Claim Missing Document
Check
Articles

Penggunaan Citra Satelit Dalam Menentukan Indeks Hijau Kampus 1 UKSW Salatiga Dengan Pemanfaatan Metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Purnama, Dwi Juli; Simanjuntak, Bistok Hasiholan
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 7, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v7i1.9948

Abstract

Berkembangnya pembangunan pada kawasan Kampus 1 UKSW menyebabkan berkurangnya lahan vegetasi, sehingga akan berdampak pada tidak tercapainya pemenuhan ekosistem hijau kampus. Diperlukan penelitian awal untuk melihat bagaimana kondisi ekosistem hijau. Tujuan penelitian ini menghitung luasan RTH, menentukan sebaran indeks hijau Kampus 1 UKSW dengan menggunakan sistem informasi geografis, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). RTH yang didapatkan memiliki luas 2,86 hektar dengan persentase 34% dari total luas lahan 8,29 hektar. Sedangkan sebaran indeks hijau terdapat 4 kelas vegetasi yaitu non vegetasi, kemudian 3 kelas lainnya memiliki persentase luas dari sebaran indeks hijau non vegetasi – sangat rendah dengan persentase 12%, sangat rendah – rendah dengan persentase 19%, dan rendah – sedang dengan persentase 3%. Setiap kelas tersebut memiliki berbagai macam jenis vegetasi kecuali kelas non vegetasi hanya ada bangunan. Kelas non vegetasi – sangat rendah didominasi bangunan namun ada beberapa jenis vegetasi, kelas sangat rendah – rendah memiliki vegetasi yang beragam dan tidak didominasi oleh wilayah terbangun, kelas rendah – sedang vegetasinya didominasi oleh pohon besar dengan wilayah terbangun yang sedikit. RTH yang tersedia serta bangunan disekitarnya akan berdampak pada pola sebaran indeks hijau yang ada pada RTH Kampus 1 UKSW
Penilaian Kuantitatif Terhadap Potensi dan Index Bahaya Erosi Nikodemus Heru Prayuda; Bistok Hasiholan Simanjuntak
Agroteknika Vol 7 No 3 (2024): September 2024
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v7i3.267

Abstract

Erosi tanah merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan kesuburan tanah sehingga menyebabkan penurunan produktivitas pertanian di berbagai belahan dunia. Analisis penentuan potensi erosi tanah dan indeks bahaya erosi secara kuantitatif bermanfaat untuk menentukan tindakan konservasi tanah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya kelas potensi erosi dan indeks bahaya erosi di wilayah kajian. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi kuantitatif-kualitatif-deskriptif. Analisis potensi erosi menggunakan metode USLE dan software GIS 10.8. Hasil kajian menunjukkan, secara kuantitatif Potensi Erosi Tanah (A) di wilayah kajian terbagi menjadi 5 kategori, yaitu kategori sangat ringan (A<15 Ton/Ha/Tahun) seluas 11,40 Ha, kategori ringan (15<A<60 Ton/Ha/Tahun) seluas 79,01 Ha, kategori sedang (60<A<180 Ton/Ha/Tahun) seluas 337,72 Ha, kategori berat (180<A<480 Ton/Ha/Tahun) seluas 179,15 Ha, dan kategori sangat berat (A>480 Ton/Ha/Tahun) seluas 95,48 Ha. Disamping itu, Indeks Bahaya Erosi (IBE) di wilayah kajian terbagi menjadi 4 harkat yaitu harkat rendah (IBE<1,0) seluas 19,83 Ha, harkat sedang (1,01<IBE<4,0) seluas 118,50 Ha, harkat tinggi (4,0<IBE<10,0) seluas 319,13 Ha, dan harkat sangat tinggi (IBE<10,0) seluas 245,3 Ha.
Penggunaan Citra Satelit Dalam Menentukan Indeks Hijau Kampus 1 UKSW Salatiga Dengan Pemanfaatan Metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) Purnama, Dwi Juli; Simanjuntak, Bistok Hasiholan
BEST Journal (Biology Education, Sains and Technology) Vol 7, No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/best.v7i1.9948

