan Novia Indah Permatasari; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.55048

Abstract

Pariwisata bahari mangrove merupakan merupakan salah satu sektor pariwisata yang patut dikembangkan secara berkelanjutan. Namun, keadaan wisata bahari mangrove bertolak belakang dengan potensi bahari yang sesungguhnya dimiliki oleh Kota Surabaya. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan, terjadi endapan sedimentasi pesisir dan beberapa sarana dan prasarana wisata kurang terawat. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan pengembangan pariwisata bahari mangrove keberlanjutan di Kota Surabaya. Dalam penelitian ini terdapat 3 tahapan diawali dengan menganalisis penentuan variabel berpengaruh dengan menggunakan metode analisis content. Berdasarkan hasil analisis content selanjutnya, dengan menggunakan input variabel berpengaruh tersebut dilakukan dengan penilaian tingkat keberlanjutan dengan menggunakan metode skoring. Kemudian pada tahap terakhir perumusan pengembangan kawasan wisata berdasarkan tingkat berlanjutan wisata dengan menggunakan analisis Deskriptif Komparatif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pariwisata bahari mangrove berkelanjutan sedang (Mangrove Gunung Anyar) berfokus pada jenis atraksi wisata, event kebudayaan, moda transportasi, area parkir, rumah makan, toko cinderamata, kamar mandi, jaringan air bersih, prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan, pengelolaan lingkungan air dan berkelanjuta tinggi (Mangrove Wonorejo) berfokus pada jenis atraksi wisata, event kebudayaan, moda transportasi, area parkir, rumah makan, toko cinderamata, jaringan air bersih dan pengelolaan lingkungan air.
Faktor- Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekowisata di Mangrove Edu Park, Kelurahan Berbas Pantai, Kota Bontang Berdasarkan Preferensi Stakeholder Claudia Natassya Toar; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.73882

Abstract

Kota Bontang merupakan salah satu daerah pesisir dengan kawasan yang tertutup hutan mangrove dan tersebar pada garis pantainya. Salah satu kawasan hutan mangrove di Kota Bontang terletak pada Kelurahan Berbas Pantai. Pada kelurahan ini, telah terdapat Mangrove Edu Park yang memanfaatkan keberadaan mangrove sebagai objek destinasi wisata. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kota Bontang Tahun 2020-2030, Mangrove Edu Park diarahkan pengembangannya sebagai kawasan ekowisata. Namun pada kenyataannya pengembangan yang dilakukan belum optimal sesuai dengan konsep ekowisata. Terdapat permasalahan seperti sampah yang menumpuk di area mangrove, fungsi edukasi yang masih belum optimal, belum adanya penarikan biaya tiket masuk/ gratis untuk wisatawan, dan adanya peningkatan pengunjung yang tidak diimbangi dengan adanya pengaturan batasan pengunjung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor- faktor yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata Mangrove Edu Park Kelurahan Berbas Pantai berdasarkan preferensi stakeholder. Dalam proses analisis menggunakan metode content analysis dengan hasil in- depth interview pada stakeholder terpilih sebagai input. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 24 faktor yang berpengaruh dalam pengembangan ekowisata di Mangrove Edu Park Kelurahan Berbas Pantai Kota Bontang.
Perumusan Faktor Prioritas Pengembangan Pariwisata Kreatif Brem di Desa Kaliabu, Kabupaten Madiun Almassani' Nailan Shafa'; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.73564

