Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP MUTU FISIK DAN CITARASA KOPI ARABIKA VARIETAS S 795 DI BALI , Rubiyo; Kartini, Luh; Mas Sri Agung, IGA.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Study on effects of cow manure rates and fermentation periods on quality of Arabica coffee was carried outin Belantih Village, Kintamani District, Bangli in 2002-2003. The experiment used a randomized split block designwith two treatments and each of four replications, namely cow manure rates (P) and fermentation period (F). Therewere 6 levels of P treatment, namely 5, 10, 20, 30, 40, and 60 kg/tree/year. F treatment consisted of 4 levels, namely12, 24, 36, and 48 hours. Combination of two treatments improved significantly physical quality, except the beans ofL size and all components of coffee tastes. Cow manure of 5 kg/tree/year and fermentation periods of 12 to 24 hourswere able to produce quality beans and good coffee taste. Cow manure rate of 5 kg/tree/year with fermentation periodof 24 hours produced highest M-size beans (18.43%), with lowest Ss-size beans (10.07%). Best coffee aroma wasfound in manure rate of 5 kg/tree/year with fermentation period of 12, 24, and 36 hours. Flavor scores of manure rateof 5 kg/tree/year with all fermentation periods, except that of 48 hours, were higher than those of 60 kg/tree/year.Highest strength (7.30) was found on the rate of 5 kg/tree/year with 24 hour of fermentation. Acid or bitter taste waslower on the coffee tree at applied with 60 kg/tree/year than that applied with 5 kg/tree/year. Lower rate of manureapplication was able to produce optimal quality coffee beans than that applied by the farmers, namely 60 kg/tree/year.Key words: cow manure, coffea arabica, fermentation, physical quality, flavor, Bali.Penelitian mengenai pengaruh dosis pupuk kandang sapi dan lama fermentasi terhadap mutu hasil KopiArabika telah dilakukan di Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Bangli pada tahun 2002-2003. Rancanganpercobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua perlakuan, yaitudosis pupuk kandang (P) dan lama fermentasi (F). Perlakuan dosis pupuk kandang (P) terdiri dari enam level, yaitu :5, 10, 20, 30, 40, dan 60 kg/pohon/tahun. Perlakuan lama fermentasi (F) terdiri dari empat level, yaitu : 12, 24, 36, dan48 jam. Fermentasi dilakukan dengan cara basah terhadap biji kopi yang telah dikupas. Perlakuan dilakukan empatkali ulangan. Untuk mengetahui beda antarperlakuan digunakan uji DMRT. Secara statistik, kombinasi keduaperlakuan, yaitu dosis pupuk kandang dan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap semua komponen mutu fisikkopi, kecuali jumlah biji ukuran L dan semua komponen citarasa kopi. Secara umum, pemupukan dosis 5kg/pohon/ tahun dengan kombinasi lama fermentasi 12 jam sampai 24 jam sudah dapat menghasilkan biji KopiArabika Varietas S 795 dengan mutu fisik yang baik dan dapat menghasilkan seduhan kopi dengan mutu citarasa yangbaik pula. Dosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi 24 jam menghasilkan jumlah biji ukuran M tertinggi(18,43 %) dengan jumlah biji ukuran Ss terendah (10.07%). Aroma kopi terbaik (skor 7,00) diperoleh pada perlakuandosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi 12, 24, dan 36 jam. Skor perisa pada perlakuan dosis pupuk 5kg/pohon/tahun dengan semua perlakuan lama fermentasi, kecuali 48 jam lebih tinggi dibandingkan skor padaperlakuan 60 kg/pohon/tahun. Demikian juga dengan dosis pupuk 5 kg/pohon/tahun dengan lama fermentasi di atas 24jam memberikan skor kekentalan tertinggi (7,30). Namun, untuk keasaman dan rasa pahit, dosis pupuk 60kg/pohon/tahun memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan dosis 5 kg/pohon/tahun. Rasa asam atau pahit yangterlalu tinggi tidak dikehendaki dalam citarasa kopi. Berdasarkan keunggulan mutu fisik dan citarasa kopi yangdihasilkan, aplikasi pupuk kandang yang lebih sedikit namun dapat menghasilkan produk dengan kualitas yangoptimal ini dapat menggantikan dosis pupuk kandang yang selama ini diterapkan oleh petani, yaitu 60 kg/pohon/ tahun.Kata kunci: pupuk kandang, Coffea arabica, fermentasai, mutu fisik, citarasa, Bali
Aplikasi dosis mikorhiza dan zat pengatur tumbuh indole butiric acid terhadap hasil tanaman jeruk siam (Citrus nobilis var microcarva L.) Nahak, Senon Apriyanto; Astiari, Ni Komang Alit; Kartini, Luh
GEMA AGRO Vol 23, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.009 KB) | DOI: 10.22225/ga.23.2.892.167-175

