Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Kedondong (Spondias dulcis Parkinson) Pada Mencit (Mus musculus) Kesumawati Kesumawati; Ria Ceriana
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 6, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v6i2.1931

Abstract

Salah satu jenis tumbuhan yang dapat berpotensi sebagai tanaman obat adalah daun kedondong (Spondias dulcis), salah satu manfaat daun kedondong ialah mengobati demam, hal ini disebabkan daun kedondong (Spondias dulcis) mengandung flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui efek antipiretik infusa daun kedondong pada mencit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menghasilkan data yang berupa angka. Rancangan penelitian yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan yaitu kontrol positif (Paracetamol), kontrol negatif (akuades), daun kedondong dosis rendah (5 lembar), daun kedondong dosis sedang (10 lembar), daun kedondong dosis tinggi (15 lembar). Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel sederhana dan diuji statistik parametrik, yaitu ANOVA (Analysis of Varian). Apabila terdapat pengaruh perlakuan infusa daun kedondong terhadap suhu tubuh maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian infusa daun kedondong mempunyai efek antipiretik yang dapat menurunkan suhu tubuh mencit. Perlakuan infusa 10 lembar daun kedondong menunjukkan penurunan suhu tubuh mencit terbaik setelah diberikan 30 menit pertama. Dosis infusa daun kedondong (Spondias dulcis Parkinson) yang paling efektif dapat menurunkan suhu tubuh adalah dosis 10 lembar.Kata Kunci : Daun Kedondong, Infusa, Pepton, Suhu tubuh.
Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana Camara L.) Sebagai Antiinflamasi Topikal Kesumawati Kesumawati; Wirda Iswarni
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 5, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v5i2.1929

Abstract

Tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di berbagai tempat, tumbuhan ini termasuk famili Verbenacae. Tumbuhan tembelekan mempunyai banyak manfaat, salah satu diantaranya adalah sebagai antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui senyawa aktif dari ekstrak etanol daun tembelekan, untuk membuat formulasi gel dan mengetahui stabilitas fisik dari formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun tembelekan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium dan deskriptif. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Uji fitokimia dilakukan untuk melihat senyawa aktif. Formulasi sediaan gel dibuat dalam 4 formula yaitu F1 (sediaan gel tanpa ekstrak), F2 (sediaan gel dengan penambahan EEDT 2 g), F3 (sediaan gel dengan penambahan EEDT 4 g) dan F4 (sediaan gel dengan penambahan EEDT 6 g). Uji stabilitas fisik sediaan gel yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji homogenitas dan uji kesukaan. Rendemen yang dihasilkan dari proses ekstraksi daun tembelekan ialah 22,95%. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa EEDT mengandung senyawa fenolik, tanin, steroid, saponin dan flavonoid. EEDT memiliki senyawa antiinflamasi yaitu saponin dan flavonoid. Sediaan gel EEDT yang optimal adalah F2. Sifat fisika kimia yang dihasilkan F2 yaitu pH 5,7, daya sebar 6 cm, bersifat homogen dan tidak ada butiran kasar, warna kuning kecoklatan, aroma seperti teh/cincau dan teksturnya semisolid. F2 paling disukai dibandingkan F3 dan F4 dilihat dari warna, aroma dan tekstur sediaan gel. Kata kunci: Daun tembelekan, ekstrak etanol, antiinflamasi, gel, stabilitas fisik gel.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Nurlisma Nurlisma; Kesumawati Kesumawati
JOURNAL OF EDUCATION SCIENCE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jes.v9i1.2850

