Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK Musiam, Siska; Alfian, Riza
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.258 KB)

Abstract

Pengawasan dan pemeriksaan mutu sediaan farmasi dimaksudkan untuk menjamin sediaan obat mengandung bahan dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis standar. Contoh sediaan obat yaitu tablet generik Asam mefenamat. Penetapan kadar Asam mefenamat tablet dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV. Sebelum dilakukan analisis penetapan kadar perlu dilakukan validasi metode analisis untuk membuktikan metode tersebut memenuhi persyaratan untuk digunakan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validasi metode spektrofotometri UV pada analisis penetapan kadar Asam mefenamat tablet generik yang ditentukan berdasarkan parameter-parameter tertentu. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan melakukan validasi metode spektrofotometri UV menggunakan tablet generik Asam mefenamat sebagai sampel dari PT. X. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sampel yang mengandung Asam mefenamat. Pengujian ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Parameter validasi meliputi Akurasi, Presisi, limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ).Hasil penelitian menunjukkan metode spektrofotometri UV dapat digunakan (valid) untuk penetapan kadar Asam mefenamat dalam sediaan tablet generik karena dari hasil uji validasi metode ini menunjukkan nilai linieritas sebesar r = 0,9980, akurasi (99,86%) dan presisi (1,73%) yang valid dan memenuhi syarat uji validasi dengan batas deteksi (LOD) 1,4828 ppm dan batas kuantitas (LOQ) 4,9425 ppm. Hasil penelitian menunjukkan kadar Asam mefenamat dalam sediaan tablet generik adalah 102,081% ± 0,1298 memenuhi standar persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%. Maka berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri UV pada analisis penetapan kadar Asam mefenamat dalam tablet generik berdasarkan parameter akurasi, presisi, LOD dan LOQ dinyatakan valid.
PENETAPAN KADAR SIKLAMAT DALAM SIRUP MERAH YANG DIJUAL DI BANJARMASIN UTARA Hamidah, Marina; Kumalasari, Eka; Musiam, Siska
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.258 KB)