Abstract

This study aims to determine the effects of mycorrhizal and indole butyric acid (IBA) growth regulators and their interactions on siam citrus products. This study uses a randomized block design (RBD) with two factors arranged factorially. The first factor to be tried was the mycorrhizal dose which consisted of 3 levels, namely 0, 50, and 100 g/plant, while the second factor tried was the concentration of the substance indole butiric acid (IBA) growth regulator consisting of 4 levels, namely 0, 50, 100, and 150 ppm/plant. Thus there are 12 combination treatments, each of which is repeated 3 times so that 36 citrus trees are needed. The results showed that the interaction between mycorrhizal dose and the concentration of IBA had no significant effect on all observed variables. Treatment of mycorrhizal doses and dosage of IBA had a very significant effect on the weight of harvested fruit per tree. The highest yield of fruit per tree was obtained in 100 g / plant mycorrhiza treatment, which was 13.53 kg, an increase of 57.88% compared to the lowest yield in mycorrhiza treatment, which was 8.57 kg. The highest yield of fruit per tree was obtained at IBA concentration of 100 ppm / plant, which was 15.03 kg, an increase of 78.08% compared to the lowest yield on IBA concentration without 8.44 kg.
Pemberian Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan, Morbiditas, dan Mortalitas Anak Babi Landrace Jantan Lepas Sapih Apsari, Ni Wayan Diah; Ardana, Ida Bagus Komang; Kartini, Ni Luh
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (2) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1443.392 KB)

Abstract

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak babi adalah masalah pakan. Cacing tanah (Lumbricus rubellus) memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak babi lepas sapih, sehingga dapat digunakan sebagai campuran ransum dengan diolah menjadi tepung terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cacing tanah dalam pakan terhadap pertumbuhan, morbiditas, dan mortalitas anak babi setelah sapih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 24 ekor anak babi landrace jantan lepas sapih dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu P0 (tanpa pemberian tepung cacing tanah pada pakan), P1, P2, dan P3 dengan pemberian tepung cacing tanah sebanyak 4 g, 8 g, dan 16 g/kg pakan, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor. Pengamatan dan pencatatan terhadap berat badan dilakukan pada sebelum dan setelah perlakuan, sedangkan pengamatan morbiditas dan mortalitas dilakukan selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung cacing tanah dalam pakan dosis 4 g, 8 g, dan 16 g/kg pakan, pada anak babi landrace jantan lepas sapih tampak berpengaruh nyata (P<0,05) dengan kontrol dan mampu meningkatkan persentase laju pertumbuhan relatif, menekan morbiditas dan mortalitas.
Pemberian Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) dalam Pakan terhadap Jumlah Trombosit dan Nilai MPV (Mean Platelet Volume) pada Anak Babi Landrace Jantan Lepas Sapih Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira; Ardana, Ida Bagus Komang; Kartini, Ni Luh
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.53 KB)

