Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

SRIHARJO PADA MASA KRISIS Pande Made Kutanegara
Populasi Vol 10, No 1 (1999): Juni
Publisher : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.796 KB) | DOI: 10.22146/jp.12326

Abstract

Generally, it is assumed that the economic crisis would hardly experienced by people who live in urban areas, mainly those who are in the lowest social stratum. Certainly, some people (experts) are convinced that people who live in the village would not affected by the impact of stagnating national economy. Recent studies, however, show that almost all of social stratum in Indonesia, both in cities and villages, are hit by the crisis but the intensities of its varies from one group to another. There are many factors to be considered in discussing impacts of crisis, i.e social, economy, and demography, as well. This article will clearly describe how people from various strata in the village perceive and how do they cope with the crisis.
FORGOTTEN VILLAGES? THE EFFECTS OF THE CRISIS IN RURAL JAVA AND THE ROLE OF THE GOVERNMENT Pande Made Kutanegara; Gerben Nooteboom
Populasi Vol 11, No 2 (2000): Desember
Publisher : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (945.309 KB) | DOI: 10.22146/jp.12340

Abstract

Tulisan ini berusaha menganalisis dua hal pokok, yakni dampak krisis di perdesaan Jawa dan respons pemerintah lokal/pemerintahan desa terhadap krisis moneter. Secara tegas dikatakan bahwa masyarakat perdesaan Jawa heterogen dan penuh dengan variasi dan ketidaksamaan. Oleh karena itu,dampak krisis moneter di desajuga sangat bervariasi tergantung pada wilayah, status sosial ekonomi, pekerjaan, dan sistem ekonomi. Karena krisis,ada kelompok masyarakat yang "menang" (diuntungkan) yaitu kelompok yang mempunyai akses terhadap sumber daya dan ada kelompok yang "kalah" (dirugikan) yaitu kelompok masyarakat miskin. Selama krisis, berbagai institusi tradisional yang berfungsi sebagai social security, seperti gotong-royong dan solidaritas sosial lainnya tidak berperan besar. Bahkan, pemerintah lokal/pemerintahan desa pun tidak melakukan upaya maksimal dalam menghadapinya. Dalam kenyataannya,peran aktivitas individual jauh lebih besar dibandingkan dengan aktivitas kolektif.
AKSES TERHADAP SPMBER DAYA DAN KEMISKINAN DI PEDESAAN JAWA : KASUS DESA SRIHAOJO, YOGYAKARTA Pande Made Kutanegara
Humaniora Vol 12, No 3 (2000)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.176 KB) | DOI: 10.22146/jh.704

Abstract

Pada awal Repelita I, diperkirakan 70juta penduduk atau 60 persen dad totalpenduduk Indonesia termasuk dalam kategorimiskin (World Bank, 1990) . Angka tersebutmenurun menjadi 40 persen atau54,2 juta pada tahun 1976 dan menurunlagi secara drastis menjadi 14 persen atau25,9 juta pada tahun 1993 (BPS, 1994) .Pada tahun 1996, angka kemiskinan diperkirakantelah turun menjadi 22,6 juta atau12 persen (Tjiptoherijanto, 1997). Angkakemiskinan yang turun sedemikian cepatdan cukup tajam, tiba-tiba mengalami peningkatanpada saat krisis . Banyak perdebatanmuncul berkaitan dengan jumlah pendudukmiskin pada saat krisis . Proyeksiyang dibuat oleh ILO-UNDP pada akhirtahun 1998 menunjukkan bahwa pada tahun1998, sebanyak 48 persen (sekitar 90juta orang) penduduk Indonesia berada dibawah garis kemiskinan .
Kemiskinan, Mobilitas Penduudk, Dan AKtivitas Derep: Strategi Pemenuhan Pangan Rumah Tangga Miskin DI Kabupaten Bantul, Yogyakarta Pande Made Kutanegara
Humaniora Vol 15, No 1 (2003)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.023 KB) | DOI: 10.22146/jh.774

