Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

KAPASITAS TAMPUNG PARIT SUNGAI RAYA DALAM PONTIANAK Nurwahid Abdurahmansyah; - Nurhayati; Eko Yulianto
JeLAST : Jurnal Teknik Kelautan , PWK , Sipil, dan Tambang Vol 7, No 3 (2020): JURNAL MAHASISWA TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2020
Publisher : JeLAST : Jurnal Teknik Kelautan , PWK , Sipil, dan Tambang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jelast.v7i3.42785

Abstract

Parit Sungai Raya Dalam merupakan salah satu saluran primer yang ada di Kota Pontianak. Beberapa kawasan yang terdapat dalam daerah tangkapan air hujan Parit Sungai Raya Dalam akan tergenang apabila terjadi hujan bersamaan dengan pasang air laut. Tujuan penelitian ini adalah untuk  mengetahui kapasitas tampung saluran drainase Parit Sungai Raya Dalam saat terjadi pasang tertinggi dengan pengaruh curah hujan rencana periode ulang 10 tahun. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data kecepatan aliran, potongan memanjang dan potongan melintang saluran sedangkan data sekunder adalah peta drainase, peta topografi dan data curah hujan stasiun terdekat. Data yang diperoleh digunakan untuk analisis hidrologi, meliputi penentuan distribusi frekuensi curah hujan, curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit rancangan dengan periode ulang tahun 10 tahun. Debit lapangan didapatkan dari perhitungan kecepaatan aliran dan penampang saluran. Hasil perhitungan menggambarkan bahwa Parit Sungai Raya Dalam tidak menampung debit rancangan periode ulang 10 tahun, karena nilai debit rancangan yang harus dibuang sebesar 14,84 m3/s sedangkan Parit Sungai Raya Dalam hanya mampu membuang debit sebesar 2,483 m3/s.Kata Kunci : Drainase, Drainase Perkotaan, Kapasitas Tampung, Parit Sungai Raya Dalam Pontianak.
INFILTRASI PADA LAHAN PASANG SURUT Hengky Wiranata Sy; - Nurhayati; - Umar
JeLAST : Jurnal Teknik Kelautan , PWK , Sipil, dan Tambang Vol 6, No 3 (2019): JURNAL MAHASISWA TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2019
Publisher : JeLAST : Jurnal Teknik Kelautan , PWK , Sipil, dan Tambang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jelast.v6i3.36779

Abstract

Infiltrasi  dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik tanah dan kerapatan dari pertumbuhan akar tanaman yang mengikat agregat tanah tersebut dan pola aliran air di lahan . Penelitian  ini bertujuan infiltrasi pada lahan rawa pasang surut. Penelitian ini ,menggunakan data primer yaitu laju infiltrasi, pasang surut 24 jam, permeabilitas, porositas, kadar air dan kandungan bahan organik. Data sekunder berupa peta lokasi. Data lapangan dikalibrasi menggunakan metode Horton..  Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju infiltrasi tertinggi terjadi pada titik P.2 sebesar 227,99 mm/jam saat kondisi surut, sedangkan laju infiltrasi terendah terjadi saat pasang di titik P.1 sebesar 146,39 mm/jam. Laju infiltrasi berbanding terbalik dengan kadar air, laju infiltrasi  berbanding lurus dengan permeabilitas dan kandungan bahan organik.Kata kunci : laju infiltrasi, pasang surut, infiltrasi Horton, sifat tanah.
PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN LAHAN DAS SEKADAU BERBASIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEKADAU R . Hartono; - Nurhayati; - Umar
Jurnal Teknik Sipil No 1 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 15 EDISI JUNI 2015
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtst.v15i1.17851

