Program Kabupaten Layak Anak bertujuan untuk memastikan terpenuhinya hak-hak anak, seperti hak untuk hidup, tumbuh kembang, bermain, belajar, dan berpartisipasi. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah mencapai kondisi optimal dalam pencapaian program tersebut namun ada beberapa permasalahan, 1) Kegiatan yang tidak terkoordinasi untuk penyusunan rencana aksi program kabupaten layak anak, 2) Belum optimalnya penyusunan rencana aksi program kabupaten layak anak, dan 3) Kurangnya perencanaan aksi program kabupaten layak anak. Kondisi ini perlu diintervensi melalui kegiatan pendampingan dalam rangkaian proses penyusunan rencana aksi program sehingga dapat dihasilkan rumusan rencana aksi yang lebih komprehensif dan terukur. Metode kegiatan ini diterapkan dalam dua bentuk, yaitu pelatihan pengetahuan dan pelatihan manajemen dan bimbingan untuk memberikan dukungan dan arahan kepada mitra dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Kegiatan melibatkan 15 orang perwakilan dari beberapa OPD dilibatkan dalam penilaian program, sementara itu evaluasi dilakukan secara kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan kegiatan ini mampu mengoptimalkan kapasitas peserta kegiatan dalam penyusunan rencana aksi program kabupaten layak anak dan mampu mendorong koordinasi antar aktor dalam penyusunan rencana aksi program kabupaten layak anak di Kabupaten Lampung Tengah. Kedua hal ini menunjukkan kondisi perubahan yang lebih baik dibandingkan sebelum dilaksanakannya kegiatan ini. The Child-Friendly Regency (KLA) Program aims to ensure the fulfillment of children's rights, such as the right to life, growth and development, play, learn, and participate. The Lampung Tengah Regency Government has achieved an optimal condition in achieving this program, but there are several problems, 1) Uncoordinated activities for the formulation of the action plan for the Child-Friendly Regency program, 2). Suboptimal formulation of the action plan for the Child-Friendly Regency program, and 3) Lack of planning for the Child-Friendly Regency program. This condition needs to be intervened through mentoring activities in the series of the action plan formulation process so that a more comprehensive and measurable action plan formulation can be produced. The method of this activity is applied in two forms is training is provided in the form of knowledge training and management training and guidance to provide support and direction to partners in applying the skills and knowledge they have acquired. The activity involved 15 representatives from several OPDs involved in the program evaluation, while the evaluation was conducted qualitatively using interview, observation and documentation techniques. The results of the activity evaluation show that this activity has been able to optimize the capacity of the participants in the formulation of the Child-Friendly Regency program action plan and tis activity has also been able to encourage coordination between actors in the formulation of the Child-Friendly Regency program action plan in Lampung Tengah Regency. Both of these things show a better change condition compared to before this activity was carried out.