Abstract

Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan. Salah satu bahan tambahan pangan adalah pemanis. Pemanis sintetis yang umumnya digunakan industri makanan maupun minuman adalah siklamat. Penggunaan siklamat yang berlebihan akan menyebabkan tumor dan kanker. Codex Alimentarius Commission (CAC) menetapkan bahwa kadar maksimal siklamat yang dapat dikonsumsi oleh tubuh adalah 500 – 3000 mg/kg berat badan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji kadar siklamat dalam sirup merah yang dijual di Banjarmasin Utara. Identifikasi siklamat menggunakan metode pengendapan dengan pereaksi HCl 10%, BaCl2 10% dan NaNO2 10%, dan pengujian kadar siklamat dilakukan dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan 6 sampel dari 15 sampel sirup merah yang dijual di Banjarmasin Utara mengandung pemanis siklamat. Kadar siklamat yang didapatkan pada sampel positif diuji dengan metode gravimetri dan didapatkan hasil berturut-turut adalah 46,21 mg/kg; 71,26 mg/kg; 97,86 mg/kg; 74,82 mg/kg; 84,46 mg/kg; dan 105,24 mg/kg berat badan. Hasil tersebut tidak melebihi ambang batas jika dibandingkan dengan kadar maksimal yang ditetapkan oleh CAC, yaitu 500 – 3000 mg/kg berat badan.Kata kunci:  bahan tambahan pangan, pemanis, siklamat, sirup merah, metode gravimetri
PENETAPAN KADAR FENOLIK DAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK METANOL KAYU KUNING (Arcangelisia flava Merr) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBEL Anna Khumaira Sari; Riza Alfian; Siska Musiam; Prasdianto Prasdianto; Renny Renny
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 1 No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kayu kuning (Arcangelisia flava Merr) merupakan tanaman yang mengandung senyawa kimia alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tannin. Senyawa fenolik dan flavonoid yang terkandung dalam kayu kuning mempunyai berbagai khasiat sebagai antimikroba, antioksidan dan anti hyperlipidemia. Komponen senyawa pengoksidan tersebut dapat menangkal radikal bebas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar fenolik total dan flavonoid total ekstrak metanol kayu kuning. Kayu kuning yang dijadikan sampel diambil dari daerah Kabupaten Banjar. Senyawa fenolik dan flavonoid dalam kayu kuning diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol. Uji kualitatif dilakukan terhadap senyawa fenolik dan flavonoid. Kadar fenolik total dan flavonoid total ditetapkan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible.Analisis kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak metanol kayu kuning positif mengandung fenol dan flavonoid. Hasil kadar fenolik total yang didapat pada ekstrak metanol kayu kuning 6,274 mg GAE/g dan hasil kadar flavonoid total adalah 16,667 ppm atau 1,6647 % b/b
ANALISIS ZAT PEMUTIH BERBAHAYA PADA KRIM MALAM DI KLINIK KECANTIKAN KOTA BANJARMASIN Siska Musiam; Ratu Mouly Noor; Indah Fitri Ramadhani; Amaliyah Wahyuni; Riza Alfian; Eka Kumalasari; Saftia Aryzki
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Face whitening cream is a facial lightening product that contains a mixture of chemicals and/or other ingredients with properties that can blot the black spots on the skin. Active ingredients that are often misused or added to excess in face whitening creams are mercury and hydroquinone. Whitening creams that contain mercury and hydroquinone are usually used in night creams related to the regeneration of skin cells that occur at night. The BPOM regulation states that the use of mercury is prohibited in cosmetics and the use of hydroquinone is still allowed for medical prescription purposes with a maximum limit of 4%. In this study testing of mercury and hydroquinone for night creams used in the beauty clinic of the city of Banjarmasin. Testing the presence of mercury using color reactions, and testing hydroquinone levels using spectrophotometry. The results showed that from 13 samples of night cream there were 3 positive samples containing mercury and hydroquinone simultaneously, 2 samples containing only mercury, 6 samples containing only hydroquinone, and 2 samples which did not contain mercury or hydroquinone. Of the 9 samples containing hydroquinone there were 5 samples that exceeded the maximum permissible level with the highest level was 11.41% (w/w).
PERBANDINGAN PELARUT ETANOL-AIR DALAM PROSES EKSTRAKSI DAUN BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia Linn) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN METODE DPPH Eka Kumalasari; Siska Musiam
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The immune system can be damaged by the presence of free radicals. The formation of free radicals must be prevented by antioxidants. Humanes basically do not have antioxidant reserves in their her body, so that when there is exposure to excessive the radicals then the needs body antioxidant intake from the outside. At present it is encouraged the development of antioxidants derived from plants, which are relatively easier to obtain and safe for humans consumption. Potential to antioxidant plants one of them is dayak onion leaves. Dayak onion leaves are a typical plant Borneo Central used by the Dayak tribe as medicine. To get a high active ingredient in dayak onion leaves, it is necessary to optimize the type of maceration solvent. The types of solvents used are water and ethanol. Testing of antioxidant using activities DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl) as a free radical compound. The maximum wavelength of DPPH in this study is at 519 nm. The highest IC50 value was found on dayak onion leaf extract with water solvent which was 58.62 ppm, with ethanol-water solvent of 33.71 ppm, and the smallest with ethanol solvent of 26.98 ppm. Key: antioxydan, Eleutherine palmifolia of leave, DPPH
AKTIVITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp Siska Musiam; Agus Ariyanto; Noverda Ayuchecaria
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v3i1.490

Abstract

Lymphatic filariasis (elephantiasis) is a disease caused by filarial worms transmitted by the Culex sp. Handling this disease can be done by breaking the chain of spread by killing off the Culex sp larvae. Flavonoids, saponins, tannins, and limonoids are chemical compounds that can damage mosquito larvae. Lime leaves (Citrus aurantifolia) have been known to contain these compounds. The aim of this study was to examine the activity of extract of lime leaves on Culex sp. The extracts used were concentrations of 0.25%, 0.50%, 1.00%, and 1.50%, plus temephos 1% as a positive control, and tap water as a negative control. Each test was carried out on 20 Culex sp Instar III larvae observed for 24 hours with 4 repetitions. The results showed that the effective concentration that killed as much as 50% of Culex sp (LD50) mosquito larvae was 0.948%.
PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK ETANOL 70% DAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) DENGAN METODE SPEKTROFOMETRI UV-VIS Eka Kumalasari; Nazulla Mudjib Nararia; Siska Musiam
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 4 No 1 (2021): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v4i1.665