Abstract

Program revolusi hijau yang dilaksanakan secara intensif sejak awal Orde Baru telah mendorong proses transformasi sosial-ekonomi yang sedemikian pesat di pedesaan Jawa. Kesuksesan program ini telah meningkatkan produksi pertanian dan memacu perubahan sosial ekonomi penduduk pedesaan Jawa. Jumlah penduduk miskin telah berkurang sangat cepat dari 47 persen pada tahun 1971 menjadi 15 persen pada tahun 1995. Indikator ekonomi juga menunjukkan peningkatan yang luar biasa, yakni dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 8 persen per tahun (Hill, 1996). Namun, di sisi lain, program ini membawa dampak yang kurang menguntungkan terutama di bidang ketenagakerjaan. Peluang kerja di sektor pertanian berkurang dengan cepat, sehingga kegiatan-kegiatan pertanian yang melibatkan penduduk miskin berkurang dan hilang. Salah satu peluang kerja yang hilang adalah derep. Aktivitas ini hilang bersamaan dengan berkembangnya sistem tebasan di pedesaan. Hal ini telah menghilangkan satu-satunya akses penduduk miskin terhadap ketersediaan pangan mereka. Oleh karena itu, secara tidak langsung, revolusi hijau telah mengakibatkan di pedesaan Jawa (Sairin, 1976; Stoler, 1978). Penelitian-penelitian intensif pada pertengahan masa Orde Baru menunjukkan bahwa minat peneliti terhadap proses transformasi tenaga kerja pedesaan di sektor pertanian turun drastis. Hal ini dipicu oleh dominasi penelitian tentang transformasi tenaga kerja sektor pertanian menuju sektor non pertanian, baik di pedesaan dan terutama di perkotaan. Penelitian tentang aktivitas buruh di sektor pertanian diabaikan. Hal ini tidaklah aneh karena pada pertengahan masa Orde Baru, peluang kerja nonpertanian terbuka sangat lebar. Bahkan, peluang kerja itulah yang dipandang sebagai penyelamat persoalan ketenagakerjaan di pedesaan Jawa.
Kemiskinan dan Jaminan Sosial di Pedesaan Indonesia Pande Made Kutanegara
Humaniora No 5 (1997)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.09 KB) | DOI: 10.22146/jh.1879

Abstract

Istilah jaminan sosial mengacu pada konsep social security yang merupakansebuah konsep yang sangal lentur dan bermakna luas, tergantung pada konteks pembicaraan. Social security sering diartikan sebagai keamanan sosial, kesejahteraan sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, dan sebagainya. Dalam tulisan ini, social security diartikan sebagai jaminan sosial yang diharapkan dapat menjamin kehidupan masyarakat, terutama kelompok miskin pedesaan.
Fragmentasi Tenaga Kerja dan Upah Buruh Industri Pedesaan (Studi Kasus Industri Cor Logam di Klaten, Jawa Tengah) Pande Made Kutanegara
Humaniora No 1 (1995)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.941 KB) | DOI: 10.22146/jh.1990

Abstract

Hingga pertengahan tahun 1994, dunia industri pada umumnya dan ketenagakerjaan diwarnai dengan pemogokan buruh, demontrasi dan unjuk rasa yang berkepanjangan. Bagi sebagian besar buruh, aksi-aksi yang berkepan}angan tersebut merupakan alternatif terakhir yang dapat dilakukan setelah beberapa upaya yang lain gagal untuk mengurangi dominasi pengusaha dalam segala hal terhadap buruh. Pokok permasalahannnya tidak lain adalah ketimpangan pendapatan yang sangattinggi antara pengusaha di satu sisi dengan pekerja di sisi yang lain. Sebagian besar kaum buruh memperoleh upah jauh di bawah garis kebutuhan fisik minimum mereka. Kondisi ini menjadi lebih parah lagi dengan sering munculnya perlakuan yang tidak manusiawi dari pengusaha terhadap buruh.
Tourism Effect towards Youth Resiliency in Ubud, Gianyar, Bali Retnaningtyas Susanti; Pande Made Kutanegara
International Journal of Tourism, Heritage and Recreation Sport Vol 1 No 1 (2019): PKPHOR : International Journal of Tourism, Heritage and Recreation Sport
Publisher : The Tourism, Heritage and Recreation Sport Center, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.147 KB) | DOI: 10.24036/ijthrs.v1i1.23