Abstract

Meningkatnya pembangunan wilayah dan lajunya pertumbuhan penduduk  di DAS Sekadau menyebabkan alih fungsi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan lahan eksisting dan mengevaluasi kesesuaian lahan terhadap rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sekadau tahun 2011-2031 serta merekomendasikan pengelolaan lahan berbasis rencana tata ruang khususnya di DAS Sekadau. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan melakukan pendekatan keruangan melalui analisa spasial menggunakan program ArcGIS 10.1. Dari hasil analisa spasial, kemudian dijelaskan secara deskriptif terhadap perencanaan, pemanfaatkan dan pengelolaan ruang DAS Sekadau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan DAS Sekadau didominasi oleh kawasan budidaya yaitu sekitar 173.053,66 Ha (67,21%) yang terdiri dari persawahan, kebun campuran, ladang dan perkebunan kelapa sawit. Sekitar 82.363,31 Ha (31,99%) masih berupa semak belukar, hutan produksi biasa, hutan produksi terbatas dan hutan lebat. Selebihnya berupa kawasan terbangun (permukiman, fasilitas perdagangan dan jasa komersial, pemerintahan dan pelayanan umum) seluas 1.461,61  Ha (0,57%)  dan sisanya 614,56 Ha (0,24%) berupa danau/ atau sungai. Tingkat kesesuaian penggunaan lahan eksisting tahun 2015 terhadap alokasi ruang DAS Sekadau berdasarkan RTRW Kabupaten Sekadau tahun 2011-2031 menunjukan 11,75% (33.471,97 Ha) penggunaan lahan yang tidak sesuai dan 88,25% (224.021,18 Ha) untuk penggunaan lahan yang sesuai. Upaya pengelolaan lahan DAS Sekadau berbasis rencana tata ruang wilayah dilakukan dengan membagi lahan ke dalam berbagai kawasan yang sesuai kemampuan sumberdaya lahan serta menerapkan strategi pengelolaan lahan yang tepat dengan pemilihan komoditas pertanian yang sesuai, penerapan sistem usaha tani yang tepat, peningkatan produktifitas lahan serta upaya konservasi tanah dan air. Kata-kata kunci: pemanfaatan lahan, evaluasi, rencana tata ruang wilayah, DAS
PEMODELAN ALIRAN AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT Giska Hediyanti; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 2 EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.574 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i2.25641

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan model aliran air tanah pada lahan gambut yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pemodelan aliran air ini diharapkan dapat mendukung pengembangan pertanian dan perkebunan pada lahan gambut. Pengaturan tinggi muka air tanah pada lahan gambut secara tepat dapat membantu system pertanian dan menghindari kerugian pada tanaman. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen pada lahan gambut dengan membuat 13 titik pengamatan pada lahan dan 4 titik pengamatan pada saluran. Model aliran air pada lahan dibangun dengan menggunakan persamaan Kirkham yang telah dimodifikasi. Model yang diperoleh menunjukkan hasil yang dapat mewakili kondisi aliran air pada lahan dengan memberikan galat baku pendugaan terkecil sebesar 0% pada titik pengamatan-9. Model juga menunjukkan bahwa tinggi muka air di saluran tersier merupakan parameter utama dalam pengendalian muka air tanah di petak lahan.Kata kunci :Pemodelan, aliran air tanah, persamaan Kirkham, tinggi muka air tanah, tanah gambut
STRATEGI PENGEMBANGAN PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA PONTIANAK Ali Syah Rizal; Slamet Widodo; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.963 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v17i2.23904

