Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Peningkatan Ketahanan Korosi Pada Material Biomedik Plat Penyambung Tulang SS 304 Dengan Gabungan Metode Shot peening dan Electroplating Ni-Cr Sunardi, Sunardi; Iswanto, Priyo Tri; Mudjijana, Mudjijana
Semesta Teknika Vol 18, No 2 (2015): NOVEMBER 2015
Publisher : Semesta Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stainless steel (SS) 304 is widely used as biomedical materials because of its lower cost and its availability. However its corrosion resistance is lower than that of the SS 316L. The purpose of this study is to determine the influence of the combination surface treatment i.e. shot peening treatment and electroplating Ni-Cr on the corrosion resistance in simulated body fluid (SBF) of SS 304 material. The shot peening treatments were carried out using a variable period of 5, 15 and 30 minutes. Diameter steel balls of 0.6 mm with a hardness of 40-50 HRc, was applied. Pressure compressor was maintained in the range of 6 -7 kg / cm2 with nozzle diameter and the distance between nozzle and the specimen of 5 mm and 10 cm respectively. After shot peening process, the specimens were nickel-electroplated using a voltage of 2 V at current of 0.03 A with the distance between the electrode of 4 cm for 15 minutes. After nickel-electroplated process the specimens were chrome-electroplated using a voltage of 4.5 V at current 0.3 A with the distance between the electrode of 15 cm for 5 minutes. The specimen was then tested its corrosion rate in the test medium SBF using Galvanostat M 273 in the range of -20 mV s / d 20 mV. The corrosion test results show that SS 316L and SS 304 without treatment have corrosion rate respectively 1.212 X 10-3 mm / year and 4,003 x 10-3 mm / year. Which means that corrosion rate of SS 304 is 333% higher than SS 316L. The corrosion rate after treatment shot peening 5, 15 and 30 minutes followed by Ni-Cr electroplating is respectively 2.121 x 10-3 mm / year, 0.554 x 10-3 mm / year and 0 mm / year (not detected by the measurement instrument).
KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Iswanto, Priyo Tri; Mudjijana, Mudjijana; Himarosa, Rela Adi
JMPM : Jurnal Material Dan Proses Manufaktur Vol 1, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : JMPM : Jurnal Material Dan Proses Manufaktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan salah satu cara yang biasa digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah. Kualitas sambungan las dapat dikarakterisasi dengan pengujian tarik, fatik, kekerasan Vickers, dan strukturmikro. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi sambungan SMAW baja karbon rendah menggunakan 3 jenis elektroda.Penelitian ini menggunakan baja karbon rendah 0,113 %C berdiameter 19,05 mm, dilas menggunakan elektroda E7018, E7016, dan E 6013. Karakterisasi hasil lasan menggunakan  alat Universal Testing Machine, Vickers hardness test, rotary bending fatigue,  dan optical microscope.Hasil penelitian menunjukkan lasan menggunakan elektroda tipe E7018 menghasilkan kekuatan tarik maksimum, UTS : 453,73 MPa,  nilai kekerasan Vickers, HVN : 148,23 kg/mm2 , sedangkan hasil lasan menggunakan tipe E7016 dan E6013 berturut-turut UTS : 442,11 dan 406,27 MPa, HVN : 142,30 dan 119,63 kg/mm2. Kekuatan sambungan las lebih rendah dari material baja karbon rendah as received yaitu 489,47 MPa. Hasil pengujian fatik berturut-turut mempunyai nilai ketahanan fatik (Se) : 204,18; 198,95; 182,82, dan lebih rendah dari Se baja S10C yaitu 292,59 MPa. Pengamatan strukturmikro logam las untuk 3 tipe elektroda didominasi struktur ferit batas butir (GF) dan perlit.
PENGARUH DURASI SHOT PEENING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PERMUKAAN PADA AISI 316L Yaqin, Rizqi Ilmal; Iswanto, Priyo Tri; Priyambodo, Bambang Hari; M, Erich Umbu Kondi
SENATIK STT Adisutjipto Vol 3 (2017): Dukungan Teknologi Untuk Pengembangan Industri Dirgantara Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.257 KB) | DOI: 10.28989/senatik.v3i0.120