Abstract

Berkembangnya pembangunan pada kawasan Kampus 1 UKSW menyebabkan berkurangnya lahan vegetasi, sehingga akan berdampak pada tidak tercapainya pemenuhan ekosistem hijau kampus. Diperlukan penelitian awal untuk melihat bagaimana kondisi ekosistem hijau. Tujuan penelitian ini menghitung luasan RTH, menentukan sebaran indeks hijau Kampus 1 UKSW dengan menggunakan sistem informasi geografis, Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). RTH yang didapatkan memiliki luas 2,86 hektar dengan persentase 34% dari total luas lahan 8,29 hektar. Sedangkan sebaran indeks hijau terdapat 4 kelas vegetasi yaitu non vegetasi, kemudian 3 kelas lainnya memiliki persentase luas dari sebaran indeks hijau non vegetasi – sangat rendah dengan persentase 12%, sangat rendah – rendah dengan persentase 19%, dan rendah – sedang dengan persentase 3%. Setiap kelas tersebut memiliki berbagai macam jenis vegetasi kecuali kelas non vegetasi hanya ada bangunan. Kelas non vegetasi – sangat rendah didominasi bangunan namun ada beberapa jenis vegetasi, kelas sangat rendah – rendah memiliki vegetasi yang beragam dan tidak didominasi oleh wilayah terbangun, kelas rendah – sedang vegetasinya didominasi oleh pohon besar dengan wilayah terbangun yang sedikit. RTH yang tersedia serta bangunan disekitarnya akan berdampak pada pola sebaran indeks hijau yang ada pada RTH Kampus 1 UKSW
Hilirisasi hingga Komersialisasi Teh Bit Celup: Suatu Proses Pemberdayaan Masyarakat Desa Sumberejo, Magelang Handoko, Yoga Aji; Jatiningrum, Setia Humani; Putri, Christina Ari Pramono; Manao, Nancy Felicia; Jayanti, Malta Puspita; Putra, Imanuel Trisya; Simanjuntak, Bistok Hasiholan
Jurnal Dimas Vol 7 No 1 (2025): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI SEMARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53359/dimas.v7i1.103

