Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Perbandingan Kadar C-Reactive Protein Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Diterapi Dengan Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Dwipayana, Pande; Saraswati, IMR; Suastika, K
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 1 No 2 (2017): Vol. 1 No. 2 (2017) June-December 2017
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.187 KB)

Abstract

Latar belakang: Proses inflamasu pada pasien diabetes merupakan salah satu pathogenesis kejadian kardiovaskular. C-reactive protein (CRP) merupakan penanda inflamasi yang dapat digunakan untuk memprediksi penyakit-penyakit kardiovaskular. Data mengenai perbandingan efek insulin dan obat hipoglikemik oral (OHO) dalam menurunkan kaadr CRP masih kurang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah kadar CRP pada pasien diabetes tipe melitus 2 dengan terapi insulin lebih rendah dibandingkan dengan pasien dengan OHO. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong-lintang analitik yang melibatkan 75 pasien diabetes tipe 2 dengan insulin dan OHO dengan metode consecutive sampling. Kriteria eksklusi meliputi pasien dengan infeksi akut/sepsis, penyakit koroner, keganasan, penyakit ginjal kronik, penyakit hati, pasien yang menjalani terapi radiasi, perokok, dan pasien dengan terapi statin atau fibrat. Data dianalisis dengan t-test tidak berpasangan dan ANCOVA untuk meng-adjust variabel perancu. Hasil: Sebanyak 35 pasien (52%) dari total 75 pasien menggunakan insulin dan 36 (48%) menggunakan OHO. Rerata kadar CRP pada pasien diabetes tipe 2 yaitu 1,9 ± 2,08 mg/L. Rerata kadar CRP pada kelompok yang menggunakan insulin dan OHO sebesar 1.5 ± 1.78 mg/L dan 2,4 ± 2,30 mg/L (p = 0.04). Setelah penyesuaian terhadap variabel perancu, perbedaan kadar CRP antara kelompok yang menggunakan insulin dan OHO tetap signifikan (p = 0.02). Simpulan: Kadar CRP pada pasien diabetes tipe 2 dengan terapi insulin lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan menggunakan OHO.
Prevalens peripheral arterial disease dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP Sanglah Dewi, AA Istri Sri Kumala; Dwipayana, Pande; Budhiarta, AA Gede
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.511 KB)