Abstract

Tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) mulai dilirik untuk dicampur dengan pakan babi, karena banyak manfaatnya. Tepung cacing tanah memiliki kadar protein yang cukup tinggi yaitu sebesar 76% dan mengandung enzim peroksidase, katalase dan selulase yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki proses fisiologis tubuh dan melancarkan sirkulasi darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cacing tanah dalam pakan terhadap jumlah Trombosit dan nilai MPV (Mean Platelet Volume) pada anak babi landrace jantan lepas sapih. Penelitian ini menggunakan 24 ekor anak babi landrace jantan setelah sapih dengan perlakuan berupa pemberian tepung cacing tanah dalam pakan selama 30 hari yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok P0 (tanpa penambahan tepung cacing tanah pada pakan), kelompok P1, P2 dan P3 dengan pemberian tepung cacing tanah dosis 4 g, 8 g, 16 g/kg pakan, masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor babi. Pada akhir penelitian pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai MPV menggunakan alat hematology analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung cacing tanah dosis 4 g, 8 g dan 16 g/kg pakan menunjukkan penurunan jumlah trombosit dibandingkan kontrol, analisis ragam menunjukkan hasil tidak berbeda nyata antar perlakuan dan tidak mempengaruhi nilai MPV.
IDENTIFICATION OF AGARWOOD SAPWOOD CHEMICAL COMPONENTS FROM FUNGAL INOCULATION RESULTS ON Gyrinops versteegii (Gilg.) DOMKE PLANTS I Made Mega; Ni Luh Kartini
International Journal of Biosciences and Biotechnology Vol 8 No 1 (2020): Vol. 8 No. 1, September 2020
Publisher : Central Laboratory for Genetic Resource and Molecular Biology, Faculty of Agriculture, Udayana University in cooperation with Asia-Oceania Bioscience and Biotechnology Consortium (AOBBC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/IJBB.2020.v08.i01.p05

Abstract

Agarwood is one of non-timber forest product comodites (NTFPs) which has high economic value and as an export commodity. Agarwood produce an aromatic resin substance in the form of lumps that located between the wood cells in various shapes and colors. According to Indonesian National Standards, the category of agarwood is classified into several levels such as agarwood sapwood, kemedangan, and agarwood powder. The classification system is based on color, weight, and aroma. This classification method shows that the current quality of agarwood welding systems is still subjective. Therefore, more objective welding system is needed which is related to the chemical composition and resin content. This study objective is to identify the chemical components of agarwood sapwood from the results of fungal inoculation in agarwood-producing plants of gyrinops versteegii. The research conducted by extracting agarwood sapwood sample using acetone. This agarwood sapwood sample collected from the result of Fusarium, Rhizopus and Trichoderma fungi inoculation for 1 year. Furthermore, the agarwood acetone extract fractionated with a gradient column chromatography with hexane-ethyl acetate eluent. The method to identify the compounds/component is using chromatography gas-spectro-photometer mass (GC-MS). The results showed that the chemical components contained in agarwood from fungal inoculation were mostly in the form of ester compounds. The highest types compounds and the highest density compound were found in agarwood produced by Trichoderma fungi inoculant, namely Hexanedioic acid, dioctyl ester; 11-octadecanoic acid, methyl ester; Cyclopropanedodecanoic acid, 2-octyl-, methyl ester; 9-octadecanoic acid, methyl ester; Octadecanoic acid, 9.10- dihydroxy-, methyl ester; Cyclopropanepentanoic acid, 2-undecyl-, methyl ester; Pentadecanoic acid, 14-methyl-, methyl ester; and non-ester compounds, namely: 2-tridecenI-ol; 2- (2 ’, 4’, 4 ’, 6’, 6 ’, 8’, 8’Heptamethyltetrasiloxan -2 ’; 3-Hydroxybutanamide. 8- methoxy-2- (2.
EFFECTS OF ORGANIC FERTILIZER TYPES AND DOSAGE ON BIOLOGICAL PROPERTIES OF SOIL, GROWTH AND PRODUCTS OF ONION (Allium ascalonicum L.) OUTSIDE THE PLANTING SEASON IN BUAHAN VILLAGE, BALI, INDONESIA Ni Luh Kartini
International Journal of Biosciences and Biotechnology Vol 8 No 2 (2021): International Journal of Bioscience and Biotechnology
Publisher : Central Laboratory for Genetic Resource and Molecular Biology, Faculty of Agriculture, Udayana University in cooperation with Asia-Oceania Bioscience and Biotechnology Consortium (AOBBC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/IJBB.2021.v08.i02.p02