Abstract

Kabupaten Madiun dikenal memiliki salah satu industri kreatif berupa oleh-oleh khas jajanan brem. Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Madiun Tahun 2018-2025, Desa Kaliabu termasuk kedalam Kawasan Pengembangan Pariwisata Caruban Raya (KPPK) dengan fungsinya adalah untuk mengembangkan potensi budaya tradisi dan industri kreatif. Akan tetapi, potensi kepariwisataan di Desa Kaliabu belum digali secara maksimal. Terdapat permasalahan seperti kurangnya atraksi wisata pendukung, belum terpenuhinya sarana & prasarana pariwisata, minimnya partisipasi dan SDM pada sektor pariwisata, rendahnya regenerasi industri brem, serta belum aktifnya peran pokdarwis mengakibatkan belum berjalannya kegiatan pariwisata. Dari permasalahan tersebut, sehingga tercetus tujuan penelitian yaitu untuk merumuskan faktor prioritas yang tepat dalam melakukan pengembangan pariwisata kreatif brem di Desa Kaliabu. Penelitian ini ditempuh dengan 2 tahap analisis. Pertama, merumuskan faktor internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) pengembangan pariwisata kreatif brem menggunakan metode Content Analysis. Kedua, merumuskan faktor prioritas pengembangan pariwisata kreatif brem menggunakan metode AHP. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode primer berupa in depth interview dan kuesioner AHP, serta metode sekunder berupa survey instansi dan dan studi literatur. Dari hasil penelitian didapatkan 14 faktor strength, 11 faktor weakness, 11 faktor opportunity dan 6 faktor threat. Kriteria strength memiliki bobot tertinggi (0,453) dan kriteria threat memiliki bobot terendah (0,113). Dipilih 3 faktor prioritas pengembangan pariwisata kreatif brem dari masing-masing kriteria berdasarkan pada sub variabel penelitian diantaranya : kegiatan menciptakan produk dari industri kreatif, tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat, sektor pekerjaan masyarakat, serta kegiatan promosi/penjualan produk industri kreatif dan kegaitan pariwisata
The Correlation between Residential Density and Greenhouse Gas Emissions in Surabaya City Rulli Pratiwi Setiawan; Ema Umilia; Ketut Dewi Martha Erli Handayeni
The Indonesian Journal of Planning and Development Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.59 KB) | DOI: 10.14710/ijpd.1.1.29-34

Abstract

Population growth is happening in cities, including Surabaya as the second largest metropolitan region in Indonesia. The population growth has an impact to the residential density, whereas residential is usually the largest part of land use in urban areas. In urabaya, residential use covers more than 60% of the total area. The intensive use of residential area has impacts on the environment. One significant issue is the consumption of energy that produces greenhouse gas emissions. This study is aimed at explaining the relationships between residential density and greenhouse gas emissions in Surabaya City, Indonesia. The residential density will be divided into three categories, i.e. low, medium and high density. The category of density is taken from the Identification Report of Surabaya Spatial Plan. The results of this study indicate that there are significant differences in the electrical energy consumption for the household sector in each residential density. These differences are mainly influenced by variables such as car ownership, ventilation system, the use of electrical power, cooking fuel and the way to use the home appliances. The highest total energy consumption per month exists in high density type. Although the average smallest energy consumption per household exists in medium density, the total energy consumption in medium density is much greater than that in the low density because the number of households in medium density is greater. The final result shows that the correlation between the total production of GHG emissions (CO2) and density has a direct or positive relationship, which means that the greater the density, the higher the production rate of GHG emissions (CO2).
Analisis Kebutuhan Pembangunan Tempat Pemakaman Umum di Perkotaan Tuban Arwi Yudhi Koswara; Eko Budi Santoso; Abdul Afif; Teti Hariyati; Sutikno Sutikno; Ema Umilia; Prianti Prianti; Rahel Putri Pamungkas; Chichik Ilmi Annisa
TATALOKA Vol 23, No 3 (2021): Volume 23 No. 3, August 2021
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.23.3.430-437

Abstract

The land availability in public cemeteries in Tuban currently under pressure towards the land capacity which is getting limited due to the population growth and inadequate facilities. This study, using the calculation to get the estimated area and the land capacity of the public cemetery in Tuban. The data compilation steps consists of primary survey and secondary survey. The primary survey activities carried out included field surveys and community aspirations which were carried out through in-depth interviews and Focus Group Discussions (FGD). Meanwhile, the secondary survey was conducted to find data, namely basic data on laws and policies, and data on social demographic conditions. The analytical method used is the analysis of grave needs by analyzing the projection of the mortality rate, calculating the need for cemetery land area per year, calculating the remaining land area for the cemetery, calculating the remaining land capacity of the cemetery, and calculating the remaining capacity of the cemetery with a one-time overlapping system. From the results of the analysis, it is obtained that the remaining capacity of the burial ground in Tuban District will be filled in 2021 and will require an additional land area of 617,945 m2 (61 Ha) in 2030. Semanding and Merakurak Districts are projected to be full in 2025 with a land area requirement of 81,589 m2 (8.1 Ha) and 113,875 m2 (11 Ha) in 2030 Palang District will be full in 2026 and Jenu District will be full in 2028.
Pengembangan Konsep Kelembagaan sebagai Upaya Rejuvenasi Kawasan Wisata Alam Ranu Grati di Kabupaten Pasuruan Dian Rahmawati; Hertiari Idajati; Ema Umilia
Jurnal Penataan Ruang Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Penataan Ruang 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v13i1.7060