Abstract

Telah dilakukan penelitian karya ilmiah yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Bisnis Sepeda Motor (TBSM) Materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia pada SMK Negeri 1 Calang”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Subyek dalam penelitiannya adalah siswa kelas X TBSM SMK Negeri 1 Calang Tahun pelajaran 2021/2022. Data diperoleh melalui pengamatan, observasi, tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu-Buddha, Dan Islam Di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa 26%, meningkat menjadi 63% pada siklus I dan 89% pada siklus II.Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe Make a Match, Hasil BelajarResearch on a scientific work entitled "Using the Make a Match Type Cooperative Learning Model to Improve Learning Outcomes of Class X Students in Motorcycle Business Engineering (TBSM) Material Acculturation of Local, Hindu-Buddhist, and Islamic Culture in Indonesia at SMK Negeri 1 Calang". This study aims to improve student learning outcomes in the material of Acculturation of Local Culture, Hindu-Buddhism, and Islam in Indonesia by using the Make a Match cooperative learning model. The subjects in his research were class X students of TBSM SMK Negeri 1 Calang for the 2021/2022 academic year. Data were obtained through observation, observation, pre-test, cycle I test, and cycle II test. The results of the study show that the use of the Make a Match type of cooperative learning model can improve student learning outcomes in the material of Acculturation of Local Culture, Hindu-Buddhism, and Islam in Indonesia. This can be seen from the results of research on the implementation of the initial test, cycle I test, and cycle II test. In the pre-test, the average student learning outcomes were 26%, increasing to 63% in cycle I and 89% in cycle II.Keywords: Make a Match Type Cooperative Model, Learning Outcomes  
PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL DI LINGKUNGAN SEKOLAH (SMKN 1 SABANG) Fitriliana Fitriliana; Nelliraharti Nelliraharti; Murnia Suri; Kesumawati Kesumawati
JOURNAL OF LAW AND GOVERNMENT SCIENCE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kekerasan seksual menjadi sebuah isu yang sangat menarik beberapa tahun terkahir ini, dengan banyaknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan Sekolah belakang ini. Banyak sekali factor yang kerap kali menjadi objek pelecehan seksual dan kebanyakan remaja tidak berani untuk mengungkapkan apa yang mereka alami. Maka dari itu kami bersama-sama melaksanakan kegiatan “Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual di Lingkungan Sekolah (Smkn 1 Sabang)” ini menargetkan 50 siswa/i SMKN 1 Sabang bertujuan untuk memberikan ilmu dan wawasan agar mereka memahami bahwa pentinya untuk mencegahnya terjadinya kekerasan seksual kepada siswa/i agar tidak takut untuk melaporkan kejadian-kejadian serta menyediakan ruang konsultasi untuk para siswa/i yng ingin speak up tentang msalah mereka alami. Metode yng digunakan pada penelitian ini metode kuantitatif dan teknis analisis deskriptifKata Kunci: perlindungan, kekerasan SeksualSexual violence has become a very interesting issue in recent years, with many cases of sexual violence occurring in the school environment recently. There are many factors that often become the object of sexual harassment and most teenagers do not have the courage to express what they are experiencing. Therefore, we jointly carry out the activity " Protection Against Sexual Violence In The School Environment (Smkn 1 Sabang)" targeting 500 students of Sabang 1 Vocational High School with the aim of providing knowledge and insight so that they understand that it is important to prevent sexual violence from occurring to students. so that they are not afraid to report incidents and provide a consultation room for students who want to speak up about the problems they are experiencing. The method used in this study is a quantitative method and technical descriptive analysisKeywords: Protection, Sexual violence
ENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Nurlisma Nurlisma; Kesumawati Kesumawati
JOURNAL OF EDUCATION SCIENCE Vol 9, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jes.v9i2.3429