Abstract

Tourism is the economical heart of Ubud, Gianyar, Bali’s society. Almost 90% working age population work as tourism worker and almost 50% of the village’s area is used as business space. This condition pushes resiliency from many aspects of population, especially youth. Tourism affects culture and custom in youth, especially in their obligation of Pura in their environment and the demands of up-to-date culture covering it. This research was done for 4 months, started in August to December 2018. The data collection method used was in-depth interview supported by survey results. In-depth interview was done to the public figures, youth participating in Sekaa Teruna Teruni (STT), village government, and Banjar manager. Questionnaire was given to 12th grade students of higher education (SMA/SMK) in Ubud. Survey data was processed using regression analysis and describes as supporting data for the in-depth interview. The result of the research shows that Ubud youths have resiliency tendency in a positive way towards tourism in their environment. They do not leave customs and cultures as feared by many people regarding tourism erosion in Bali which getting stronger. The youth knows that customs and cultures have to go together with tourism. Tourists come to Ubud because of the cultures there. Most of the youth knows that tourism is their future, and so does their customs obligations and cultures. Thus, the two are better managed and processed without leaving one or the other.
The Importance of Disaster Response Awareness for Tourism Object Managers in West Sumatra Retnaningtyas Susanti; Pande Made Kutanegara; heriani .
International Journal of Tourism, Heritage and Recreation Sport Vol 1 No 2 (2019): International Journal of Tourism, Heritage and Recreation Sport
Publisher : The Tourism, Heritage and Recreation Sport Center, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.027 KB) | DOI: 10.24036/ijthrs.v1i2.31

Abstract

Disaster is one of the main threats to tourism around the world. There are various kinds of disasters, ranging from terrorist attacks; social, cultural and political issues; disease outbreaks, and natural phenomena (floods, landslides, tsunamis, earthquakes and storms). One of the disasters being experienced by all tourism managers in West Sumatera is earthquakes. Disasters can occur and threaten the sustainability of a tourist attraction. The threat of disaster has an impact on tourist visits, so an effort is needed to prepare tourism managers to deal with it. The tourism industry is an economic activity that is highly dependent on image, when a tourist attraction fails to face a disaster, tourists are reluctant to visit the place. The methods used are interviews, observations, and literature studies that can help answer research questions. The key informants in this study were members of the tourism management in West Sumatra Province. The results showed that each tourist destination has a different threat of disaster from other areas, so the response required by the manager is also different. In the case of the earthquake, the response to the disaster cannot be overcome by all tourist destination managers, all experiencing the same conditions. Developed and developing tourist destinations need the same amount of time to deal with this disaster. The recommendation of this study is the importance of understanding disaster response by all tourist destination managers, so that the required recovery period is not too long, and tourism can return to its normal operation.
Ubud Writers and Readers Festival: Merangkum Dinamika Makna Dwi Windu (2004-2019) Pasca Bom Bali 1 Kusuma, Titan; Pande Made Kutanegara
Barista : Jurnal Kajian Bahasa dan Pariwisata Vol. 8 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Unit Bahasa, Politeknik Pariwisata NHI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terpuruknya citra, pariwisata, dan perekonomian Bali pasca tragedi Bom Bali I yang terjadi di area legian menggugah banyak pihak untuk melakukan beragam proyek penyembuhan. Salah satu yang dilakukan berasal dari Yayasan Mudra Swari Saraswati melalui Ubud Writers and Readers Festival. Nyatanya kini Ubud Writers and Readers Festival telah berkembang begitu besar dan perjalanannya selama dwi windu (2004-2019) telah berdinamika. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini ingin menjawab bagaimana dinamika makna Ubud Writers and Readers Festival yang nampak dalam perjalanan dwi windu tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berpacu kepada pengamatan langsung, pengamatan terlibat, dan wawancara mendalam serta juga dibubuhi hasil literatur. Penelitian ini mengambil perspektif dari ruang lingkup Yayasan Mudra Swari Saraswati maupun Ubud Writers and Readers Festival dan mengesampingkan perspektif dari participant. Dinamika makna Ubud Writers and Readers Festval tersebut dapat dibagi ke dalam tiga babak, yaitu; periode awal sebagai usaha untuk mengembalikan citra Bali, Peralihan sebagai momentum untuk membesarkan diri, dan akhir yang mana Ubud Writers and Readers Festival sudah begitu besar sebagai arena pemahaman dan pembelajaran.
Keterlibatan Masyarakat Desa dalam Pengelolaan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Wringin Putih Yunita, Irma; Kutanegara, Pande Made
Aceh Anthropological Journal Vol 8, No 1 (2024)
Publisher : Department of Anthropology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/aaj.v8i1.15712