Abstract

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang memiliki berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Salah satu komplikasinya adalah pheriperal arterial diseases (PAD) yang terjadi pada sekitar 14% pasien. Komplikasi ini dapat mengurangi produktivitas dan harapan hidup pasien hingga 15 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mencari prevalens PAD di RSUP Sanglah serta mencari faktor-faktor yang memengaruhinya seperti low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), triglicerida (TG), HbA1C. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Diabetes RSUP Sanglah menggunakan rancangan potong-lintang analitik. Sampel dipilih secara consecutive sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Diagnosis PAD ditegakkan dengan menggunakan ankle brachial index (ABI) (rasio tekanan darah sistolik pada ankle dibagi tekanan darah sistolik pada lengan (brakial) dengan menggunakan handheld Doppler (probe 5-10 MHz) yaitu bila ABI <0,9. Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif, Chi-square, dan regresi logistik. Sebanyak 104 pasien DMT2 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (47 orang lelaki dan 57 orang perempuan) dengan usia rerata 49,82 (SB 3,77) tahun ikut serta dalam penelitian ini. Prevalens PAD pada penelitian ini adalah 41,3%. Analisis Chi-square mendapatkan rasio prevalens PAD berdasarkan A1C?7, LDL?100 mg/dl, kolesterol total?200 mg/dl masing-masing: 2,55 (IK95% 1,2 sampai 5,3), P=0,003; 1,7 (IK95% 1,08 sampai 2,68), P=0,034; dan 1,97 (IK95% 1,12 sampai 3,45), P=0,01; dan 2,7 (IK95% 1,16 sampai 6,68), P=0,02. Analisis regresi logistik mendapatkan A1C yang berpengaruh terhadap kejadian PAD dengan RO=0,318 (IK95% 0,100 sampai 0,900), P=0,043. Pheriperal arterial diseases merupakan salah satu komplikasi DM dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalens PAD pada penderita DM Tipe 2 di RSUP Sanglah mencapai 43%. Hasil A1C ?7 merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian PAD pada penderita diabetes tipe 2. Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that has a variety of complications that can increase the morbidity and mortality of patients. One of the complications is pheriperal arterial diseases (PAD), which occurs in approximately 14% of patients. These complications can reduce productivity and patient's life expectancy to 15 years. This study was done to find the prevalence of PAD in Sanglah Hospital as well as the search for the factors that influence such as low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), triglycerida (TG), HbA1C. This research was conducted at the Center for Diabetes Sanglah Hospital using cross-sectional design (cross-sectional) analytic. Samples were selected by consecutive until the required sample size was met. Pheriperal arterial diseases diagnosis was made by using the ankle brachial index (ABI) (the ratio of systolic blood pressure in the ankle divided by the systolic blood pressure in the arm (brachial) using a handheld Doppler (5-10 MHz probe) that when ABI <0.9. Analysis of this study using descriptive, Chi-square, and logistic regression. A total of 104 patients with type 2 diabetes who meet the inclusion and exclusion criteria (47 men and 57 women) with a mean age of 49.82 (SD 3.77) years participated in this study. The prevalence of PAD in this study was 41.3%. Chi-square analysis found prevalence ratio of PAD based on A1C?7, LDL?100 mg / dl, cholesterol total?200 mg / dl, were 2.55 (95%CI 1.2 to 5.3), P=0.003; 1.7 (95%CI 1.08 to 2.68), P=0.034; and 1.97 (95% 1.12 to 3.45), P=0.01; and 2.7 (95%CI 1.16 to 6.68), P=0.02. Logistic regression analysis found that A1C affect the incidence of PAD [OR=0.318 (95%CI 0.100 to 0.900),P=0.043. Pheriperal arterial diseases is one of the complications of diabetes with high morbidity and mortality. The prevalence of PAD in patients with Type 2 diabetes in Sanglah Hospital was 43%. A1C ? 7 is a associated factor for the incidence of PAD in patients with type 2 diabetes.
PREVALENSI SINDROMA METABOLIK PADA POPULASI PENDUDUK BALI, INDONESIA Dwipayana, M Pande; Suastika, K; Saraswati, IMR; Gotera, W; Budhiarta, AAG; -, Sutanegara; Gunadi, IGN; Badjra Nadha, K; Wita, W; Rina, K; Santoso, A; Kajiwara, N; Taniguchi, H
journal of internal medicine Vol. 12, No. 1 Januari 2011
Publisher : journal of internal medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.624 KB)

Abstract

An epidemiological study on metabolic syndrome (MS) in seven villages population of Bali (6 villages and 1 suburban),Indonesia have been conducted. One thousand eight hundred fourty (age, 13 " 100 year; M/F, 972/868) subjects were recruitedin the study. Criteria for obesity was based on WHO for Asia PaciÞ c population (2000) and for MS based on a joint statement ofIDF, NHLBI, AHA, WHF, and IAS (2009). The prevalence of central obesity based on waist circumference (WC) was 35% (M,27.5%; F, 43.4%) and MS was 18.2% (M, 16.6%; F, 20.0%).Waist circumference, as a central role in metabolic syndrome, hassigniÞ cant correlation with other components of metabolic syndrome, i.e. diastolic blood pressure (R = 0.129; p &lt; 0.001), fastingblood glucose (R = 0.088; p &lt; 0.001), HDL cholesterol (R = -0.066; p = 0.006), triglyceride (R = 0.349; p &lt; 0.001), and totalcholesterol (R = 0.179; p &lt; 0.001).Of the study could be concluded as follow: the prevalence of obesityand MS were relativelyhigh; Waist circumference was correlated with other components of metabolic syndrome and the best parameter for predictingmetabolic syndrome.
GAMBARAN TINGKAT RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR Isabella Soerjanto Putri; Ida Bagus Yorky Brahmantya; I Made Pande Dwipayana; Made Ratna Saraswati; I Made Ady Wirawan
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 8 (2021): Vol 10 No 08(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i8.P16