Abstract

Telah dilakukan penelitian karya ilmiah yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Bisnis Sepeda Motor (TBSM) Materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia pada SMK Negeri 1 Calang”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu- Buddha, dan Islam di Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Subyek dalam penelitiannya adalah siswa kelas X TBSM SMK Negeri 1 Calang Tahun pelajaran 2021/2022. Data diperoleh melalui pengamatan, observasi, tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Akulturasi Kebudayaan Lokal, Hindu-Buddha, Dan Islam Di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada pelaksanaan tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II. Pada tes awal, rata-rata hasil belajar siswa 26%, meningkat menjadi 63% pada siklus I dan 89% pada siklus II. Kata Kunci : Model Kooperatif Tipe Make a Match, Hasil Belajar Research on a scientific work entitled "Using the Make a Match Type Cooperative Learning Model to Improve Learning Outcomes of Class X Students in Motorcycle Business Engineering (TBSM) Material Acculturation of Local, Hindu-Buddhist, and Islamic Culture in Indonesia at SMK Negeri 1 Calang". This study aims to improve student learning outcomes in the material of Acculturation of Local Culture, Hindu- Buddhism, and Islam in Indonesia by using the Make a Match cooperative learning model. The subjects in his research were class X students of TBSM SMK Negeri 1 Calang for the 2021/2022 academic year. Data were obtained through observation, observation, pre-test, cycle I test, and cycle II test. The results of the study show that the use of the Make a Match type of cooperative learning model can improve student learning outcomes in the material of Acculturation of Local Culture, Hindu-Buddhism, and Islam in Indonesia. This can be seen from the results of research on the implementation of the initial test, cycle I test, and cycle II test. In the pre-test, the average student learning outcomes were 26%, increasing to 63% in cycle I and 89% in cycle II.Keywords: Make a Match Type Cooperative Model, Learning Outcomes
Perbandingan Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Dan Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) Terhadap Bakteri Gram Negatif Escherichia coli Hanin Azkia; Periskila Dina Kali Kulla; Zulwanis Zulwanis; Kesumawati Kesumawati; Syarifah Yanti Astryna
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3362

Abstract

Jeruk purut (Citrus hystrix DC) merupakan tanaman herbal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kulit buah dan daun Jeruk purut mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, serta saponin yang terkenal sebagai senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium, dengan besar konsentrasi untuk masing-masing ekstrak yaitu 15%, 20%, 25% dan 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jeruk purut menghasilkan rata-rata diameter zona hambat dari konsentrasi rendah ke tinggi sebesar 15.6 mm, 18.3 mm, 18.6 mm dan 19.3 mm. Sementara itu, ekstrak etanol daun menunjukkan rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 13.6 mm, 14 mm, 15.3 mm dan 16.3 mm. Diameter zona hambat yang terbentuk dari kedua ekstrak masuk dalam kategori kuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin besar diameter zona hambat yang terbentuk. Konsentrasi ekstrak etanol kulit buah dan daun jeruk purut sebesar 30% merupakan dosis terbaik dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Ekstrak etanol kulit buah jeruk purut memiliki sifat anti bakteri lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak etanol daun (berdasarkan luas diameter zona hambat yang terbentuk)Kata kunci : Jeruk purut (Citrus hystrix DC), Aktivitas anti bakteri, Escherichia coliKaffir lime (Citrus hystrix DC) is an herbal plant that is widely used by people in daily needs. Kaffir lime peel and leaves contain alkaloids, flavonoids, tannins, and saponins which are known that compounds potentially to inhibit bacterial growth. This study aims to compare the activity of the ethanol extract of kaffir lime peels and leaves in inhibiting the growth of Escherichia coli. The research method used was laboratory experimental, with various doses of concentration is 15%, 20%, 25% and 25%. The results showed that the ethanol extract of kaffir lime peel with average diameter of the inhibition zone from low to high concentrations is 15.6 mm, 18.3 mm, 18.6 mm and 19.3 mm. Meanwhile, the ethanol extract of the leaves showed an average diameter of the inhibition zone formed of 13.6 mm, 14 mm, 15.3 mm and 16.3 mm. The diameter of the inhibition zone from the two extracts included in the strong category of antibacterial activity. Based on the results of the study it can be concluded that the ethanol extract of kaffir lime peels and leaves is able to inhibit bacterial growth. The higher the concentration of the extract used, the larger the diameter of the inhibition zone formed. Concentration of 30% ethanol extract of kaffir lime peel and leaves are the optimum dose for inhibiting bacterial growth. The ethanol extract of kaffir lime peel has stronger anti-bacterial activities than the ethanol extract of the leaves (based on the diameter of the inhibition zone)Keyword : Kaffir lime (Citrus hystrix DC), Anti bacterial activity, Escherichia coli
Penetapan Kadar Lemak Dalam Daging Buah Pala (Myristica fragrans Houtt) Dengan Metode Gas Kromatografi dan Spektroskopi Massa Pardi Pardi; Teuku Firjatullah; Kesumawati Kesumawati
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.4210

