Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Gorga : Jurnal Seni Rupa

ORNAMEN MASJID ASASI SIGANDO KOTA PADANGPANJANG Mirda Aryadi; Asril S; Febri Yulika
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.17902

Abstract

AbstrakMasjid Asasi Sigando menerapkan ornamen sebagai salah satu bagian dari bangunannya. Fungsi secara umum dari penempatan ornamen pada masjid Asasi sebagai penghias, hal ini juga berlaku pada bangunan yang khas Minangkabau lainnya. Penempatan ornamen pada masjid ini, hampir terdapat pada seluruh dinding luar. Ornamen yang diterapkan pada bagian dinding masjid seperti singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, dan salangko. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berifat deskriptif. Ornamen Masjid Asasi memiliki keindahan dari segi motif yang belum dikaji secara keilmuan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara obervasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil tentang ornamen Masjid Asasi bahwa ide penciptaan motif ornamen berlandaskan pada bentuk alam seperti, tumbuhan, hewan, alam benda dan manusia. Selain itu penempatan masing-masing motif juga disusun pada bagian masjid yang memiliki nama tertentu.Kata Kunci: masjid asasi, ornamen, motif.AbstractAsasi Sigando Mosque uses ornaments as one part of the building. The general function of the placement of ornaments on the Asasi mosque as decoration, this also applies to other typical Minangkabau buildings. Placement of ornaments on this mosque, almost found on the entire outer wall. Ornaments applied to the walls of the mosque such as singok, pereang, papan banyak, papan sakapieng, and salangko. This research uses descriptive qualitative research methods. Asasi Mosque ornaments have beauty in terms of motifs that have not been studied scientifically. Data collection is carried out by means of observation, interviews, documentation and literature study. The result of Asasi Mosque ornaments is that the idea of creating ornamental motifs is based on natural forms such as plants, animals, natural objects and humans. In addition, the placement of each motif is also arranged on the part of the mosque that has a certain name. Keywords: asasi mosque, ornaments, motifs.
KOREOGRAFI TARI SATAMPANG BANIAH OLEH SANGGAR SARI BUNIANNAGARI ANDALEH BARUAH BUKIK SEBAGAI PELESTARIAN BUDAYA LOKAL Viola Vianda Sari; Asril Asril; Edwar Zebua
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.10973

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Koreografi TariSatampang Baniah yang telah dikembangkan oleh Yeni Eliza di Sanggar Sari Bunian Nagari Andaleh Baruah Bukik Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar sebagai bentuk pelestarian seni budaya lokal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis yakni mendeskripsikan dan menganalisis unsur-unsur atau elemen-elemen yang mendukung pertunjukan TariSatampang Baniah. Untuk menbahas penelitian tentang koreografi ini digunakan teori koreografi oleh Robby Hidajat, teori bentuk oleh Soedarsono, teori pelestarian oleh Edi Sedyawati dan teori perkembangan oleh Umar Kayam.Penelitian yang dilakukan ini menemukan hasil bahwa, TariSatampang Baniah yang awalnya tari tradisi di Nagari Andaleh Baruah Bukik sekarang telah dikembangkan oleh Yeni Eliza di Sanggar Sari Bunian. Usaha pengembangan ini dilakukan untuk menghidupkan kembali dan melestarikan TariSatampang Baniah yang sudah hampir punah di Nagari Andaleh Baruah Bukik. Upaya Yeni Eliza ini membuahkan hasil, melalui koreografi yang dikembangkannya TariSatampang Baniah sekarang dikenal ditingkat Nasional dan Internasional.                                                                                                                                  Kata Kunci: tari satampang baniah, koreografi, pelestarian. AbstractThe purpose of this study was to find out the “choreography of satampang baniah dance which had been the developed by Yeni Eliza insari bunian bukik in Sungayang subdistrict Tanah Datar district as a from of preservation of local cultural art. This research that is qualitatif research that is describes and analyzes elements or elements that suport the performence of satampang baniah dance. To discuss this choreography theory was used by Robby Hidajat, from theory by Soedarsono , conservation theory by Edy Sedyawati and development theory by Umar Kayam. This research found that satampang baniah dance was originally dancethe tradition in nagari Andaleh Baruah Bukik has now been developed by Yeni Eluza in sari bunian studio. This development efforrt was carried out to revive and preserve the almost extinct satampang baniah dance in nagari andaleh baruah bukik. Yeni Eliza efforts paid off, through the choreograpy she developed satampang baniah dance now know at the national and international level.  Keywords: satampang baniah dance, choreography, preservation.
REDESIGN LOGO CAFE DAN RESTO RUMAH BAKO PAYAKUMBUH Maharian Agung; Asril Asril; Syafwandi Syafwandi; Mega Adyna Movitaria
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.27245