Abstract

Planting shallots in Buahan Village is only carried out once a year, namely in July. The continuous use of synthetic fertilizers at high doses without being balanced with natural fertilizers has degraded the land so that soil fertility has decreased. The negative impact caused is a decrease in the yield of shallots. Quality organic fertilizers can overcome this problem. Organic vermicompost and biosllury fertilizers are quality organic fertilizers that can replace synthetic fertilizers to increase the growth and yield of shallots. The research objective was to determine the growth and yield of shallots by giving the type and dose of organic fertilizers outside the growing season. The research was conducted from March to July 2019 in Buahan Village, Kintamani District, Bangli Regency. The study used a simple randomized block design with one factor with 6 treatments, namely B0 (Without Organic Fertilizer), B1 (2000 kg / ha vermicompost); B2 (1000 L / ha biosllury) B3 (1000kg / ha vermicompost + 500 L / ha biosllury); B4 (4000 kg / ha vermicompost); B5 (2000 L / ha biosllry); B6 (2000kg / ha vermicompost + 1000 L / ha biosllury); B7 (4000 kg / ha vermicompost + 2000L biosllry) and B8 (5000 kg / ha vermicompost + 3000L / ha biosllury). The parameters observed were plant height, number of tillers, tuber wet weight per clump, harvest dry weight of tubers per clump and number of cloves per clump, soil pH, N-total (%), C-organic and total population of soil microorganisms. The results showed that the type and dose of organic fertilizer had a significant effect on all the meters observed. Treatment of 5000 kg / ha vermicompost + 3000L / ha biosllury gave the highest yield, namely 56.8 g per clump, 60% higher than the control 35.5 g per clump.
Pemberian Tepung Cacing Tanah dalam Pakan terhadap Kadar Hemoglobin dan Indeks Eritrosit Anak Babi Landrace Jantan Setelah Sapih Ni Made Dwi Adnyana Pertiwi; Ida Bagus Komang Ardana; Ni Luh Kartini
Buletin Veteriner Udayana Vol. 14 No. 1 February 2022
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i01.p08

Abstract

Babi merupakan ternak menguntungkan yang banyak dipelihara masyarakat disamping itu salah satu faktor yang menentukan keberhasilan ternak ini adalah gizi dimana salah satunya menggunakan pakan dengan campuran tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dimana gizi yang baik berpengaruh pada kondisi ternak salah satunya hemoglobin dan indeks eritrosit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) terhadap kadar hemoglobin dan indeks eritrosit anak babi landrace jantan setelah sapih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 24 ekor anak babi landrace jantan setelah sapih. Perlakuan yang diberikan dibagi menjadi empat kelompok masing-masing kelompok kontrol (P0), kelompok dengan pemberikan tepung cacing tanah sebesar 4 g (P1), kelompok dengan pemberikan tepung cacing tanah sebesar 8 g (P2), kelompok dengan pemberikan tepung cacing tanah sebesar 16 g (P3). Penghitungan kadar hemoglobin dan indek eritrosit dilakukan sebelum pemberian tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) dan setelah pemberian dengan rentang waktu satu bulan ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari pakan yang dicampur tepung cacing tanah. Hasil analisis variasi menunjukkan bahwa kadar hemoglobin setiap kelompok :10,55; 10,83; 13,83; dan 10,93 (g/dL) dan indeks eritrosit MCV 59,45; 61,70; 60,61; dan 59,56 (fL), MCHC 39,56; 39,15; 39,40; dan 38,68 (g/dL). Hasil penelitian yang didapatkan bahwa pemberian tepung cacing tanah berbeda tidak nyata terhadap kadar hemoglobin dan indeks eritrosit. Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian tepung cacing tanah dalam pakan tidak meningkatkan kadar hemoglobin dan tidak berpengaruh pada indeks eritrosit namun mampu menstabilkan nilainya sehingga masih dalam angka normal.
VERMIKOMPOS SAMPAH TANAMAN GULMA DANAU MENGGUNAKAN DECOMPOSER CACING TANAH UNTUK MENGHASILKAN PUPUK ORGANIK I.G. Suranjaya; N.L. Kartini; N.L.R. Purnawan; P.E. Suardana
Buletin Udayana Mengabdi Vol 18 No 1 (2019): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.654 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2019.v18.i01.p16