Abstract

Latar Belakang Masalah: Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman daerah tropis. Salah satu manfaat tanaman pala adalah daging buah pala yang memiliki persentase sebesar 77,8%. Daging buah pala dapat dimanfaatkan sebagai pengolahan minyak. Minyak pala memiliki kandungan kadar air, protein dan lemak. Untuk menentukan kadar lemak tersebut dapat menggunakan metode Gas Kromatografi dan Massa Spektroskopi (GC-MS). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui penetapan kadar lemak dalam daging buah pala dengan metode gas kromatografi dan spektroskopi massa. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan melakukan kegiatan atau perlakuan tertentu pada suatu sediaan di laboratorium. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Universitas Ubudiyah Indonesia, laboratorium Mikrobiologi jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala dan laboratorium Teknik Pengujian Kualitas Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Februari tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buah pala yang terdapat di hutan Kabupaten Aceh Selatan. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu sebagian daging buah pala yang terdapat di Desa Simpang Tiga Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan. Prosedur kerja awalnya dilakukan pengumpulan, herbarium, preparasi dan penentuan kadar lemak dalam daging buah pala. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan 2 ml ekstrak kental daging buah pala. Kemudian hasil penelitian menggunakan metode GC-MS ditemukan kadar lemak myristin dalam minyak simplisia daging buah pala sebesar 1,05% dengan kenaikan suhu oven sebesar 2°C. Kesimpulan dan Saran: Adanya kadar lemak myristin dalam daging buah pala. Dengan demikian maka diharapkan minyak daging buah pala menjadi suatu produk usaha bagi masyarakat.Kata Kunci : Kadar Lemak, Daging Buah Pala & Metode GC-MSBackground: Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) is a tropical plant. One of the benefits of the nutmeg plant is the flesh of the nutmeg which has a percent of 77,8%. Nutmeg flesh can be used as oil processing. Nutmeg oil contains water, protein and fat content. To determine the fat content can use the method of Gas Chromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). Research Purposes: The purpose of this study was to determine of fat content in nutmeg flesh using gas chromatography and mass spectroscopy methods. Research Methodolog: This type of research is quantitative research by carrying out certain activities or treatments on a preparation in the laboratory. This research was conducted at the Pharmacy Laboratory, Ubudiyah University Indonesia, the Microbiology Laboratory Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Sciences Syiah Kuala University and the Environmental Quality Testing Engineering Laboratory Faculty of Engineering Syiah Kuala University. The research was conducted on 21 February 2022. The population in this study were all nutmeg found in the forests of South Aceh Selatan. The sample in this study was taken by purposive sampling, namely some of the nutmeg flesh found in Village Simpang Tiga, Sawang District, South Aceh Selatan. The initial working procedure was collection, herbarium, preparation and determination of fat content in nutmeg flesh. The Research Results: The results of this study obtained 2 ml of thick extract of nutmeg flesh. Then the results of the study using the GC-MS method found that the myristin fat content in nutmeg flesh was 1,05% with in temperature an oven variation of 2°C. Conclusion and Recommendations: The fat content of myristin in the flesh of a nutmeg. Thus, it is hoped that nutmeg flesh oil will become a business product for the community.Keywords : Fat Content, Nutmeg Flesh & GC-MS Method
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT ALAMI Syarifah Yanti Astryna; Kesumawati Kesumawati; Cut Rahmi
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4201