Abstract

This article aims to reveal the process of designing (redesigning) the logo of the Rumah Bako Cafe and Resto. This redesign was carried out based on various weaknesses found in the previous Rumah Bako Resto logo. This redesign was approached with theory, logo, aesthetics, color, and art style. The method used in this study is the 4D method, namely: define (definition), design (design), develop (development), and dessiminate (spread). The new logo of Rumah Bako Payakumbuh Cafe and Resto is the result of processing circle shapes with fonts and images. The picture taken is as a product icon, namely culinary. The choice of position and location is very taken into account. Through the main media, namely logos and supporting media such as t-shirts, totte bags, key chains, stickers, x-banners, and banners that aim as promotional media.Keywords: redesign, logo, café, resto.  AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengungkap proses perancangan (Cafe ) logo Cafe dan Resto Rumah Bako. Redesign ini dilakukan berdasarkan berbagai kelemahan yang ditemukan pada logo Resto Rumah Bako yang terdahlu.  Redesign ini didekati dengan teori, logo, estetika, warna, dan gaya seni.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 4D yaitu: define (definisi), design (perancangan), develop (pengembangan), dan dessiminate (penyebaran). Logo baru dari Cafe dan Resto Rumah Bako Payakumbuh adalah hasil dari pengolahan bentuk lingkaran dengan font dan gambar. Gambar yang diambil adalah sebagai ikon produk yaitu kuliner. Pemilihan posisi dan letak sangat diperhitungkan. Melalui media utama yaitu logo dan media pendukung seperti baju kaos, tottebag, gantungan kunci, stiker, x-banner, dan spanduk yang bertujuan sebagai media promosi.Kata Kunci: redesign, logo, café, resto. Authors:Maharian Agung : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangSyafwandi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangMega Adyna Movitaria : Institut Agama Islam Sumatera Barat References:Anggakarti, D. M., & Benyamin, M. F. (2021). Adaptasi Gambar Hias sebagai Gambar Latar pada Aplikasi Desain. Journal VISUALIDEAS, 1(1), 3–7.Arbi, M. S., Irwan, M. S., & Hafiz, A. (2019). Ayam Jantan Dalam Karya Seni Grafis. Serupa The Journal of Art Education, 7(3).Arredondo, E., Castaneda, D., Elder, J. P., Slymen, D., & Dozier, D. (2009). Brand name logo recognition of fast food and healthy food among children. Journal of Community Health. https://doi.org/10.1007/s10900-008-9119-3Atika, J. (2019). Kajian Interior Ruang Tidur pada Anak. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia Dan Industri Kreatif, 1(1), 28–38.Fadilah, A., Mappalahere, M. T., & Mukaddas, A. B. (2021). Kajian Estetika Sangkar Burung Puyuh (Jaba Kawubu) di Kampung Rupe Kecamatan Langgudu Nusa Tenggara Barat. BALOLIPA: Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 1(1), 43–50.Jaya, M. A. (2018). Transformasi Tempat Ketiga (Third pl#ace) dari Ruang Dalam (indoor) Menuju Ruang Luar (Outdoor): Studi Kasus Kota Palembang. Arsir. https://doi.org/10.32502/arsir.v2i1.1240Jia, Y., Shelhamer, E., Donahue, J., Karayev, S., Long, J., Girshick, R., Guadarrama, S., & Darrell, T. (2014). Caffe: Convolutional Architecture for Fast Feature Embedding. MM 2014 - Proceedings of the 2014 ACM Conference on Multimedia. https://doi.org/10.1145/2647868.2654889Lee, C., Hallak, R., & Sardeshmukh, S. R. (2016). Innovation, entrepreneurship, and restaurant performance: A Higher-Order Structural Model. Tourism Management. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2015.09.017Luffarelli, J., Mukesh, M., & Mahmood, A. (2019). Let the Logo Do the Talking: The Influence of Logo Descriptiveness on Brand Equity. Journal of Marketing Research. https://doi.org/10.1177/0022243719845000Mubarat, H., & Ilhaq, M. (2021). Telaah Nirmana sebagai Proses Kreatif Dalam Dinamika Estetika Visual. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Karya Seni, 23(1), 125–139.Mulyawartini, G. A. (2019). Melalui Kegiatan Meronce Bentuk Dan Warna Dapat Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Kelompok B Tk Harapan Kelayu. Jurnal EDISI, 1(1), 118–133.Munawaroh, S. D. (2018). Pengaruh Media Bola Warna terhadap Kemampuan Mengenal Warna Anak Kelompok A di TK Dahlia Jagir Sidoresmo Surabaya. Jurnal PAUD Teratai, 7(1).Putri, S. M., & Hartati, M. (2021). Pakaian Tradisional Perempuan Melayu Jambi. Seminar Nasional Humaniora, 1(1), 116–133.Said, A. A. (2019). Mendesain Logo. TANRA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Dan Desain Universitas Negeri Makassar. https://doi.org/10.26858/tanra.v6i3.13014Sakriyani, A. (2018). Pembuatan Company Profil Politeknik NSC Surabaya Menggunakan Adobe After Effects CC 2014. Politeknik NSC Surabaya.Susilawati, H., Akhmad Fauzi Ikhsan, M. T., & Salman, F. (2020). Prototyping Alat Pendeteksi Kematangan Buah Kopi Berbasis Arduino Menggunakan Sensor Apds Gy-9960. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Teknik Elektro Telekomunikasi Indonesia, 11(1).Van Der Vorst, J. G. A. J., & Beulens, A. J. M. (2002). Identifying Sources of Uncertainty to Generate Supply Chain Redesign Strategies. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management. https://doi.org/10.1108/09600030210437951Wagner, M., Rietz, C., Kaspar, R., Janhsen, A., Geithner, L., Neise, M., Kinne-Wall, C., Woopen, C., & Zank, S. (2018). Quality of life of the Very Old. Zeitschrift Für Gerontologie Und Geriatrie, 51(2), 193–199.Wangarry, M. A., & Saidi, A. I. (2018). Pengaruh iklan Media Luar Ruang pada Ruang Publik di Kota Jakarta Selatan. Jurnal Seni & Reka Rancang.
MENGAGAH HARIMAU: SENI TARI RITUAL BUDAYA MASYARAKAT PULAU TENGAH KABUPATEN KERINCI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS SUREALIS Al Ikhsan; Asril Asril; Dharsono Dharsono
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 2 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i2.27477