Abstract

Stainless steel 316L is widely used in medical applications. AISI 316L has good mechanical properties, good corrosion resistance and easy fabrication. On the other hand, 316L should be upgraded its surface mechanical properties for implantable materials. One of the treatment used is shot peening. shot peening can increase surface hardness in the presence of micro structure changes. These changes are due to plastic deformation and residual stress. This study discusses the effect of shooting time duration of 2, 4, 10, 20, and 30 against the micro structure and surface hardness. The steel balls used are 0.6mm in diameter and 40-50 HRC hardness with 8 bar pressure during shooting. the results of surface hardness on the duration of 2, 4, 10, 20, and 30 minutes obtained respectively are 296.7 HV, 380.8 HV, 425.8 HV, 445.0 HV, 504.9 HV and 523.1 HV. The surface hardness is increased due to structural changes on the surface and sub-surface of the shot peening material. The result of micro structure obtained is that with increasing duration of shot peening and the increasing of hardness value of surface hence grain size at sub surface that is smaller after treatment. Shot peening caused hardness of material 316L stainless steel and made grain of microstructure sub layer.
Analisa Heat Input Pengelasan terhadap Distorsi, Struktur Mikro dan Kekuatan Mekanis Baja A36 Wibowo, Heri; Ilman, M.Noer; Tri Iswanto, Priyo
Rekayasa Mesin Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.989 KB) | DOI: 10.21776/ub.jrm.2016.007.01.2

Abstract

The minimization of weld distortion has become an important subject of research in welding. Severe distortion can cause undesirable influence on the cost of fabrication since additional work or repair needs to be performed. In addition, distortion also reduce dimensional accuracy and even loss of structural integrity. The present investigation aims to reduce welding distortion on A36 steel by controlling heat input during Metal Inert Gas (MIG) welding. The welding process was carried out by maintaining constant voltage and current of 23 Volt and 145 Ampere respectively whereas travel speed was varied in the range of 3.9 to 4.9 mm/s giving heat input of 678 to 936 J/mm. Result of this investigation showed that the welding distortion was achieved at the heat input of 756 J/mm. At this heat input, the percentage of acicular ferrite is maximized resulting in good weld impact toughness.
APLIKASI SPUTTERING TUNGSTEN DAN IMPLANTASI NITROGEN PADA BAJA AISI 410 SEBAGAI CUTTING INSTRUMENT PERALATAN MEDIS Jatisukamto, Gaguk; Malau, Viktor; Ilman, M. Noer; Iswanto, Priyo Tri
ROTASI VOLUME 14, NOMOR 2, APRIL 2012
Publisher : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.58 KB) | DOI: 10.14710/rotasi.14.2.17-22

Abstract

Baja tahan karat martensitik AISI 410 digunakan secara luas untuk berbagai peralatan industri maupun peralatan medis.Sifat tahan karat baja AISI 410 dapat ditingkatkan dengan memberikan perlakuan permukaan, salah satunya dengan sputtering dan implantasi ion. Sputtering dan implantasi ion pada permukaan memiliki keunggulan, yaitu proses dapat dilakukan pada temperatur rendah, kedalaman penetrasi dapat diatur dan tidak menyebabkan distorsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sputtering tungsten dan implantasi ion nitrogen terhadap keausan baja tahan karat AISI 410.Proses perlakuan sputtering tungsten menggunakan teknik d.c magnetron sputtering, dan implantasi ion nitrogen menggunakan implantor ion milik BATAN Yogyakarta. Material target sputtering adalah tungsten dengan tingkat kemurnian 99,95% dalam bentuk padat, sedangkan nitrogen dalam bentuk gas diimplantasikan dengan energi 100 keV dan arus 10 μA. Bahan substrat baja tahan karat AISI 410 dibubut sehingga memiliki diameter 14 mm dan tebal 3 mm. Material diampelas, dipoles, dan dibersihkan dengan ultrasonic cleaner, dan selanjutnya substrat disputtering dengan tungsten dengan variasi waktu 20, 30, 40, 50 dan 60 menit, untuk memperoleh kekerasan yang optimum. Substrat hasil sputtering maksimum selanjutnya diimplantasi dengan menggunakan gas nitrogen dengan variasi waktu 20, 30, 40,dan 50 menit dan selanjutnya diuji kekerasan dan uji aus.Dari pengujian mikrohardness diperoleh hasil bahwa kekerasan maksimum diperoleh pada saat sputtering tungsten 50 menit sebesar 225 HVN.Sedangkan kekerasan maksimum implantasi nitrogen diperoleh pada waktu implantasi 30 menit sebesar 320 HVN. Hasil uji keausan maksimum diperoleh waktu implantasi 30 menit sebesar 30,138 x 10-5mm2/kg
KARAKTERISASI SAMBUNGAN SMAW BAJA KARBON RENDAH MENGGUNAKAN 3 JENIS ELEKTRODA Iswanto, Priyo Tri; Mudjijana, Mudjijana; Himarosa, Rela Adi
JMPM (Jurnal Material dan Proses Manufaktur) Vol 1, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/jmpm.v1i2.3612