Abstract

Latar Belakang : Era zaman modern banyak produk yang digunakan untuk pewarna rambut. Sediaan pewarna rambut digunakan dalam tata rias untuk mewarnai rambut agar terlihat menarik. Tumbuhan yang memiliki zat warna salah satunya rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) zat warna yang terkandung adalah kurkumoid. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui zat warna pada temulawak dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut dan zat warna pada temulawak dapat menghasilkan warna terbaik pada konsentrasi tertentu. Metode Penelitian : adalah maserasi, pembuatan formulasi dengan penambahan ekstrak temulawak sebagai zat pewarna dengan 4 variasi konsentrasi 0%, 5%, 15% dan 25%, pirogalol sebagai pembangkit warna, xanthan gum sebagai pengental dan aquades sebagai pelarut. Evaluasi sediaan pewarna rambut meliputi pengujian : organoleptik, pH, iritasi, stabilitas warna yang dihasilkan, stabilitas terhadap pencucian, stabilitas terhadap matahari dan kesukaan. Hasil Penelitian : Hasil penelitian evaluasi sediaan untuk uji organoleptik menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi yang ditambahkan maka semakin pekat warna yang dihasilkan. pH terbaik yaitu menunjukan pada F3. Uji iritasi sediaan pewarna rambut menyatakan bahwa tidak ada reaksi pada semua formula yang telah diuji. uji stabilitas warna yang dihasilkan semakin besar konsentrasi ekstrak, maka semakin gelap warna yang dihasilkan. uji stabilitas warna terhadap pencucian menunjukan formula terbaik pada F4. Uji stabilitas terhadap matahari warna rambut tidak mengalami perubahan. Uji kesukaan yang terbaik adalah F4. Zat warna pada rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dapat diformulasikan sebagai gel pewarna rambut. Kesimpulan : Formulasi yang menghasilkan warna terbaik yaitu pada konsentrasi ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) 25% menghasilkan warna kuning perang kecoklatan.Kata Kunci : Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Rambut, Gel Pewarna Rambut.Background : In modern era, there are many products used as hair dye. Hair dye preparation is used in hair make up to color it so that it looks appealing. One of the plants with pigments is temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), the pigment contained is called curcumoid. The objectives : The objectives of this study is to determine if the pigment in temulawak can be formulated into hair dye and if the pigment can produce the best color at a spesific concentration. Research method : The research method is maceration, the formulation making was done by adding temulawak extract as a dye with 4 variant concentration at 0%, 5%, 15% and 25%. Pirogalol as color stimulator, xanthan gum as thickener and aquades as solvent. The ovaluation of hair dye preparations are included testing: organoleptic, pH, irritation, stability of the resulting color, stability to washing, stability to the sun and preference. Results : The study results to the evaluation of organolepctic test shows that the higher the concentration added, the stronger the color produced, the best pH was found in F3. Irritation test on hair dye showed no reaction to all the formulations tested, the color stability produced stated that the higher the extract concentration, the darker the color produced at the end. The best formulation is F4 due to the color stability test to washing. Stability test to the sun shows no changes. The most preferred formulation is F4. The pigment found in temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) can be formulated into hair dye gel. Conclusion : The formulation that produces the best color is at 25% concentration of temulawak rhizome extract (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) that gives brownish yellow color.Keywords : Temulawak Rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Hair, Hai dye gel.
Formulasi Sediaan Tabir Surya Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) Rulia Meilina; Rahma Dewi; Kesumawati Kesumawati; Periskila Dina Kali Kulla; Sahbainur Rezeki
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2864