Abstract

The creator of this artwork is entitled "Against the Tiger: Cultural Rituals of the Central Island Community of Kerinci Regency as the Creation of Surrealism Painting". This work is motivated by the Pengagah Harimau dance which is created from the movement of the tiger silat which is converted into a dance with the same movements as the tiger's. After observing the ritual of the Pengagah Harimau dance, the artist became interested in creating a surrealist painting with the idea of the ritual of the Pengagah Harimau dance. The design of the creation of the Pengagah Harimau dance is expressed in a different form from the original, but still has the same elements and meanings as the movement of the Menggah Harimau. The design that will be made is a scribble from each tiger dance and is presented in the form of a painting with a cereal technique.This surrealist painting creation method is a method used to observe something, a person and an environment or situation sharply, in detail, and record it accurately in several ways, namely observation and interviews. From the results of the interviews, the authors document the results in the form of photos and recordings. The location chosen as the object of research is in Pulau Tengah Village, Kerinci Regency.The result of the creator of this Menggah Harimau dance painting is surrealism painting in the form of opening motion, gazing motion, defending motion, crossed claws, matai ateh, nak nepo, and being conceded by imo. The materials or tools used in the creation of surrealist paintings are canvas, spanram, base paint, acrylic paint, gun stepller, and brushes. For the creation process, the spanram canvas is installed, the first work is done, and the work is framed. Creating this surrealism painting comes from the Menggah Harimau dance, Central Island Village, Kerinci Regency.Keywords: enchanting tiger, kerinci dance ritual.AbstrakPenciptaan karya seni ini berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Sebagai Penciptaan Seni Lukis Surealisme”. Karya ini dilatarbelakangi oleh tari Mengagah Harimau yang tercipta dari gerak silat harimau yang diubah menjadi tarian dengan gerakan yang sama seperti gerak harimau, setelah mengamati ritual tari Mengagah Harimau, pengkarya menjadi tertarik untuk menciptakan karya lukis surealis dengan ide ritual tari Mengagah Harimau. Rancangan penciptaan tari Mengagah Harimau ini diekspresikan menjadi bentuk yang berbeda dari yang aslinya, akan tetapi tetap mempunyai unsur dan makna yang sama dengan membentuk gerak Mengagah Harimau. Desain yang akan dibuat merupakan coretan dari masing-masing tarian harimau dan disajikan ke dalam bentuk wujud lukisan dengan teknik serealis. Metode penciptaan karya seni lukis surealis ini adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seorang dan suatu lingkungan atau situasi secara tajam, terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara yaitu observasi dan wawancara. Dari hasil wawancara, pengkarya mendokumentasikan hasil tersebut dalam bentuk foto dan rekaman. Lokasi yang dipilih sebagai sebagai objek penelitian yaitu di Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci. Hasil pencipta karya seni lukis tari Mengagah Harimau ini adalah seni lukis surealisme dalam bentuk gerak pembuka, gerak mengagah, gerak membela, cakar silang, matai ateh, nak nepo, dan kemasukan imo. Bahan atau alat yang digunakan dalam penciptakan karya seni lukis surealis adalah kain kanvas, spanram, cat dasar, cat akrilik, gun stepller, dan kuas. Untuk proses penciptaan dilakukan pemasangan kain kanvas spanram, proses penggarapan karya pertama, dan proses bingkai karya. Menciptakan karya seni lukis surealisme ini bersumber dari tari Mengagah Harimau Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci.Kata Kunci: mengagah harimau, ritual tari kerinci. Authors: Al Ikhsan : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDharsono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Couto, Nasbahry. (1999), Gaya Dalam Seni Rupa Pemahaman Bahasa Seni Rupa Modern. Padang: Jurusan Seni.Halawa, W. E., Triyanto, R., Budiwiwaramulja, D., & Azis, A. C. K. (2020). Analisis Gambar Ilustrasi Hombo Batu Nias Gunungsitoli. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 193-203.Ikhsan, Al. (2021). “Mangagah Harimau”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 4 Februari 2021, Kerinci.Kartika, Dharsono Sony, (2016). Kreasi Artistik. Karanganyer. Surakarta: UNS.Prabu, W. N. D. (2017). Imaji Pop Surealisme Figur Gendut Dalam Lukisan. Journal of Urban Society's Arts, 4(1), 36-48.