Abstract

ABSTRAK Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit dengan jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahun. Penyebab utama kematian dan kecacatan pada pasien diabetes adalah penyakit kardiovaskular. Berdasarkan tingginya risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes, WHO telah membuat grafik penilaian risiko penyakit kardiovaskular untuk memprediksi penyakit kardiovaskular yang kemungkinan dapat terjadi dalam sepuluh tahun mendatang. Penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran tingkat risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 ini dilakukan di Puskesmas yang tersebar di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain studi observasional dengan rancangan studi potong lintang. Puskesmas dipilih secara acak menggunakan cluster random sampling. Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 94 responden dari tujuh Puskesmas. Reponden penelitian ini merupakan pasien yang terdiagnosis diabetes. Penilaian tingkat risiko penyakit kardiovaskular menggunakan WHO/ISH risk prediction chart. Data yang diperlukan diperoleh menggunakan wawancara dan pengukuran. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Dalam sepuluh tahun ke depan, sebagian besar responden memiliki risiko rendah penyakit kardiovaskular dengan jumlah 66%, risiko tinggi dengan jumlah 21,3%, dan sedang dengan jumlah 12,8%. Sebagian besar responden memiliki risiko rendah mengalami kejadian fatal dan non-fatal penyakit kardiovaskular. Kata Kunci: Risiko Penyakit Kardiovaskular, Diabetes Melitus
HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN PADA REMAJA SMA DI KOTA DENPASAR A. A. Putu Eka Darmaputra Juliantara; I Made Pande Dwipayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 6 (2019): Vol 8 No 6 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250 KB)

Abstract

Gizi merupakan sebuah permasalahan yang dimiliki oleh hampir semua negara di dunia. Umumnya negara miskin akan berkutat dengan masalah gizi kurang atau gizi buruk, negara maju akan menghadapi tantangan dibidang gizi berlebih, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia biasanya memiliki keduanya, yaitu gizi kurang dan gizi berlebih. Salah satu masalah gizi yang dihadapi adalh obesitas dan kelebihan berat badan. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui hubungan antara obesitas dan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Masa Tubuh dengan Aktifitas Fisik yang dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional yang menggunakan rancangan cross sectional analitic study terhadap siswa remaja SMA di Denpasar Bali. Siswa SMA yang dijadikan responden adalah siswa kelas X dan XI di SMA N 3 Denpasar, SMA N 2 Denpasar, SMA N 8 Denpasar, dan SMAK Santoyosep Denpasar. Dengan melakukan pengisian data menggunakan kuisioner Beacke kemudian melakukan uji tabel silang dengan nilai p dianggap bermakna apabila sama dengan atau kurang dari 0,05. Hasil yang di dapat dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik yang dinilai berupa Indeks Aktivitas Olah Raga dan Leisure Indeks atau Indeks Aktifitas Sedentari dengan status nutrisi berupa Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Pinggang dari responden dengan nilai p di atas 0.05. Sehingga aktifitas fisik tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian obesitas dan kelebihan berat badan pada remaja usia SMA di Kota Denpasar. Kata kunci: obesitas, kelebihan berat badan, aktifitas fisik, status gizi
GAMBARAN TINGKAT RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR Isabella Soerjanto Putri; Ida Bagus Yorky Brahmantya; I Made Pande Dwipayana; Made Ratna Saraswati; I Made Ady Wirawan
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 11 (2020): Vol 9 No 11(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i11.P10