Abstract

Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan kulit, dari pengaruh buruk paparan sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan mengetahui aktivitas tabir surya dari ekstrak daun seledri. Metode penelitian secara eksperimental laboratorium. Sediaan tabir surya diformulasikan dengan menambahkan ekstrak seledri dengan komposisi 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3) dan kontrol negatif. setiap sediaan tabir surya diukur nilai aktivitas tabir surya. Uji aktivitas formulasi menunjukkan bahwa ekstrak daun seledri memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Pada F1 sebesar 4,5553 SPF, F2 sebesar 7,3183 SPF, F3 sebesar 8,1573 SPF, sedangkan kontrol negatif tidak menghasilkan daya proteksi. Kesimpulan Formulasi sediaan tabir surya ekstrak daun seledri memiliki aktivitas tabir surya.Kata kunci: Tabir surya, daun seledri,  antioksidan, SPFSunscreen is a protective cosmetic that has a very important role in maintaining healthy skin, from the bad effects of sun exposure. This study aims to formulate and determine the activity of sunscreen from celery leaf extract. Laboratory experimental research methods. Sunscreen preparations are formulated by adding celery extract with a composition of 2% (F1), 4% (F2), 6% (F3) and negative control. For each sunscreen preparation, the value of sunscreen activity was measured. Formulation activity test showed that celery leaf extract has activity as a sunscreen. In F1 it was 4.5553 SPF, F2 was 7.3183 SPF, F3 was 8.1573 SPF, while the negative control did not produce any protection. Conclusion The formulation of celery leaf extract sunscreen has sunscreen activity.Keywords: Sunscreen; celery; antioxidants; SPF
Formulasi Sediaan Lulur Whitening Dari Ekstrak Ampas Wortel (Daucus carota L.) Kesumawati Kesumawati; Fitri Fadlia; Syarifah Yanti Astryna; Fitriliana Fitriliana
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 10, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v10i1.4092

Abstract

 Kulit merupakan bagian tubuh yang penting dan perlu diperhatikan. Kulit yang indah identik dengan kulit yang tidak kusam dan warna kulit yang cerah. Menjaga kesehatan kulit tidak hanya dilakukan dengan makanan kaya akan nutrisi, tetapi dapat dilakukan dengan memberi nutrisi dari luar. Lulur merupakan salah satu sediaan yang dapat membuka pori-pori, mengangkat sel kulit mati, kotoran, sehingga kulit menjadi lebih bersih dan cerah. Kandungan flavonoid dari ekstrak ampas wortel mempunyai kemampuan untuk mencerahkan kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui formulasi sediaan lulur ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening, mengetahui efektifitas sediaan lulur dari ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening dan mengetahui konsentrasi yang efektif dihasilkan oleh lulur dari ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) sebagai whitening. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental Laboratorium. Hasil yang diperoleh adalah sediaan F3 memiliki tingkat kecerahan kulit yang sama dengan sediaan pembanding yaitu lulur whitening Sumber Ayu, hal ini disebabkan oleh pengaruh konsentrasi ekstrak ampas wortel sebanyak 5% yang mengandung senyawa flavonoid. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan lulur, ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) memiliki efek sebagai whitening, dan semakin tinggi konsentrasi Ekstrak ampas wortel (Daucus carota L.) maka akan semakin efektif sebagai whitening.Kata kunci : Ampas Wortel, Lulur, WhiteningThe skin is an important part of the body and needs attention. Beautiful skin is synonymous with skin that is not dull and skin is bright. Maintaining healthy skin is not only done with foods rich in nutrients, but can be done by providing nutrients from the outside. Scrub is a preparation that can open pores, remove dead skin cells and dirt, so that the skin becomes cleaner and brighter. The flavonoid content of dregs carrot extract has the ability to brighten the skin. This study aims to determine the formulation of dregs carrot (Daucus carota L.) scrub as whitening, determine the effectiveness of dregs carrot (Daucus carota L.) scrub as a whitening and determine the effective concentration produced by carrot pulp extract (Daucus carota). L.) as a whitening. The method used in this research is experimental laboratory. The results obtained were that the F3 preparation had the same skin brightness level as the comparison preparation, namely Sumber Ayu's whitening scrub, this was due to the effect of the concentration of dregs carrot extract as much as 5% which contained flavonoids. The conclusion of this study is that the dregs carrot extract (Daucus carota L.) can be formulated in the form of a scrub, the dregs carrot extract (Daucus carota L.) has a whitening effect, and the higher the concentration of dregs carrot extract (Daucus carota L.), the higher the concentration of dregs carrot extract (Daucus carota L.). the more effective as a whitening. Keywords : Dregs Carrot, Scrub, Whitening