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk Kota Pontianak berdampak pada peningkatan timbulan sampah. Permasalahan persampahan yang dihadapi diantaranya pengangkutan (waktu kerja yang tidak efisien, kapasitas kendaraan yang tidak memadai, rute penganggkutan yang tidak efisien, aksesbilitas yang kurang baik) sehingga mempengaruhi pelayanan pengangkutan persampahan. Berdasarkan kemampuan operasional sarana angkutan yang ada, total volume sampah Kota Pontianak yang terangkut ke TPA pada tahun 2016 sebanyak 1486 m3/hari (86.92%) dari total volume timbulan sampah sebesar 1.709,53 m3. Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) mengidentifikasi dan menganalisa kondisi eksisting serta  faktor-faktor yang mempengaruhi pengangkutan sampah di Kota Pontianak; (2) menyusun strategi pengembangan pengangkutan sampah di Kota Pontianak. Pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif melalui alat analisis; (1) aspek teknis menggunakan metode perhitungan HCS dan SCS sedangkan aspek ekonomi dengan metode perhitungan BCR; (2) strategi pengembangan dengan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini adalah; (1) kondisi eksisting pengangkutan sampah di Kota Pontianak secara teknis teridentifikasi menggunakan sistem HCS tipe III dengan volume timbulan sampah yang terangkut sebesar 777,20 m3/hari menggunakan armada fuso, armroll dan dump truck. Volume timbulan sampah yang terangkut dapat ditingkatkan jika menggunakan HCS dan SCS dengan mempertimbangkan ritase armada. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode HCS, volume sampah yang terangkut sebesar 1.357,74 m3/hari dan dengan menggunakan metode SCS volume sampah yang terangkut 1.057,38 m3/hari. Secara ekonomi, pengangkutan persampahan di Kota Pontianak belum layak karena nilai BCR kurang dari 1 yaitu 0,90. Faktor yang mempengaruhi pengangkutan sampah di Kota Pontianak antara lain; (a) jarak tempuh armada pengangkutan; (b)  ritase armada pengangkutan; (c) pembiayaan (bahan bakar, upah pekerja dan pemeliharaan); (2) strategi pengembangan pengangkutan sampah di Kota Pontianak menggunakan strategi ST dengan meningkatkan pendapatan melalui retribusi persampahan di Kota Pontianak, meningkatkan jumlah sarana dan prasarana serta meningkatkan jumlah pekerja. Kata Kunci : Sampah, BCR, HCS, SCS, SWOT, Kota Pontianak, Strategi Pengembangan
PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK SISTEM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (STUDI KASUS PONTIANAK TENGGARA) - arnoldus; - nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 2 EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.175 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i2.26266

Abstract

Rumah merupakan kebutuhan dasar hidup manusia dan menjadi elemen penting dalam agenda pembangunan nasional, seperti halnya kesehatan dan pendidikan. Pembangunan perumahan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yaitu tingginya laju pertumbuhan penduduk, kebijakan berupa arah kebijakan spatial, program dan regulasi Persoalan perkotaan antara lain adanya kesenjangan ntara per-mintaan dan penyediaan perumahan. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi Pen-erapan Sistem Informasi Geografis Untuk sistem Pengembangan Perumahan (Studi Kasus Kota Pontianak). Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem yang bersifat keruangan dan membantu memberikan serta menyajikan informasi mengenai hasil survei penelitian geologi yang dilakukan di Wilayah Pontianak Tenggara. SIG ini disertai data pendukung yang berguna untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan SIG ini menggunakan cara pengumpulan data dengan mengambil data di GPS. Software yang digunakan untuk membangun SIG ini yaitu menggunakan Arcmap, Microsoft Word 2013. Berdasarkan hasil penelitian yang menyangkut kajian Penerapan Sistem Informasi Geografis Untuk Sistem Pengembangan perumahan hasil analisa secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat backlog Kecamatan Pontianak Tenggara sejumlah 16.059 unit ru-mah. Pada masa mendatang jumlah backlog ini akan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan KK akibat terbentuknya keluarga-keluarga baru. Adanya peluang pasar perumahan di Kecamatan Pontianak Tenggara yang ditandai backlog tidak berbanding lurus dengan supply perumahan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pengembang swasta. Kebutuhan akan hunian yang tidak terakomodasi pasar pada akhirnya mendorong masyarakat untuk menyelenggara-kan sendiri pengadaan perumahan dan pemukimannya secara swadaya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, karena rumah merupakan kebutuhan yang men-dasar dan merupakan aspek penting. Hal ini terlihat dari 5,228 Unit jumlah rumah yang ada di Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan rumah yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya. Bila berdasarkan pola penyediaan perumahan di Kecamatan Pontianak Tenggara, kontribusi pelaku pembangunan perumahan selama tahun 2015-2017 terhadap ketiadaan ketersediaan rumah (backlog) sebesar 16,059 dengan rincian sebagai berikut; Rumah swadaya 5.228 unit rumah, Devel-oper Kota Pontianak berkontribusi 5.428 unit rumah, Jumlah rumah di Kecamatan Pontianak Tenggara 10.706 unit rumah, Jumlah penduduk di Kecamatan Pontianak Tenggara 50.038 unit rumah. Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis (SIG), Backlog, Perumahan.
ANALISA TINGKAT KERUSAKAN PADA SMK DI KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Adi Noviardi; Gusti Zulkifli Mulki; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 19, No 2 (2019): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2019
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtst.v19i2.43864