Abstract

ABSTRAK Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit dengan jumlah penderitanya terus bertambah setiap tahun. Penyebab utama kematian dan kecacatan pada pasien diabetes adalah penyakit kardiovaskular.Berdasarkan tingginya risiko penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes, WHO telah membuatgrafik penilaian risiko penyakit kardiovaskular untuk memprediksi penyakit kardiovaskular yangkemungkinan dapat terjadi dalam sepuluh tahun mendatang. Penelitian dengan tujuan mengetahuigambaran tingkat risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes melitus tipe 2 ini dilakukandi Puskesmas yang tersebar di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain studi observasionaldengan rancangan studi potong lintang. Puskesmas dipilih secara acak menggunakan cluster randomsampling. Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 94 responden dari tujuh Puskesmas. Repondenpenelitian ini merupakan pasien yang terdiagnosis diabetes. Penilaian tingkat risiko penyakitkardiovaskular menggunakan WHO/ISH risk prediction chart. Data yang diperlukan diperolehmenggunakan wawancara dan pengukuran. Hasil penelitian dianalisis dan disajikan dalam tabeldistribusi frekuensi. Dalam sepuluh tahun ke depan, sebagian besar responden memiliki risiko rendahpenyakit kardiovaskular dengan jumlah 66%, risiko tinggi dengan jumlah 21,3%, dan sedang denganjumlah 12,8%. Sebagian besar responden memiliki risiko rendah mengalami kejadian fatal dan nonfatalpenyakitkardiovaskular. Kata Kunci: Risiko Penyakit Kardiovaskular, Diabetes Melitus
INTENSITAS AKTIVITAS FISIK BERPENGARUH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN PROLANIS DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA DENPASAR Ida Bagus Yorky Brahmantya; Kadek Dina Puspitasari; Isabella Soerjanto Putri; I Made Pande Dwipayana; Made Ratna Saraswati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 2 (2021): Vol 10 No 02(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i2.P13

Abstract

Aktivitas fisik telah lama diketahui bermanfaat sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes, dengan mekanisme metabolisme glukosa yang independen terhadap insulin. Dalam memberikan manfaatnya terhadap pengaturan kadar glukosa darah, aktivitas fisik dipengaruhi oleh intensitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah dengan mengontrol variabel yang diduga sebagai kovariat. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional dari bulan Februari hingga Agustus 2019 di tujuh Puskesmas Kota Denpasar yang dipilih melalui cluster random sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan aplikasi SPSS versi 17 untuk windows, dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh intensitas aktivitas fisik atau kovariat terhadap kadar glukosa darah dilakukan dengan uji one-way ANOVA dan korelasi pearson. Untuk mengetahui pengaruh intensitas aktivitas fisik terhadap kadar glukosa darah dengan mengontrol kovariat, dilakukan uji ANCOVA. Sebanyak 94 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Rata-rata kadar glukosa darah adalah 170,16 mg/dL. Sampel tergolong memiliki intensitas aktivitas fisik rendah (27,7%), sedang (45,7%), dan berat (26,6%). Intensitas aktivitas fisik memiliki pengaruh bermakna terhadap kadar glukosa darah (nilai p = 0,027), sedangkan kovariat tidak berpengaruh bermakna dalam penelitian ini (nilai p > 0,05). Hasil uji ANCOVA menunjukkan intensitas aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar glukosa darah (nilai p = 0,026) setelah kovariat dikontrol. Kelompok intensitas aktivitas fisik yang memiliki rata-rata berbeda bermakna adalah kelompok intensitas rendah dan berat. Intensitas aktivitas fisik memiliki pengaruh bermakna terhadap kadar glukosa setelah jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, penggunaan insulin eksogen, dan lingkar pinggang dikontrol. Kata Kunci: Intensitas Aktivitas Fisik, Glukosa Darah, Diabetes, ANCOVA
PREVALENSI DAN HUBUNGAN ANTARA KONTROL GLIKEMIK DENGAN DIABETIK NEUROPATI PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUP SANGLAH Aditya Rachman; I Made Pande Dwipayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 4 (2020): Vol 9 No 04(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Diabetik neuropati adalah salah satu komplikasi dari diabetes melitus jika tidak tertanganidan merupakan gangguan saraf yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi yang ditandai dengan berkurangnya rangsangan oleh sensasi seperti panas, dingin dan nyeri pada ekstremitas. Perlu sebuah penelitian untuk melakukan pemeriksaan dini agar komplikasi dari diabetes mellitus dapat dicegah, yaitu dengan meneliti hubungan kontrol glikemik dengan diabetik neuropati perifer. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara status glikemik Hba1c, gula darah puasa, dan gula darah 2 jam post-prandial dengan diabetik neuropati perifer. Diabetes Melitus dikatakan terkontrol bila Hba1c <7%, gula darah puasa <130 mg/dl, dan gula darah 2 jam post prandial <180 mg/dl , Penelitian ini dilaksanakan di Diabetic Centre RSUP Sanglah Denpasar. Rancangan studi yang dipakai adalah analitik dengan desain penelitian cross-sectional study.. Peneliti memeriksaakan diagnosis diabetic neuropati perifer dengan alat monofilament. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dari sampel terkait kontrol glikemik. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Dari total sampel sebanyak 96 pasien, 40 orang (41,7%) mengalami neuropati dan 56 orang (58,3%) memiliki fungsi saraf normal. Dengan mean dari usia 56.8 tahun, indeks massa tubuh 26,375 kg/m2; hba1c 7,657%; gula darah puasa 161,01 mg/dl; dan gula darah 2 jam post prandial 222,99 mg/dl. Pada analisis bivariat, Hba1c (p= 0,000), gula darah puasa (p= 0,003), gula darah 2 jam post prandial (p= 0,001) berhubungan dengan diabetik neuropati perifer. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu kontrol glikemik memiliki hubungan dengan diabetik neuropati perifer. Perlu adanya penelitian lanjut dan diagnosa cepat dan tepat agar dapat mengurangi angka kejadian diabetik neuropati perifer. Kata kunci: diabetes melitus, diabetik neuropati, hba1c, gula darah puasa, gula darah 2 jam post-prandial, kontrol glikemik.
Perbedaan prevalensi obesitas dan berat badan lebih pada siswa sekolah menengah atas (SMA) negeri antara daerah urban dan rural di Kabupaten Gianyar Made Windha Prajaskari Armi; I Made Pande Dwipayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 2 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.758 KB)