TARI ASYEIK NITI MAHLIGAI DALAM KARYA RELIEF LOGAM Marten Agung Laksono; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39069

Abstract

The primary steps of the asyeik niti mahligai ritual are where relief works are produced. Asyeik Niti Mahligai is performed on stage as a test by Bilian Saleh to reach the pinnacle of mysticism. The asyeik niti mahligai dance is being introduced to the public, especially the people of Kerinci, through the creation of this relief. Particularly important is the comprehension of the variations in the asyeik niti mahligai dance that is discussed in the work. The artist's version of the Asyeik Niti Mahligai  dance captures the spirit of the dance that Bilian Saleh did during the traditional procession. The second is created so that it can serve as a resource for other artists, for example, in the production of art that requires the shape of regional customs. Exploration, design, and embodiment were the strategies employed in the creation of this piece. The engraving and pressing process is employed. This two-dimensional piece uses metal reliefs to depict the procession of Bilian Saleh during the asyeik niti mahligai ceremony. Using the right-to-left reading technique, the reliefs are back in two pieces. Asyeik niti mahligai's creator relief ritual serves as a means of conserving local culture and making it accessible to future generations through artistic creations.Keywords: dance, asyeik, niti, mahligai, relief. AbstrakPenciptaan karya relief logam bersumber dari tahapan inti dalam ritual asyeik niti mahligai. Tahapan inti tersebut ialah tari asyeik niti mahligai sebagai ujian yang ditempuh bilian saleh sebagai puncak tertingi ilmu kebatinan. Tujuan penciptaan karya relief ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Kerinci tentang tari asyeik niti mahligai, terutama pemahaman tentang perbedaan tari asyeik niti mahligai yang diangkat dalam karya. Tari yang angkat oleh pengkarya yaitu esensi tari asyeik niti mahligai yang dilaksanakan oleh bilian saleh pada prosesi ritual. Kedua yang diciptakan agar dapat menjadi acuan seniman lainya khususnya pada penciptaan seni rupa yang mengambil bentuk dari tradisi lokal. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini ialah melalui tahapan eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Teknik yang digunakan yaitu teknik ukir tatah dan tekan. Karya yang dihasilkan merupakan karya dua dimensi menguraikan prosesi pengangkatan bilian saleh dalam ritual asyeik niti mahligai dalam bentuk relief logam. Relief berjumlah dua karya dengan teknik membaca dari kanan ke kiri. Penciptaan relief ritual asyeik niti mahligai sebagai salah satu cara terhadap pelestarian budaya lokal agar dapat dikenal sampai generasi selanjutnya dalam bentuk karya seni rupa.Kata kunci: tari, asyeik, niti, mahligai, relief. Authors:Marten Agung Laksono : Institut Seni Indonesia Padangpanjang          Asril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Beardsley, M. (1958). Aesthetics Problem In The Philosophy Of Criticism. United states Of America: Harcourt Brace & World.Damono, S. D. (2018). Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.Gustami, S. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Parisista.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22-26.Daniati, N., Sastra, A. I., & Dharsono, D. (2018). Perempuan Kerinci sebagai Ide dalam Penciptaan Karya Seni Lukis. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 129-133.Nopia, R., Akmal, A., & Munaf, Y. (2018). KuloukKerinci dalam Karya Mahkota Putai. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 7(2), 123-128.Putra, Eva Bramanti. (2022), “Sejarah Prosesi Ritual Asyeik Niti Mahlagi”. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Januari 2022, Kerinci.
MY CHILDHOOD MEMORIES: PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DEKORATIF Rezi Ilfi Rahmi; Asril Asril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.33871