Abstract

Kawasan wisata alam Ranu Grati Pasuruan merupakan salah satu danau vulkanik yang terletak di dataran rendah dan memiliki kekayaan berupa sumber daya air yang hingga kini masih menunjang kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya dan pemandangan alam yang mengelilingi danau tersebut. Pengelolaan yang kurang optimal telah mendorong kawasan Ranu Grati saat ini mengalami fase stagnan menuju decline jika dilihat dari tipologi Butler. Kualitas air danau menurun akibat limbah keramba dan rumah tangga yang memenuhi daerah sempadan danau, beberapa ladang dan bekas kegiatan pertambangan pasir oleh masyarakat juga berpengaruh ke kualitas air danau, selain itu kegiatan pariwisata juga sangat terbatas perolehannya dalam mendapatkan pengalaman maupun kesempatan terlibat dalam aktivitas pariwisata kecuali jika ada acara tertentu.Artikel ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Kajian Pengembangan Kawasan Ranu Grati. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mendeskripsikan arahan pengembangan Ranu Grati dilihat dari segi kelembagaan pariwisata sebagai upaya merejuvenasi kawasan Ranu Grati yang saat ini berposisi di fase stagnan menuju decline. Tahapan dari penulisan adalah (1) menyusun faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya kondisi kawasan wisata Ranu Grati dengan metode Delphi (2) merumuskan arahan pengembangan Ranu Grati dari segi kelembagaan yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarakat dengan metode pendekatan quadriple helix diintegrasikan dalam konsep zonasi kawasan. Hasil yang ditemukan didapatkan: (1) Faktor yang berpengaruh terhadap menurunnya kondisi kawasan wisata Ranu Grati yaitu potensi SDM yang belum seimbang, peran serta masyarakat yang masih rendah, dan koordinasi antar stakeholder yang kurang optimal; (2) Zonasi kawasan wisata Ranu Grati yang terintegrasi dengan konsep pengembangan fungsi kelembagaan yang terbagi dalam ruang inti dan ruang pendukung.
Arahan Peningkatan Keberlanjutan Hutan Kota di Kota Surabaya Ema Umilia; Hasya Aghnia
Jurnal Penataan Ruang Vol 13, No 2 (2018): Jurnal Penataan Ruang 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2716179X.v13i2.7114

Abstract

Hutan Kota Surabaya merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang belum sepenuhnya terkoordinir dengan baik dari segi sumber daya vegetasi, komunitas, dan pengelolaannya. Selain itu, luasan dan fungsi hutan kota di surabaya saat ini masih belum sesuai dengan kebutuhan dan Perda No. 15 tahun 2014 tentang Hutan kota. Tahapan penelitian ini diawali hasil content analysis adalah variabel yang berpengaruh yang terbagi dalam 3 faktor yakni sumberdaya vegetasi, komunitas dan pengelolaan. Selanjutnya, dilakukan penilaian tingkat keberlanjutan dengan menggunakan teknik skoring. Kemudian perumusan arahan peningkatan keberlanjutan hutan kota menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hutan kota berkelanjutan tinggi (hutan kota Pakal, hutan kota Balasklumprik, hutan kota Sumurwelut, dan Kebun Binatang Surabaya) berfokus pada strategi koordinasi antar dinas, kerjasama industri hijau dan warga serta peraturan yang tegas. Sedangkan berkelanjutan sedang dan rendah (hutan kota Lempung, hutan kota Sambikerep, hutan kota Gununganyar, hutan kota Jeruk, hutan kota Penjaringan Sari dan hutan kota Prapen) berfokus pada penanaman secara intensif, pendanaan secara kreatif, pembangunan fasilitas dan perekrutan tenaga kerja sesuai dengan luasan hutan kota
Pengembangan Konsep Desain Citra Kawasan Eduwisata Herbal di Kota Batu Choirul Mahfud; Zainul Muhibbin; Niken Prasetyawati; Arman Hakim Nasution; Gogor Arif Handiwibowo; Hertiari Idajati; Ema Umilia; Edy Subali
Janaka, Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2021): May 2021
Publisher : LP3M STAI Darussalam Krempyang Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29062/janaka.v3i2.288