Abstract

Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini merupakan bagian Program Kemitraan Wilayah (PKW) yang bertujuan untuk alih teknologi dalam produksi vermikompos berbasis sampah dari tumbuhan gulma danau dengan menggunakan decomposer cacing tanah (Lumbricus rubelus) untuk menunjang pengembangan pertanian ramah lingkungan di seputaran danau Buyan desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Metode yang diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat pada kegiatan program PKW adalah sebagai berikut: (1) Koordinasi dan sosialisasi secara partisipasif kepada masyarakat sasaran untuk merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi; (2) Penyuluhan untuk membangun persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai inovasi atau program yang ditawarkan; (3) Pelatihan dan simulasi mengenai terapan ipeks yang dialihkan bagi masyarakat; (4) Pendampingan yaitu pertemuan secara berkala antara pendamping dengan masyarakat sasaran hingga ipteks yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam produksi vermikompos berbasis sampah tumbuhan gulma danau sebagai upaya menunjang pengembangan pertanian ramah lingkungan dapat berlangsung dengan baik dan lancar yang ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif dan daya adopsi ipteks yang tinggi dari masyarakat sasaran. Partisipasi aktif masyarakat sasaran dalam seluruh kegiatan alih teknologi ini cukup baik, yaitu sebesar 75%. Kemampuan adopsi ipteks dan inisiatif mitra untuk memproduksi vermikompos secara mandiri juga cukup baik, yaitu rata-rata diatas 65%.
PENERAPAN TEKNOLOGI FERMENTASI BIO-MOL PADA PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK ECENG GONDOK DALAM UPAYA UNTUK MENJAGA KELESTARIAN DANAU BUYAN DESA PANCASARI DAN WANAGIRI, KECAMATAN SUKASADA-BULELENG I.G. Suranjaya; N.L. Kartini; L.R. Purnawan
Buletin Udayana Mengabdi Vol 16 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.637 KB)

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk alih teknologi fermentasi bio-mol dalam pengolahan pupuk organik eceng gondok dalam upaya untuk ikut menjaga kelestarian perairan danau Buyan ini merupakan bagian program Ipteks bagi Wilayah (IbW) desa Pancasari dan Wanagiri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan adalah melalui: (1) Kordinasi dan komunikasi secara partisipasif dengan masyarakat sasaran untuk merumuskan program menyangkut upaya pelestarian danau Buyan mulai dari perencanaan, operasional dan evaluasi; (2) Penyuluhan untuk membangun persepsi dan pemahaman masyarakat mengenai inovasi atau program yang diterapkan; (3) Pelatihan dan simulasi mengenai terapan ipeks yang dialihkan bagi masyarakat; (4) Pendampingan yaitu pertemuan secara berkala antara pendamping dengan masyarakat sasaran hingga ipteks yang dialihkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kegiatan alih teknologi dalam pengolahan pupuk organik menggunakan bahan baku eceng gondok sebagai upaya menjaga kelestarian danau Buyan dapat berlangsung dengan baik yang ditunjukkan dengan adanya partisipasi aktif dan daya adopsi ipteks yang tinggi dari masyarakat sasaran. Partisipasi aktif mitra dalam seluruh kegiatan alih teknologi ini cukup baik, yaitu sebesar 52,8%. Terdapat kemauan dan kesediaan mitra sasaran untuk mengolah pupuk organik eceng gondok secara mandiri.
PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK TERINTEGRASI DI DESA ANTAPAN BATURITI TABANAN BALI N.M.S. Sukmawati; N.L. Kartini; I.N. Sujana
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 2 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.402 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i02.p16