Abstract

Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan salah satu cara yang biasa digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah. Kualitas sambungan las dapat dikarakterisasi dengan pengujian tarik, fatik, kekerasan Vickers, dan strukturmikro. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi sambungan SMAW baja karbon rendah menggunakan 3 jenis elektroda.Penelitian ini menggunakan baja karbon rendah 0,113 %C berdiameter 19,05 mm, dilas menggunakan elektroda E7018, E7016, dan E 6013. Karakterisasi hasil lasan menggunakan  alat Universal Testing Machine, Vickers hardness test, rotary bending fatigue,  dan optical microscope.Hasil penelitian menunjukkan lasan menggunakan elektroda tipe E7018 menghasilkan kekuatan tarik maksimum, UTS : 453,73 MPa,  nilai kekerasan Vickers, HVN : 148,23 kg/mm2 , sedangkan hasil lasan menggunakan tipe E7016 dan E6013 berturut-turut UTS : 442,11 dan 406,27 MPa, HVN : 142,30 dan 119,63 kg/mm2. Kekuatan sambungan las lebih rendah dari material baja karbon rendah as received yaitu 489,47 MPa. Hasil pengujian fatik berturut-turut mempunyai nilai ketahanan fatik (Se) : 204,18; 198,95; 182,82, dan lebih rendah dari Se baja S10C yaitu 292,59 MPa. Pengamatan strukturmikro logam las untuk 3 tipe elektroda didominasi struktur ferit batas butir (GF) dan perlit.
KARAKTERISASI MEKANIS DAN FISIS LAPISAN DIAMOND-LIKE CARBON (DLC) DENGAN TEKNIK PLASMA ASSISTED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (PACVD) PADA PERMUKAAN TOOL STEEL HSS Saifudin -; Sutoyo -; Viktor Malau; Priyo Tri Iswanto
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2015: Prosiding Bidang Teknik dan Rekayasa The 2nd University Research Colloquium
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.473 KB)

Abstract

Baja perkakas HSS (High Speed Steel) banyak digunakan pada aplikasi bidang teknik terutama sebagai alat iris / potong. Bahan ini masih mempunyai kelemahan yaitu cepat aus dan terkorosi, dan kelemahan tersebut dap at dikurangi dengan memberi lapisan tertentu pada permukaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lapisan Diamond Like Carbon (DLC) dan perlakuan panas quenching dan tempering terhadap sifat fisis dan mekanis permukaan baja HSS. Sifat fisis yang akan diteliti adalah struktur mikro, sedang sifat mekanis yang ingin diketahui adalah kekerasan, laju keausan dan laju korosi. Baja HSS memiliki variasi komposisi kimia (% berat): 0,75-1,5 C; Co > 12; V > 5; 4-4,5 Cr; 10-20 W dan Mo.Pelapisan DLC dilakukan dengan teknik Plasma Assisted Chemical Vapor Deposition (PACVD) dengan variasi lama pelapisan (1, 2, 3, 4, 5 dan 6 jam) pada suhu 300 oC dengan variasi tekanan 1,0; 1,2; 1,4; 1,6; 1,8 dan 2,0 mbar. Bahan pelapis DLC bersumber dari gas methane atau ethane yang dialirkan ke dalam dapur bersama dengan Argon (Ar). Kekerasan permukaan dapat diketahui dengan menggunakan alat uji kekerasan mikro Vickers, laju keausan diperoleh dengan uji keausan sedangkan struktur mikro diamati dengan mikroskop optik.Hasil penelitian menunjukkan nilai kekerasan lapisan DLC bervariasi sesuai lama pelapisan dan variasi tekanan. Pelapisan DLC dengan lama pelapisan 4 jam dan tekanan 1,8 mbar dapat menurunkan kekerasan permukaan tool steel HSS sebesar 62% disertai dengan peningkatan keuletan.Kata kunci: DLC, tool steel, kekerasan, keausan
Perbaikan Sifat Korosi Baja Tahan Karat AISI 410 Dengan Perlakuan Implantasi Ion Tin Gaguk Jatisukamto; Viktor Malau; M Noer Ilman; Priyo Tri Iswanto
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 5, No.1 April 2011
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.388 KB)

