[Bahasa]: Gerabah merupakan salah satu produk unggulan daerah di Desa Banyumulek Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Industri ini telah berlangsung lebih dari setengah abad, dan menjadi mata pencaharian pokok hampir 80% masyarakat di Desa Banyumulek. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk sosialisasi dan praktek penerapan teknologi material komposit menggunakan bahan alternatif untuk pembuatan gerabah. Bahan alternatif yang digunakan berasal dari limbah abu pembakaran gerabah. Tim pengabdian bermitra dengan KIAT Gerabah Lombok, yang merupakan kelompok pengrajin gerabah beranggotakan 25 orang. Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari limbah abu dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Pengabdian dilakukan dengan metode Participatory Action Research (PAR) dan Focus Group Disscussion (FGD). Penerapan kedua metode dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan para peserta pengabdian tentang diversifikasi dan teknik pembuatan gerabah dengan teknologi komposit sebanyak 30-80%. Sedangkan indeks kepuasan peserta pengabdian menunjukkan sebanyak 76% peserta pengabdian merasa puas dan sangat puas terhadap pelaksanaan kegiatan. Diversifikasi bahan baku dalam pembuatan gerabah, diharapkan dapat menjaga keberlangsungan industri gerabah di Desa Banyumulek sebagai menjadi salah satu warisan budaya dan produk unggulan daerah yang perlu dilestarikan. Kata Kunci: gerabah, diversifikasi, limbah abu pembakaran, Banyumulek, teknologi komposit [English]: Pottery is a leading regional product in Banyumulek Village, West Lombok Regency, West Nusa Tenggara Province. The industry, which has existed for over half a century, serves as the primary livelihood for nearly 80% of Banyumulek's population. This community service activity aimed to introduce and practice composite material technology using alternative materials derived from pottery firing ash waste. The service partnered with KIAT Gerabah Lombok, a pottery artisans' group with 25 members. The objectives included mitigating the negative impacts of firing ash waste and enhancing its economic value. Employing Participatory Action Research (PAR) and Focus Group Discussion (FGD) methods, the activities improved participants' understanding of diversification and composite technology pottery techniques by 30-80%. The participant satisfaction index revealed that 76% were satisfied or very satisfied with the activity. Diversifying raw materials in pottery making is expected to sustain the pottery industry in Banyumulek Village, preserving it as a cultural heritage and regional hallmark. Keywords: pottery, diversification, firing ash waste, Banyumulek, composite technology