Abstract

The creation of art painting entitled “my childhood memories” it based on the moments of the artist childhood memories that visualized into art painting. The childhood has deep impression in artist live. A natural environment, a nice playmate leaving a sweet memories that unforgetable. The traditional situation and a lot of game in nature. The children activity in the hometown located in Marapi’s mountain area, West Sumatera. The artist represent the childhood experience by using decorative style with pointilis technique as the filler or decoration. The aim of the creation is to express the feeling related to the impressive childhood memories. The methods used consist of data collecting, the contemplation and remembering the past and re-visit the place that uses as playground in the childhood. Watching and picking up the documentation, arrange the concept of art planning then copy the sketch into canvas the process the painting on the canvas until art finishing. This creation be viewed into three art painting, in two dimension, which are; the journey to the pond, catching the dragonflies and the favorite tree; which every painting have different side, from visual side that stated and also the feeling that want to tell. Overall all of the art express the childhood in the hometown.Keywords: childhood memories, decorative painting. AbstrakPenciptaan karya seni lukis dengan judul “My Childhood Memories” ini didasari oleh moment-moment pengalaman masa kecil pengkarya yang divisualisasikan ke dalam karya seni lukis. Masa kecil memilki kesan yang mendalam dalam kehidupan pengkarya, lingkungan yang asri dan teman bermain yang menyenangkan meninggalkan kenangan indah yang tidak dapat terlupakan. Kehidupan yang masih tradisinonal dan permainan lebih banyak di alam bersama kawan sebaya. Aktivitas masa anak-anak di kampung halaman, berada di kawasan daerah gunung Marapi, Sumatra Barat. Pengkarya merepresentasikan pengalaman masa kecil itu menggunakan gaya dekoratif dengan teknik pointilis sebagai isian atau hiasan. Tujuan penciptaan karya untuk mengekspresikan perasaan terkait kenangan masa lalu yang berkesan. Metode yang digunakan terdiri dari persiapan pengumpulan data, melakukan perenungan dan mengingat kembali masa lalu dan mendatangi tempat bermain di waktu kecil, mengamati dan mengambil dokumentasi, menyusun konsep dan rancangan karya. Realisasi konsep diawali dengan pembuatan sketsa, kemudian pemindahan sketsa ke kanvas, proses melukis di atas bidang kanvas hingga finishing karya. Karya ini diwujudkan menjadi tiga karya lukisan dalam bentuk dua dimensi, yaitu: Perjalanan Menuju Telaga, Menangkap Capung, dan Pohon Favorit; yang masing-masingnya memiliki perbedaan, baik dari segi bentuk visual yang dimunculkan, maupun perasaan yang ingin disampaikan. Secara keseluruhan karya mengungkapkan bagaimana kenangan masa kecil di kampung halaman.Kata Kunci: kenangan masa kecil, lukisan dekoratif. Authors:Rezi Ilfi Rahmi : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Kartika, D. S., & Perwira, N. G. (2004). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.Marianto, D. (2006). Quantum Seni. Semarang: Dahara Prize.Mustofa, B. (2015). Psikologi Pendidikan. Yokyakarta: Parama Ilmu.Soedarso, SP. (2006). Trilogi Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yokyakarta.Supratman, L. P., & Mahadian, A. B. (2016). Psikologi Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish.Susanto, M. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt.Sujanto, A. (1982). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.Sujanto, A. L. H., & Hadi, T. (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.Sutrisno, M., & Verhaak, C. (1993). Estetika. Yokyakarta:  Kanisius.
AKTIVITAS TAREK PUKAT SEBAGAI EKSPRESI SIMBOLIK DALAM KRIYA SENI KAYU Fitria Fitria; Asril Asril; Ubai Dillah Al Anshori
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.42905