Abstract

Baja tahan karat martensitik AISI 410 digunakan secara luas untuk berbagai peralatan industri maupun peralatanmedis. Sifat tahan karat baja AISI 410 dapat ditingkatkan dengan memberikan perlakuan permukaan, salah satunya denganimplantasi ion. Implantasi ion pada permukaan memiliki keunggulan, yaitu proses dapat dilakukan pada temperatur rendah,kedalaman penetrasi dapat diatur dan tidak menyebabkan distorsi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruhimplantasi ion TiN terhadap laju korosi baja tahan karat AISI 410.Proses perlakuan implantasi ion menggunakan implantor ion milik BATAN Yogyakarta. Bahan yangdiimplantasikan adalah TiN dalam bentuk serbuk, diimplantasikan dengan energi 100 keV dan arus 10 ?A. Sampel daribahan baja tahan karat AISI 410 dibubut sehingga memiliki diameter 14 mm dan tebal 3 mm. Material diampelas, dipoles,dan dibersihkan dengan ultrasonic cleaner dan selanjutnya dimplatasikan dengan lima variasi waktu, yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5jam. Sampel yang telah diimplantasi, selanjutnya dilakukan uji korosi dengan alat Potensiostat PGS 201T dalam mediaNaCl 0,9%.Dari pengujian korosi diperoleh hasil bahwa laju korosi raw material sebesar 3,58 mm/year menunjukkankecenderungan menurun hingga mencapai terendah yaitu 2,34 mm/year, yang diperoleh pada waktu implantasi antara 3 dan4 jam. Implantasi ion dengan waktu 3 dan 4 jam menunjukkan hasil hampir sama, yaitu masing-masing 2,35 dan 2,34mm/year. atau dapat dikatakan bahwa laju korosi baja tahan karat AISI 410 yang diberi implantasi ion TiN mengalamipenurunan laju korosi sebesar 34,64%. Penambahan waktu implantasi melebihi waktu optimalnya memberikankecenderungan laju korosi meningkat kembali.
Peningkatan Ketahanan Korosi Pada Material Biomedik Plat Penyambung Tulang SS 304 Dengan Gabungan Metode Shot peening dan Electroplating Ni-Cr Sunardi Sunardi; Priyo Tri Iswanto; Mudjijana Mudjijana
Semesta Teknika Vol 18, No 2 (2015): NOVEMBER 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/st.v18i2.1817

Abstract

Stainless steel (SS) 304 is widely used as biomedical materials because of its lower cost and its availability. However its corrosion resistance is lower than that of the SS 316L. The purpose of this study is to determine the influence of the combination surface treatment i.e. shot peening treatment and electroplating Ni-Cr on the corrosion resistance in simulated body fluid (SBF) of SS 304 material. The shot peening treatments were carried out using a variable period of 5, 15 and 30 minutes. Diameter steel balls of 0.6 mm with a hardness of 40-50 HRc, was applied. Pressure compressor was maintained in the range of 6 -7 kg / cm2 with nozzle diameter and the distance between nozzle and the specimen of 5 mm and 10 cm respectively. After shot peening process, the specimens were nickel-electroplated using a voltage of 2 V at current of 0.03 A with the distance between the electrode of 4 cm for 15 minutes. After nickel-electroplated process the specimens were chrome-electroplated using a voltage of 4.5 V at current 0.3 A with the distance between the electrode of 15 cm for 5 minutes. The specimen was then tested its corrosion rate in the test medium SBF using Galvanostat M 273 in the range of -20 mV s / d 20 mV. The corrosion test results show that SS 316L and SS 304 without treatment have corrosion rate respectively 1.212 X 10-3 mm / year and 4,003 x 10-3 mm / year. Which means that corrosion rate of SS 304 is 333% higher than SS 316L. The corrosion rate after treatment shot peening 5, 15 and 30 minutes followed by Ni-Cr electroplating is respectively 2.121 x 10-3 mm / year, 0.554 x 10-3 mm / year and 0 mm / year (not detected by the measurement instrument).
PENGARUH VARIASI SHOT PEENING AISI 304 TERHADAP PERAMBATAN RETAK FATIK Sambodo Arif Wibowo; Priyo Triiswanto; Triwibowo Triwibowo
Prosiding Semnastek PROSIDING SEMNASTEK 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banyaknya  kasus  patahnya  struktur  penyambung  tulang  membuat  para  peneliti  dan  perekayasamelakukan kajian dan riset, dimana hasil kajian menunjukan retak fatik dan korosi adalah penyebabutama  kegagalan  material implant. Penelitian ini bertujuan untuk  menjawab  salah  satu  penyebabkegagalan karena retak fatik,  yaitu dengan surface  treatment (shot  peening). Pengaruh  variasialmen dalam shot peening pada perilaku perambatan retak fatik material stainless steel austenitic(AISI 304) telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa almen 0,6 mempunyai karakteristikperambatan retak fatik  C= 7E-12 & n= 4,0946, almen 0,8 C= 1E-16 & n= 8,3773, almen 0,10 C=6E-15  &  n=  6,3266, non-treatment C=  7E-12  &  n=  4,9425.  Dari  hasil penelitian didapatkesimpulan bahwa semakin tinggi (jangansampai  over  shot  peening) variasi almen ternyatamemperpendek umur fatik.