Abstract

Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan petani pada pupuk dan pestisida anorganik adalah dengan memanfaatkan pupuk organik dan biopestisida. Selain menyuburkan tanaman, pupuk organik juga dapat mengurangi biaya produksi dan menjaga kelestarian lingkungan. Pengembangan pertanian terintegrasi yang didukung oleh teknologi fermentasi adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk diterapkan di masyarakat. Sistem ini sering disebut sistem pertanian tanpa limbah karena limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi pupuk organik, bio urine, bio pestisida dan bio gas. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah melalui penyuluhan, pelatihan, pendampingan dan pembuatan demo plot aplikasi pupuk organik pada tanaman buncis (0, 5, 10, 15 dan 20 ton/ha). Biopestisida digunakan adalah biourine sapi sebanyak 5% dengan cara disemprotkan pada daun. Dari hasil demplot menunjukkan bahwa produksi polong pada pemberian pupuk 5 ton/ha hampir sama dengan 20 ton/ha, sementara yang 10 dan 15 ton/ha produksinya lebih rendah dibandingkan 5 ton/ha dan yang tanpa pupuk organik produksinya paling rendah. Dari hasil demplot ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik padat pada tanaman buncis cukup 5 ton/ha (0,5 kg/m2).
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W ACMAD PRASETYO PAMUNGKAS Anak Agung Istri Kesumadewi Andriani, A. A. S. P. R. Apsari, Ni Wayan Diah ARFITA TRI MAYASARI Arjana, I Gusti Made ARJUNA YOHANNES SIMANULLANG Avianto, Rio Jonathan D. K. SUANDA DAVID HARYSUSANTO DECIO ARISTA ESTANISLAU DA COSTA RIBEIRO Ditamulia Slamet Utama GEDE WIJANA I Gede Krisna Wardana I GEDE NADI ARAT I GEDE SURANJAYA I GUSTI AGUNG AYU AMBARAWATI I Gusti Ayu Mas Sri Agung I Gusti Bagus Udayana I K. NARTA I KETUT SUNARKA I Made Dharma Atmaja I Made Dwi Wiratmaja I Made Mega I Made Sudana I MADE SUDARMA I MADE SUKADANA I Made Sukewijaya I MADE WIDIADA I NYOMAN RAI I Wayan Andi Yuda I Wayan Dana Atmaja I Wayan Nuarsa I WAYAN WIRAATMAJA I.N. Sujana Ida Bagus Komang Ardana IDA PEREIRA DOS SANTOS KOMANG MELATI NUSANTARI KUSUMA SINDA L.R. Purnawan MADE PANDE ADITYA Made Sri Yuliartini MAEZA PATRA Mahardika, Ida Bagus Komang moh saifulloh, moh Mudra, Ni Luh Komang Sulasmini N.L.R. Purnawan Nahak, Senon Apriyanto NGAKAN MADE ADI WEDAGAMA Ngongo, Petrus Malo Ngongo, Petrus Malo Ni Gusti Ketut Roni Ni Ketut Mardewi NI KETUT SUDARMINI Ni Komang Alit Astiari Ni Komang Rahayu Safitri NI KOMANG SUCI PRASTIWI SUCIPTA NI LUH MADE PRADNYAWATHI NI LUH WERDHYASTUTI Ni Made Dwi Adnyana Pertiwi Ni Made Suci Sukmawati NI MADE TRIGUNASIH Ni Nengah Soniari NI NENGAH SONIARI P.E. Suardana Pradnyani, Gusti Ayu Putu Indira Pramudita, I Gede Made Rakibe, Ismail Rubiyo Rubiyo ; Saputra, Agus Hariadi Cipta Satriawan, Kadek Sedana, Gede Yudi Selangga, Dewa Gede Wiryangga Sudewa, Ketut Agung Sumerta, I Nyoman Sunadra, I Ketut Suranjaya I .Gd Suryati, Luh Wahyu Widodo Putranto Widyatna, I Komang Wirajaya , Anak Agung Ngurah Mayun Wirajaya, A. A. Ngurah Mayun Wirajaya, A.A. Ngurah Mayun Wirajaya, Anak Agung Mayun Yasa, I Putu Arta Subagia Yohanes Parlindungan Situmeang