Abstract

Tarek pukat is the activity of fishing communities in catching fish using pukat (nets) by being ditarek (pulled). Tarek pukat activity in modern times is experiencing extinction, the cause is tiger trawling. The tiger trawl has triggered a shift in the value of the Tarek pukat activity. Tarek pukat activity for the people of Aceh has become part of them and their lives. This activity is present because of the results of the thinking of previous people by doing it together and giving birth to interactions between fellow fishing communities. The phenomenon of Tarek pukat activity is explored using a symbolic expression approach. Symbolic expression is a way to express the phenomenon of Tarek pukat activities in works of art by expressing through pouring symbols as a form of value to be presented. The purpose of this creation is to convey messages and provide self-awareness for the general public and the people of Aceh itself. The methods in the creation of this artwork are: exploration, design in the form of experiments, materials, tools, techniques, and realization. The medium used is surian wood, meranti wood, and jackfruit wood. Techniques are scroll and intarsia. The final stage of the creation of finishing works using melamine system, the achievement of the shape and final result of a work can be influenced by the finishing results.The work created by the artist is a two-dimensional work of art in the form of decorative artwork placed on the wall with the title of the work: "Kulet Bak Meucheue Tuboh" (like the skin becomes the body protector), and "Musafe La'ot" (sea traveler). The artworks presented through this symbolic expression give birth to a new form of activities with the message that the artist wants to convey to the Tarek pukat activity seen today.  With the presence of this artwork, it is hoped that it willbe able to become an awareness for the people of Aceh to respond to the results of keunebah indatu (ancestral heritage), so that it can trigger the enthusiasm of the community to be preserved again. The birth of this artwork certainly presents meanings and values that are considered necessary to be conveyed by the author.Keywords: tarek  pukat, symbolic expression, intarsia. AbstrakTarek pukat adalah aktivitas masyarakat nelayan dalam menangkap ikan menggunakan pukat (jala/jaring) dengan cara ditarek (ditarik). Aktivitas tarek pukat pada saat zaman modern ini mengalami kepunahan, penyebabnya adalah pukat harimau. Pukat harimau menjadi pemicu terjadinya pergeseran nilai yang ada dalam aktivitas tarek pukat tersebut. Aktivitas tarek pukat bagi masyarakat Aceh sudah menjadi bagian dari mereka dan kehidupannya. Aktivitas ini hadir karena hasil olah pikir orang terdahulu dengan melakukan secara bersama-sama dan melahirkan interaksi-interaksi antar sesama masyarakat nelayan. Fenomena aktivitas tarek pukat digarap menggunakan pendekatan ekspresi simbolik. Ekspresi simbolik menjadi suatu cara untuk menuangkan fenomena aktivitas tarek pukat dalam karya seni dengan cara diekspresikan melalui penuangan simbol-simbol sebagai wujud dari nilai yang mau dihadirkan. Tujuan dari penciptaan ini adalah untuk upaya pesan dan memberi kesadaran diri bagi masyarakat umum maupun masyarakat Aceh sendiri. Metode dalam penciptaan karya seni ini yaitu: eksplorasi, perancangan berupa eksperimen, bahan, alat, teknik, dan perwujudan. Medium yang digunakan berupa kayu surian, kayu meranti, dan kayu nangka. Teknik berupa scroll, dan intarsia. Tahap akhir penciptaan karya finishing menggunakan melamine system, pencapaian bentuk dan hasil akhir dari sebuah karya dapat dipengaruhi dari hasil finishing. Hasil karya yang diciptakan pengkarya merupakan karya seni dua dimensi berupa karya seni dekoratif yang ditempatkan pada dinding dengan judul karya: œKulet Bak Meucheue Tuboh (ibarat kulit menjadi pelindung badan), dan œMusafe La™ot (musafir lautan). Karya seni yang dihadirkan melalui ekspresi simbolik ini melahirkan suatu bentuk aktivitas-aktivitas yang baru dengan isian pesan yang ingin disampaikan oleh pengkarya terhadap aktivitas tarek pukat yang terlihat hari ini. Dengan hadirnya karya seni ini, diharapkan mampu menjadi kesadaran bagi masyarakat Aceh agar menyikapi hasil keunebah indatu (peninggalan leluhur), sehingga bisa memicu semangat masyarakat untuk dilestarikan kembali. Lahirnya karya seni ini tentunya menghadirkan makna-makna serta nilai yang dianggap perlu disampaikan oleh pengkarya.Kata Kunci: tarek pukat, ekspresi simbolik, intarsia.Authors:Fitria : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangUbai Dillah Al Anshori : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara References:Apriliana, A., Akmal, A., & Yulika, F. (2021). Penciptaan Kriya Tekstil Tengkuluk Batik Kumbuah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 323-343.Ardianti, S. R. (2021). Pemanfaatan Teknik Tapestri Pada Rompi Dengan Bahan Renda.Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 486-494.Dharsono, S. K. (2016). Kreasi Artistik: Perjumpaan Tradisi Modern dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Jaten Karanganyar: Citra Sain.Dharsono, S. K. (2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.Fitriani. (2017). Nelayan Sebagai Ide Penciptaan Tari Tarek Pukat Dalam Kajian Interaksi Simbolik. Imaji, 15(2), 179-188.Gustami, S. P. (2007). Butir-Butir Mutiara Estetika Timur: Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia. Yogyakarta: Prasista.Laksono, M. A., & Mubarat, H. (2022). Ekspresi Bejana Perunggu Kerinci Sebagai Penghias Interior. Melayu Arts and Performance Journal, 5(2), 140-151.Saputra, M. I., & Asril, A. (2022). Ekspresi Plak Pleng Pada Interior Ruang Tamu: Penciptaan Kriya dengan Pendekatan Eksplorasi Atas Ornamen Kerajaan Lamuri. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 5(2), 134-144.Wardoyo, S., Wulandari, T., Guntur, G., Dharsono, D., & Zulkarnain, Z. (2021). Penciptaan Selendang Batik Sri Kuncoro Khas Budaya Samin Margomulyo Bojonegoro. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 407-414.Yulhanis, Y. (2019). Tradisi Tarek pukat Dalam Masyarakat Aceh. Aceh: Bulletin Haba No. 19.
RATOK SI BUNSU: INTERPRETASI ILAU KE KOMPOSISI PENDEKATAN TRADISI Fitri Rahmadhani; Asril Asril; M. Halim
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49076