Abstract

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan keterampilan siswa. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mutlak dipenuhi untuk memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah melakukan analisis tingkat kerusakan pada bangunan gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan analisis sarana dan prasarana laboratorium program keahlian teknik gambar bangunan di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Penilaian kondisi bangunan dilakukan melalui kegiatan survei langsung, kemudian dilanjutkan dengan analisis pembobotan untuk mendapatkan data tingkat kerusakan yaitu: baik, rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. Dari hasil analisis terhadap 3 SMK, 3 ruang kelas baik dan 18 ruang kelas rusak ringan, 1 ruang guru baik dan 2 ruang guru rusak ringan, 1 laboratorium baik dan 4 laboratorium rusak ringan, 3 ruang perpustakaan rusak ringan, 12 km/wc rusak ringan. Penilaian sarana dan prasarana laboratorium pada program keahlian Teknik Gambar Bangunan dianalisis dengan membandingkan berdasar standar Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 40 Tahun 2008. Hasil analisis terhadap laboratorium-laboratorium yang ada di 3 SMK tersebut hanya laboratorium komputer yang tersedia, Segi ruang kelas rasio SMK N 1 Sungai Raya 2,67 m²/siswa, SMK N 2 Sungai Raya 5,54 m²/siswa, SMK Pertukangan St Yusup 3,20 m²/siswa. Dari hasil penilaian dapat disimpulkan tingkat kerusakan bangunan gedung rata-rata mengalami rusak ringan, dapat dilakukan dengan rehabilitasi ringan. Prasarana laboratorium belum memenuhi standar Permendiknas No 40 tahun 2008, menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah.
MODEL GROUPING IPAL DENGAN SISTEM GRAVITASI PADA SKALA KAWASAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Anton Syamsudin; - Hardiansyah; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 2 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 2 EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.295 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i2.34297

Abstract

Kota Pontianak sebagian besar penduduk nya belum memiliki IPAL yang dapat mengakibatkan tingginya tingkat pencemaran di Kota Pontianak. Kondisi ini dipengaruhi oleh biaya pembuatan IPAL yang mahal, keterbatasan lahan dan harga tanah yang mahal. Berdasarkan fakta tersebut, pemerintah kota perlu melakukan perencanaan lebih mendalam terhadap perencanaan sanitasi perkotaan khususnya air limbah. Grouping IPAL komunal sistem gravitasi merupakan salah satu konsep pemecahan masalah limbah dengan memperhatikan 7 parameter yaitu ketinggian rumah, jarak antara rumah, pola kavling tanah, ketinggian genangan air, jarak rumah ke batas tanah, perkerasan antara bangunan dan batas tanah serta jumlah keluarga dalam satu keluarga. Data primer yang terkumpul selanjutnya disimulasikan dan dihitung menggunakan metode Fuzzy Logic. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola grouping IPAL yang dapat diterapkan pada objek penelitian yaitu dengan pola 4 rumah 1 IPAL, 5 rumah 1 IPAL dan 2 rumah 1 IPAL. Tingkat keberhasilan pembuatan grouping IPAL sangat di pengaruhi jarak rumah kebatas tanah, jenis perkerasan dan pola kavling yang teratur. Grouping IPAL lebih mudah untuk dilakukan dengan bangunan yang bersebelahan atau berdekatan. Kata kunci: IPAL komunal, grouping IPAL, sistem gravitasi, Fuzzy Logic
PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PONTIANAK MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rinai Domenri Erwin; Abdul Hamid; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 16, No 1 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL VOL 16 NO 1 EDISI JUNI 2016
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.478 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v16i1.24575