Abstract

Beta vulgaris L. atau umbi bit merah adalah komoditas hortikultura unggulan Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Umbi ini mempunyai manfaat kesehatan yang baik, karena mengandung antioksidan betasianin yang tinggi. Namun demikian, petani seringkali mengalami kerugian karena harga penjualan umbi bit segar yang cenderung di bawah dari harga pokok produksi. Tujuan dari pengabdian masyarakat yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Sumberejo melalui proses pendampingan hilirisasi hingga komersialisasi produk teh celup bit. Pendampingan hilirisasi dilakukan mulai penciptaan inovasi produk olahan teh bit celup dengan memperoleh hak paten invensi, Sertifikat P-IRT, serta Sertifikat Halal, pelatihan Good Handling Practices dan Good Manufacturing Practices dalam produksi teh bit celup; penyusunan proposal kelayakan usaha; serta pendirian infrastruktur, pengadaaan alat produksi, dan pembuatan proptype produk teh bit celup. Proses pemberdayaan ekonomi melalui aspek komersialisasi teh bit celup dengan merek “Bieten Thee” juga telah dilakukan mulai: standarisasi kualitas produks, pemasaran, hingga distribusi. Hasil kegiatan hilirisasi teh bit celup ini menjadi model dan terebosan pertama masyarakat Desa Sumberejo dalam menaikkan nilai tambah hasil pertanian. Kata kunci: Beta vulgaris L., hilirisasi, komersialisasi, pemasaran, teh bit celup Beta vulgaris L. or red beetroot is a superior horticultural commodity of Sumberejo Village, Ngablak District, Magelang Regency. This tuber has good health benefits because it contains high levels of betacyanin antioxidants. However, the farmers often experience losses because the selling price of fresh beetroot tends to be below the cost of production. The aim of community service is to improve the welfare of the people of Sumberejo Village through the process of assisting the downstream process to the commercialization of beetroot tea bag products. Downstream assistance is carried out starting from the creation of innovations in processed beetroot tea bag products by obtaining invention patents, P-IRT Certificates, and Halal Certificates, training in Good Handling Practices and Good Manufacturing Practices in the production of beetroot tea bags; preparation of business feasibility study; as well as the establishment of infrastructure, procurement of production equipment, and the manufacture of beetroot tea bag prototypes. The process of economic empowerment through the commercialization of beetroot tea bags with the brand "Bieten Thee" has also been carried out starting from: standardization of product quality, marketing, until distribution. The results of the downstreaming of beetroot tea bags have become a model and the first breakthrough for the people of Sumberejo Village in increasing the added value of agricultural products. Keywords: Beta vulgaris L., beetroot tea bags, commercialization, downstream, marketing
PESTS INTENSITY IN POTATO (Solanum tuberosum) AND FABA BEAN (Vicia faba) INTERCROPPING IN SALARAN, GETASAN DISTRICT, SEMARANG REGENCY Setiawan, Andree Wijaya; Simanjuntak, Bistok Hasiholan; Andhika, Gideon Febby Prima
Agric Vol. 36 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/agric.2024.v36.i1.p113-130

Abstract

Tropical regions face threats from pests, leading to significant losses in the global potato supply. Intercropping potatoes with faba beans is being explored to control pest infestations in tropical areas. This study aims to provide insights into pest dynamics and improve pestmanagement strategies for sustainable potato cultivation. The research evaluates five cropping systems, each replicated across seven beds: potato monoculture, alternating growth of potatoes and faba beans at a 2:1 ratio, planting faba beans between the rows of potatoes at a 1:1 ratio, growing faba beans between two beds of potatoes, and cultivating solely faba beans. The study looked at various factors such as the type and intensity of pest attacks on potatoes. It found that planting faba beans alongside potatoes can help reduce aphid (Homoptera: Aphididae) and mirid bug (Hemipetra: Miridae) attacks, but may not affect grasshopper (Orthoptera: Acrididaeand Pyrgomorphidae) attacks. The distance between potato beds and the population of faba bean plants can also influence pest interactions. Understanding these dynamics offers important information for sustainable pest management practices in intercropping systems.
PENGGUNAAN INDOLE-3-BUTYRIC ACID (IBA) UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN STEK BATANG KOPI ROBUSTA Simanjuntak, Bistok Hasiholan; P, Ratna Dewi
Agrin Vol 24, No 2 (2020): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2020.24.2.505

Abstract

Perbanyakan kopi robusta (Coffea canephora) dengan metode stek sering terkendala pada pertumbuhan akar dan tunas daun. Pemberian Indole-3-Butyric Acid (IBA) diharapkan dapat mengatasi masalah pertumbuhan akar dan tunas pada stek batang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan konsentrasi IBA yang tepat terhadap pertumbuhan akar dan tunas daun stek kopi robusta. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial dengan perlakuan konsentrasi IBA terdiri atas 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, dan 300 ppm, dan diulang 4 kali. Parameter pengamatan meliputi panjang akar, jumlah daun, bobot basah dan kering berangkasan stek batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA 150 ppm pada stek batang kopi robusta mampu menghasilkan panjang akar terbaik. Namun demikian, seluruh konsentrasi IBA yang diujikan belum mampu meningkatkan jumlah daun, berat berangkasan basah, dan berat berangkasan kering stek batang kopi robusta.Kata kunci: Indole Butyric Acid, kopi robusta, stek batang,Â