Abstract

a tradition of the Solok people in the form of sadness or lamentation which can be found in the Kampai Tabu Karambia Village, Solok City. The function of the bailau was as a medium of information (notification) when a member of the community died overseas whose body could not be brought back to their hometown. Currently, bailau Ilau is only a performing art that is exhibited at certain traditional events so that it becomes bailau creations. Dendang ratok ilau is a source in the creation of new musical compositions, which has a musical phenomenon, namely there is a vocal technique called opmaat and also a tone mode which, if sequenced, can be found tones C, D, Dis, G, and A with intervals of 1, ½, 1 ½ , 1. Ratok Si Bunsu's work was worked on by the method of creating observation, discussion, exploration, realization, guidance, and completion using a traditional approach with the instruments saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, and gandang tambua. The result of this work is that the creator divides the work into two parts. The first part of the artist's work on the dendang ratok ilau melody uses the principle of combining the two traditional vocals found in bailau art, but there are several tones used to enrich the form of the work. In the second part, the composer develops the melodies found in dendang ratok ilau into several forms of new melodies with vocals and melodic instruments and is reinforced with non-melodic instruments. It can be concluded that working on a composition based on traditional art is not an easy thing, but you have to study and understand the background of the traditional art itself.Keywords: ilau interpretation, ratok si bunsu. AbstrakIlau adalah tradisi masyarakat Solok berupa kesedihan atau ratapan yang bisa ditemui di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok. Fungsi bailau dahulunya sebagai media informasi (pemberitahuan) ketika salah seorang anggota masyarakat meninggal di perantauan yang jenazahnya tidak bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Sekarang ini, bailau hanya sebagai seni pertunjukan yang dipertontonkan pada acara adat tertentu sehingga menjadi bailau kreasi. Dendang ratok ilau menjadi sumber dalam penggarapan komposisi musik baru, yang memiliki fenomena musikal yaitu terdapat teknik vokal yang disebut dengan opmaat dan juga modus nada yang jika diurutkan ditemui nada C, D, Dis, G, dan A dengan interval 1, ½, 1 ½, 1. Karya Ratok Si Bunsu digarap dengan metode penciptaan observasi, diskusi, eksplorasi, realisasi, bimbingan, dan penyelesaian menggunakan pendekatan tradisi dengan instrumen saluang, rabab, canang, gong, ganto, karinding, dan gandang tambua. Hasil dari karya ini adalah pengkarya membagi karya dalam dua bagian. Bagian pertama pengkarya menggarap melodi dendang ratok ilau menggunakan prinsip menggabungkan kedua vokal tradisi yang terdapat pada kesenian bailau, akan tetapi ada beberapa nada yang digunakan untuk memperkaya bentuk garapan. Pada bagian kedua, pengkarya mengembangkan melodi yang terdapat pada dendang ratok ilau menjadi beberapa bentuk melodi baru dengan vokal dan instrumen melodis serta diperkuat dengan instrumen non melodis. Dapat disimpulkan bahwa menggarap sebuah komposisi yang berangkat dari kesenian tradisi itu bukanlah hal yang mudah, melainkan harus mempelajari dan memahami latar belakang dari kesenian tradisi itu sendiri.Kata Kunci: interpretasi ilau, ratok si bunsu. Authors:Fitri Rahmadhani : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAsril : Institut Seni Indonesia PadangpanjangM. Halim : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arizal, A. (2023). œIstilah Ratok Si Bunsu. Hasil Wawancara Pribadi: 23 Januari 2023, Koto Baru Solok. Basrul, Y. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok. Herdianto, F., Yusnelli, Y., & Antara, F. (2021). Komposisi Musik Badondong Baibo dalam Musik Instrmental. GORGA: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 115-124. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/24912/15760Malik, C. (2018). Makna Ratok Ilau pada Pertunjukan Bailau di Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. https://lib.pasca.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4334Neng, N. (2023). œBailau di KTK Solok. Hasil Wawancara Pribadi: 22 Januari 2023, KTK Solok.Supanggah, R. (2007). Garap Bothekan Karawitan II. Surakarta: ISI Press Surakarta.Syofia, N. (2010). Tari Ilau sebagai Identitas dalam Kehidupan Masyarakat di Kelurahan Kampai Tabu Karambia Kota Solok Sumatera Barat. Tesis Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang.Tegar, K. (2023). Deskripsi dan Transkripsi Bailau pada Laman Youtube Andi Jagger dan Bidang Promosi dan Kebudayaan Dispar Kota Solok (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).https://pustaka.fk.unand.ac.id/2016-04-11-15-04-06/skripsi-thesis-disertasi.
MANAGEMENT OF INTERNAL CULTURAL ARTS SANGGAR PENGHULU: OMPEK GANJI LIMO GONOK TRADITION FESTIVAL IN KIBUL VILLAGE Febra Muyusari; Asril Asril; Andar Indra Sastra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 2 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i2.61735

Abstract

The purpose of this study is to ascertain how the Ompek Ganji Limo Gonok Oral Tradition festival (OGLG) in West Tabir District is processed by the Sanggar Seni Batin Penghulu. This study employed a qualitative approach, including observation, interviews, and recording; the presenting method was descriptive qualitative. Sanggar Seni Batin Penghulu combines traditional management and modern management. The results of OGLG oral tradition management consist of planning, organization, implementation, and supervision. The planning carried out by the Sanggar Seni Batin Penghulu included creating concepts, coordinating meetings, and dividing work tasks, administrative preparations, and making technical instructions. The organization carried out is the division of work tasks and preparing strategies and tactics to create a festival. The implementation carried out is applying everything that has been designed. This activity consists of an oral tradition competition, an oral tradition workshop, a culinary competition, and an oral tradition performance. The departments responsible for supervision are the Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, and the Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Merangin. The ministry receives direct information on the finances and operations of Sanggar Seni Batin Penghulu Inner Culture.