Abstract

Jumlah penduduk Kota Pontianak yang meningkat dari waktu ke waktu dapat memberikan implikasi terhadap pemanfaatan ruang kota, salah satunya keberadaan ruang terbuka hijau. Pertumbuhan Kota Pontianak yang akseleratif tentunya harus seiring dengan upaya pemeritah untuk menjadikan Kota Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa Equator Clean and Green City. Luas RTH Kota Pontianak yang baru mencapai 19,8% belum sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran konsep kebutuhan ruang terbuka hijau untuk menjaga keseimbangan di Kota Pontianak dengan 1) Mengetahui kecukupan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk. 2) Mendapatkan prioritas pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Pontianak. Kecukupan RTH berdasarkan luas wilayah mengacu pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu 30% dari luas wilayah Kota Pontianak, dan kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk mengacu pada Peraturan Menteri PU No. 05/PRT/M/2008 yaitu 20 m2/kapita. Prioritas pengembangan RTH di Kota Pontianak ditinjau berdasarkan fungsi RTH yaitu ekologi, sosial, ekonomi, dan estetika yang diimplikasikan pada bentuk umum RTH yang ada di Kota Pontianak yaitu bentuk kawasan, simpul, dan jalur. Kuisioner diberikan kepada 30 orang responden yang terdiri dari kalangan akademisi, swasta, pemerintah Kota Pontianak, pemerhati lingkungan, tokoh masyarakat, dan anggota DPRD Kota Pontianak. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Hasil analisis menunjukkan kebutuhan RTH Kota Pontianak berdasarkan luas wilayah adalah 32,35 km2, dan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sampai tahun 2027 adalah 15,67 km2. Prioritas RTH yang ingin dikembangkan berturut-turut adalah bentuk kawasan, jalur, dan simpul. Kata kunci: ruang terbuka hijau, Pontianak, AHP
KINERJA ANGKUTAN SUNGAI (MOTOR KLOTOK) (STUDI KASUS : KOTA SINTANG – NANGA KETUNGAU Yuswa Dharma Putra; Gusti Zulkifli Mulki; - Nurhayati
Jurnal Teknik Sipil Vol 17, No 2 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.326 KB) | DOI: 10.26418/jtst.v17i2.23893

Abstract

Penelitian dilatarbelakangi oleh keberadaan dan pemanfaatan Sungai Kapuas dan Sungai Ketungau di Kabupaten Sintang, dimana dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakatnya yang salah satunya adalah sebagai prasarana transportasi air. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana kinerja angkutan sungai perahu motor Nanga Ketungau dengan mengidentifikasi sistem transportasi air perahu motor Nanga Ketungau dan mengidentifikasi penyelenggaraan operasional transportasi air perahu motor Nanga Ketungau. Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan alat analisis berupa analiasa SWOT. Hasil matriks kuadaran SWOT dan SWOT Strategic Issues dapat diketahui posisi kajian penelitian kinerja angkutan sungai (Perahu Motor) Nanga Ketungau berada pada Kuadran I dengan sumbu (X,Y) = 1,692 ; 1,276. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja angkutan sungai (Perahu Motor) Nanga Ketungau memiliki kekuatan serta peluang yang mantap, artinya sangat dimungkinkan untuk terus melakukan strategi pengembangan secara maksimal dengan strategi S-O (Strengths – Opportunities). Perlu adanya revitalisasi transportasi sungai dengan menyediakan sarana dan prasarana sebagai penunjang aktivitas angkutan sungai (Perahu Motor) Nanga Ketungau yang sesuai dengan persepsi masyarakat atau pengguna seperti tujuan perjalanan, dan daerah yang dilalui. Perlu ditingkatkannya kualitas pelayanan, fasilitas pendukung dan sumber daya manusia yang ada guna memberikan standar kenyamanan, keamanan, dan keselamatan.Kata-kata kunci:      kinerja, angkutan sungai, perahu motor, Nanga Ketungau