Abstract

Dayak onion (Eleutherine palmifolia (L.) Merr). Is used by the people in Central Kalimantan as a traditional treatment by utilizing onion dayak tubers while the leaves are rarely used, the part of dayak onion leaves also have the potential to naturally be useful as traditional medicine because they contain compounds phenol. Phenol compounds are useful as antioxidants, anti-inflammatory, hemostatic and antitumor. The purpose of this study was to determine the content of phenolic chemical compounds in ethyl acetate fraction and 70% ethanol extract of dayak onion leaves and find out the total phenolic content contained. The sample in this study is Dayak onion leaves from Palangkaraya, Central Kalimantan. Extraction of onion dayak leaves using maceration method. Fraction extract was made by liquid-liquid extraction method with ethyl acetate solvent. The level determination method used was Uv-Vis Spectrophotometry with Folin ciocalteau reagent. The results of this study indicate that from 70% ethanol extract and dayak onion leaves ethyl acetate fraction is containing phenolic compounds. Phenolic levels in this study obtained total levels of dayak onion leaves ethyl acetate fraction was 10.61% ± 0.0019 said to be greater than the 70% ethanol extract content of dayak onion leaves was 2.23% ± 0.0002.
Characterization of Chitosan from the Haliling Snail (Filopaludina javanica) Shell in South Kalimantan Siska Musiam; Noor Aisyah
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 7, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/chemica.v7i2.18013

Abstract

Chitosan is a renewable natural polymer derived from chitin which can be found in many invertebrate animals. Chitosan has non-toxic properties, is easily broken down (biodegradable and bioresorbable), and is able to adapt to its environment (biocompatibility). This study aims to characterize chitosan produced from haliling (Filopaludina javanica) shell waste originating from South Kalimantan. Haliling meat is consumed as a side dish by the people of South Kalimantan so that the shell becomes a waste that can be used as raw material for chitosan. Chitosan characterization included determination of yield, solubility test, calculation of the degree of deacetylation with Fourier Transform Infra Red (FTIR), as well as observing the crystallinity and morphology of the yield compounds by X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM). The yield of chitosan obtained was 8.890% with the best solubility at 0.1 N HNO3 N. The FTIR analysis of chitosan obtained a degree of deacetylation of 60.581%. XRD and SEM data showed a crystallinity index of 52.945% with a granular surface.
Aktivitas Anti-Inflamasi Eupatorium inulifolium dan Kalsium Karbonat Pada Tikus Jantan Dwi Rizki Febrianti; Siska Musiam
Jurnal Pharmascience Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v7i1.8078

Abstract

ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi daun Kumpai Mahung (Eupatorium inulifolium) dan kalsium karbonat sebagai anti-inflamasi, berdasarkan obat tradisional di pegunungan Dayak Meratus Indonesia. Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak adalah maserasi menggunakan pelarut metanol dengan rasio 1:10. Uji kualitatif Penapisan fitokimia fenolik dengan senyawa FeCl3 dan kuantitatif dengan spektrofotometri UV-Vis dengan kuersetin sebagai standar, panjang gelombang 418 nm konsentrasi 10-50 ppm. Ekstrak Eupatorium inulifolium dan calcium carbonat diformulasikan menjadi salep sederhana dengan penambahan vaselin album (1:3). tes anti-inflamasi menggunakan tikus jantan yang telah diinduksi oleh karagenin 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian kualitatif dan kualitatif, adalah positif senyawa fenolik, Mengandung 3,68% flavonoid. Ekstrak Eupatorium inulifolium dan kalsium karbonat dalam salep dapat secara signifikan mengurangi edema pada kaki tikus dibandingkan dengan kontrol negatif (14,1%). Kata kunci: Edema, Salep, Anti Inflamasi  ABSTRACT The purpose of this research was to study the potential Kumpai Mahung leaf (Eupatorium inulifolium) and calcium carbonate as an anti-inflammation, based on folk medicine in Dayak meratus mountains of Indonesia. The methods used to obtain the extract is maceration using methanol solvent with the ratio of 1:10.  Qualitative test Phytochemical Screening of phenolic with FeCl3 and quantitative flavonoids compounds with spectrophotometry UV-vis with quercetin as standard, wavelength 418 nm concentration 10-50 ppm. Eupatorium inulifolium extracts and calcium carbonate are formulated into simple ointments with the addition of vaseline album (1: 3) anti-inflammation test using male mice that had been inducted by carrageenan 3%. The result showed that on qualitative and qualitative testing, is positive phenolic compounds, contains 3,68% of flavonoids. Eupatorium inulifolium extract and calcium carbonate in the ointment can significantly alleviate the edema on mice’s paw compared to a negative control (14,1%).Keywords: Rat Paw Edema, Ointment, Anti-Inflammation I.       PENDAHULUAN   Peradangan adalah salah satu tema yang paling menarik untuk dipelajari karena mencakup banyak mediator, dan ini menyebabkan banyak agen peradangan seperti antibodi monoklonal dan antagonis peradangan mulai dikembangkan dan dilaporkan ada obat lain seperti asam askorbat monosiklik, garam kalsium dan kalsium karbonat juga memiliki aspek anti-inflamasi terutama yang disebabkan sengatan serangga (Karnad, Patil dan Majagi, 2006). Peradangan memiliki beberapa respons berdasarkan penyebabnya; salah satu respons peradangan yang biasa terjadi adalah edema. Edema terjadi karena meningkatnya aliran darah lokal ke area luka, dan itu menyebabkan lebih banyak mediator kimia dan histamin dilepaskan sehingga permeabilitas kapiler meningkat (Sousa, Vieira dan Pinho, 2010). Efek dari pembengkakan ini termasuk ketidaknyamanan, rasa sakit, dan ruam (Isrofah, Sagiran, dan Afandi, 2011). Obat antiinflamasi sebagian besar bekerja dengan menurunkan permeabilitas kapiler dengan menurunkan jumlah histamin yang dilepaskan oleh basofil, menghambat fungsi fagositosis leukosit dan makrofag sehingga pembengkakan dapat mereda.Penggunaan sumber daya alam di Kalimantan Indonesia, belum dilakukan secara maksimal karena keanekaragaman
Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Ekstrak Etanolik Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) dengan Spektrofotometri UV-VIS Novia Ariani; Siska Musiam; Rakhmadhan Niah; Dwi Rizki Febrianti
Jurnal Pharmascience Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v9i1.10864