Abstract

This research aims to find out the involvement of local communities in Balkondes management, as well as to find out how important local community involvement is in the sustainability of Balkondes management in Wringin Putih Village, Borobudur District, Magelang Regency, Central Java Province. The method used in the research is qualitative research with descriptive approach through interviews and participant observation, which aims to obtain collect data in clear and in-depth understanding of the focus in this study researched. There are two sources of data in this research, namely primary data from interviews with informants, and secondary data sources from literature study. The results of this research show that (1) The Wringin Putih Community has involvement in various important roles in Balkondes management with different duties depending on the involvement that occurs. Start from involvement as actors in Balkondes, community involvement in arts and culture programs, and involvement of the general public society and youth in several additional activities at Balkondes Wringin Putih in certain big events. (2) Involvement of the local community is important for the sustainability of the management of the Wringin Putih Balkondes because the main aim of establishing the Balkondes is to empower and improve the economy of the village community. And the people of Wringin Putih village are the ones who were focused on getting direct benefits from the existence of Balkondes. This thing can strengthen the community's sense of ownership and responsibility for village development and progress.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji terkait keterlibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan Balkondes, sekaligus untuk mengetahui seberapa penting keterlibatan masyarakat setempat dalam keberlanjutan pengelolaan Balkondes di Desa Wringin Putih, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan metode penelitian akualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui kegiatan wawancara dan observasi partisipatif dari peneliti tersendiri, yang bertujuan untuk memperoleh data dan pemahaman yang luas, jelas dan mendalam mengenai fokus kajian yang sedang diteliti. Sumber data pada penelitian ada dua, yaitu dari data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan, dan sumber data sekunder yang berakar pada studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Masyarakat Desa Wringin Putih memiliki keterlibatan di berbagai peranan penting dalam pengelolaan Balkondes dengan tupoksi yang berbeda-beda tergantung dari keterlibatan yang terjadi. Dimulai dari keterlibatan masyarakat sebagai aktor/pemeran utama balkondes, keterlibatan masyarakat dalam program seni budaya, dan keterlibatan masyarakat umum dan pemuda di beberapa kegiatan dadakan tambahan di Balkondes Wringin Putih ketika ada event besar tertentu. (2) Keterlibatan masyarakat setempat, penting untuk ada keberlanjutannya dalam pengelolaan Balkondes Wringin Putih, dikarenakan tujuan utama didirikannya Balkondes sejak awal yaitu untuk memberdayakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Pada riset ini, masyarakat desa Wringin Putih menjadi pihak yang difokuskan untuk ditelusuri manfaat langsung yang mereka rasakan dari keberadaan Balkondes. Hal ini dapat memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan dan kemajuan desa.