Abstract

Obesity and overweight that occur in adolescence would be a high risk to increase in adulthood. The risk factors associated with obesity include residential areas and carbohydrate intake. This study aimed to compare the prevalence of obesity and overweight in public high school student between urban and rural areas in district Gianyar. This study is observational and cross sectional design. Sample was a public high school student in urban (SMAN 1 Gianyar) and rural (SMAN 1 Tegallalang) areas of district Gianyar. Measurement of height and weight respondents to calculate BMI and then BMI analyzed to obtain prevalence of obesity and overweight in each region. The prevalence of overweight was 12.2% (296 respondents) and obesity was 5.4%. The result of this study show that the prevalence of overweight and obesity in urban areas (14.2% and 7.4%) is higher than rural areas (10.1% and 3.4%), p value=0.067 (p>0.05). So, it can be said there is no statistically significant difference. It can be concluded that there is no difference in obesity and overweight prevalence in public high school student between urban and rural areas in district Gianyar. This result expected to be used as a reference of similar research or futher studies to find risk factors associated with obesity in urban and rural areas, especially in the districts Gianyar. Keywords: obesity, urban, rural.
Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah puasa pada siswa sekolah menengah atas (SMA) Negeri di wilayah Denpasar Utara Ari Puji Astiti; Made Pande Dwipayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 3 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.013 KB)

Abstract

Obesity in adolescence is rising increasingly in number of events. Excess fat in individuals with obesity can cause insulin resistance which is a condition when insulin hormone ability to lower blood glucose is decrease. The aim of this study is to determine the relationship between body mass index with fasting blood glucose level in adolescence, especially in high school students. This study was cross-sectional study. The sample were 120 senior high school students who have been involved inclusion and exclusion criteria. And after that data will be analyze using Kendall’s tau. The result of this study showed 23 people were overweight, and 3 people obesity. Whereas for fasting blood glucose levels, 65 people normal fasting blood glucose, and 55 people have high fasting blood glucose. P value from Kendal’s tau was 0,121 (p<?) and showed there is no significant relationship between body mass index with fasting blood glucose levels. Keywords: Body Mass Index, (BMI), Fasting Blood Glucose Levels, Senior High School