Abstract

ABSTRACT The village community needs the development of alternative designs that are suitable for the Herbal Education area in Batu City for the progress of Indonesia. The activities' strategy is planning an alternative design concept for the Batu City Herbal Education Area. This community service has theoretical benefits that add insight and knowledge about determining educational tours' location with various approaches. In practical terms, several added values are useful for providing input to officials and policymakers for Batu City tourism development, specifically in developing tourism with the concept of education through city image theory. This activity's impact is a good effect of these activities, especially landmarks that function optimally in building the area's image for visitors/observers in the development of the herbal education area of Batu City. More than that, it can also provide an impression/experience to visitors/observers regarding the state of the Batu City herbal education area. Also, to support in comparing the herbal education area of Batu city.
Assessment of the Perception of Security Based on CPTED in Bundaran HI TOD Siti Nurlaela; Sugiono Sugiono; Nadhila Alda Ismiralda; Ardy Maulidy Navastara; Ema Umilia; Arwi Yudhi Koswara
TATALOKA Vol 23, No 4 (2021): Volume 23 No. 4, November 2021
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.23.4.536-552

Abstract

CPTED studies has been popular since 1960-1970s, however studies in Indonesian city context showed limited references. This paper identified the need of CPTED study followed a massive MRT network development in Jakarta City, as the need for re-design and city beautification to fit with the vibrant TOD urban lifestyle may create moments as well to promote CPTED implementation. The perception survey was developed to understand the perceived crime risk level among the MRT users of Bundaran HI Station. The survey conducted in two scopes of context, i.e. the TOD precinct, an area of 800 radius from the station, and inside the station itself. Finding from the TOD context showed that the maintenance and information have been the most significant but often mostly ignored. These two component may lead to under-rated other CPTED components, weaken the territorial reinforcement and natural surveillance. Out of 56 parameters, 26 parameters or almost halve have rated below 3, alarmed for a more comprehensive design and intervention at the TOD neighbourhood level that emphasizes on the implementation of CPTED principles. Finding from the Bundarin HI station context showed that under the Likert scale 1 (the lowest risk) to 5 (the highest risk), most of the CPTED rated from 4 – 5. There were a variation in the perceived security among different respondents based on gender, time pattern, location pattern, and mode chosen for station access. However, these rating differences were not significant according to the ANOVA and the t-test statistics. The chi-square test found no association between the perceived securities with the type of mode uses for station access. These preliminary findings suggested that the Bundaran HI TOD station is secured from crime risk according to perception of MRT users; therefore little variation in the rating of perceived security gave little information to draw any association with other important variables such as the mode choice for station access. However, taken the measures on wider context at the TOD precinct, the rating of CPTED consistently lower in all components, suggested the urban design and land use zoning-and transportation intervention that consider CPTED principles to be emphasizing at wider area to support the security of the station.
Perumusan Faktor-faktor Penyediaan Perumahan Formal di Surabaya dari Aspek Lahan Kebijakan Rifka Qonitatun Nisa'; Ema Umilia
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.97227

Abstract

Dalam mewujudkan permukiman perkotaan berkelanjutan, permasalahan utama yang dihadapi secara umum di Indonesia dan di Kota Surabaya secara khusus adalah ketimpangan antara penyediaan dan permintaan. Telah banyak kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, namun secara fakta masih belum optimal. Pada penelitian ini akan dicari tahu sejauh mana pengaruh faktor penyediaan perumahan guna mengetahui kebijakan dan program perumahan di Kota Surabaya sudah efektif diterapkan atau sebaliknya.Guna mengetahui hal tersebut, identifikasi bentuk kebijakan dan program penyediaan perumahan di Kota Surabaya dianalisis menggunakan analisis konten yang bersumber dari literatur dan wawancara stakeholder. Sedangkan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor penyediaan perumahan di kota surabaya dilakukan menggunakan metode ekonometri berupa regresi linier berganda yang bersumber dari hasil kuesioner responden, data NPOP (Nilai Perolehan Objek Pajak) Kota Surabaya, dan data NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) PBB Kota Surabaya. Hasil berdasarkan model regresi menunjukkan, kenaikan harga rumah, luas bangunan, pajak properti, dan mengikuti program KPR/Insentif BPHTB 10%/ Insentif PPN DTP 50% mempercepat durasi penyediaan lahan. Sedangkan kenaikan luas tanah, prosentase kenaikan nilai lahan, nilai lahan, dan mengikuti program insentif BPHTB 25% justru memperlambat durasi penyediaan perumahan.