Abstract

Buah alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat. Bagian yang sering dimanfaatkan adalah daging buah sedangkan kulit buah belum banyak dimanfaatkan. Kulit buah alpukat berpotensi untuk dikembangkan sebagai antioksidan dengan kandungan senyawa aktif flavonoid. Proses pengolahan simplisia sangat penting terutama pada tahap pengeringan. Tahap pengeringan bertujuan untuk memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak selama penyimpanan dalam waktu lama dan menjamin kandungan senyawa aktif yang memiliki khasiat obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap kadar flavonoid ekstrak kulit buah alpukat. Jenis penelitian ini eksperimental. Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Metode pengeringan yang digunakan dengan penjemuran dengan sinar matahari dan menggunakan oven. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Metode analisis senyawa dilakukan dengan spektrofotometer Uv-Visible. Perbandingan dua metode pengeringan dianalisis dengan statistik Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan Kadar flavonoid kulit buah alpukat yang dikeringkan dengan oven sebesar 13,14% sedangkan yang dikeringkan dengan sinar matahari ditutup kain hitam sebesar 5,58%. Dari hasil kadar dapat disimpulkan bahwa metode pengeringan kulit buah alpukat dengan oven lebih efektif dalam menghasilkan ekstrak yang memiliki kandungan kadar flavonoid Kata Kunci: Flavonoid, Metode Pengeringan, Persea americana Mill., Spektrofotometri  Avocado (Persea americana Mill.) is a plant that has medicinal properties. The part that is often used is the flesh of the fruit, while the skin of the fruit has not been widely used. Avocado skin has which the potential to be developed as an antioxidant with the active compound being flavonoids. The processing of raw materials is very important, especially at the drying stage. The drying stage aims to obtain raw materials that is not easily damaged during long storage and ensures the content of active compounds that have medicinal properties. This study aims to determine the effect of the drying method on flavonoid levels of avocado peel extract. This type of research is experimental. The sampling technique was random sampling. Methods of the drying used is in the sun drying and using an oven. Extraction was carried out by maceration method using ethanol 96% solvent. The method of compound analysis was carried out with a Uv-Visible spectrophotometer. The comparison of the two drying methods was analyzed using the Independent T-Test statistic. The results showed that the flavonoid content of oven-dried avocado peels was 13.14%, while those dried in the sun covered with a black cloth were 5.58%. From the results, it can be concluded that the oven-drying method of avocado peel is more effective in producing extracts that contain higher levels of flavonoids than the sun drying method.